Tuesday, October 11, 2011

Keroncong Asli


Keroncong Tanah Airku, keroncong Madiun






Kr. TANAH AIRKU





Mendalam
Lembah Curam


Di
sela gunung meninggi


Suatu
pemandangan


Tanah
Airku Indonesia Elok Adil





Sungai-Sungai
mengalir berliku


Melalui
hutan yang menghijau


Menuju
kelaut biru


Serta
padi beralun mendesah


Dihembus
angin nan menderu





Indah
Tanah Airku


Indonesia
Raya


Pujaan
Bangsaku


Tanah
airku yang kaya raya




Dengan Pemandangan Alamnya
















Wednesday, October 5, 2011

Sejarah Benteng Fort Van Den Bosch, Ngawi










tampak dari belakang Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi foto tgl 01 Oktober 2011




suasana didalam Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi




Makam di dalam kantor utama dalam Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi


KH. Muhammad Nursalim adalah tokoh pejuang yang ditangkap belanda dan di bawa ke Benteng, karena kesaktiannya beliau tidak mempan ditembak akhirnya oleh tentara belanda dikubur hidup-hidup didalam benteng.




Makam KH.Moh. Nursalim di dalam Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi




sungai di samping Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi diseberangnya adalah Desa Ngawi Purba. sebuah desa kuno yang mrupakan cikal bakal Kota Ngawi




pernah di bom jepang , Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi hingga atapnya ambrol




Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi





Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi








Benteng pendem van den bosch, tangga lantai dua






lorong Benteng van den bosch, ngawi



Sejarah sekitar Benteng Fort Van Den Bosch/ benteng Pendem , Ngawi





Nama Van Den Bosch berkaitan dengan nama ”Benteng Van Den Bosch Di Ngawi, yang dibangun pada Tahun 1839 – 1845 untuk menghadapi kelanjutan Perjuangan Perlawanan dan serangan rakyat terhadap penjajah, diantaranya di ngawi yang dipimpin oleh Wirotani, salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diketahui dari buku ”De Java Oorlog” karangan Pjf. Louw Jilid I Tahun 1894 dengan sebutan (menurut sebutan dari penjajah) : ”Tentang Pemberontakan Wirotani di Ngawi”. Bersamaan dengan ketetapan ngawi sebagai Onder – Regentschap telah ditetapkan pembentukan 8 regentschap atau Kabupaten dalam wilayah Ex. Karesidenan Madiun akan tetapi hanya 2 regentschap saja yang mampu bertahan dan berstatus sebagai Kabupaten yaitu Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Adapun Ngawi yang berstatus sebagai Onder – Regentschap dinaikkan menjadi regentschap atau kabupaten, karena disamping letak geografisnya sangat menguntungkan juga memiliki potensi yang cukup memadai.



Benteng itu pernah digunakan untuk menahan orang2 Eropa yg oleh pemerintah Hindia Belanda pro dgn Jerman. Zaman Jepang digunakan untuk menahan (internir) orang2 Belanda dari 1942-1945. Diantara para interniran itu (500-an orang), untuk membuang rasa bosan ada yg membuat lukisan sketsa yang menggambarkan keadaan benteng dan sekitarnya ( tahun 40-an). Hal ini bisa digunakan untuk dasar pemugaran agar sesuai aslinya. (Nunus Supardi 2019)





Ngawi sebagai regentschap yang dikepalai oleh Regent atau Bupati Raden Adipati Kertonegoro pada tahun 1834 (Almanak Naam Den Gregoriaanschen Stijl, Vor Het Jaar Na De Geboorte Van Jezus Christus,1834 Halaman 31)




sumber artikel : http://magussudrajat.blogspot.com











Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi



Benteng Pendem Van Den Bosch, Ngawi








Dari depan Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi










Simbol depan Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi







mekanik penggerak pintu gerbang depan Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi








halaman tengah pertama Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi








pose di depan lorong Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi







tampak megah....Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi







bekas kantor utama Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi







halaman utama, tower jam  Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi







tampak dari belakang Benteng Pendem / Van Den Bosch, Ngawi





Bagi warga Ngawi keberadaan Benteng Pendhem tidak asing lagi.Bangunan kuno itu berada di areal pertemuan aliran Bengawan Solo dengan Sungai Madiun.Tepatnya,di Kelurahan Pelem,Kecamatan Ngawi.Heritage yang berdiri di lahan 18 hektar itu menyuguhkan kemegahan cagar budaya dengan mengadopsi arsitektur Belanda.Tembok dan tiang penyangga masih berdiri kokoh.Begitu juga bangunan yang berada di sekeliling benteng belum luntur dimakan jaman.Masih tampak jelas legenda peninggalan pemerintahan Hindia Belanda yang dibangun pada tahun 1839 hingga 1845 oleh Gubernur Jenderal Defensieljn Van Den Bosch. Dipilihnya lokasi itu sebagai pembangunan zona pertahanan memanfaatkan keberadaan aliran Bengawan Solo dan Sungai Madiun.Sebab tak hanya memudahkan sebagai sarana tranportasi,aliran bengawan dan sungai bisa berfungsi memperlamban dan melumpuhkan pihak lawan bila melakukan penyerangan.Begitu juga menara pengintai yang kebanyakan menghadap ke arah bengawan dan sungai. Sejak tahun 1962,Benteng Van Den Bosch dijadikan markas Yon Armed 12 yang sebelumnya berkedudukan di Kecamatan Rampal,Kabupaten Malang.Kegiatan latihan militer dan kesatuan juga dipusatkan di areal benteng. Meski awalnya yang menempati hanya 365 prajurit dengan komandan batalyon pertama Kapten Art Sumanto. Karena kondisi bangunan tidak mendukung untuk perkembangan dan kemajuan kesatuan,10 tahun kemudian Yon Armed 12 menempati lokasi anyar di Jalan Siliwangi.Namun,sebagian areal benteng masih digunakan untuk gudang persenjataan.Itulah yang mendasari kenapa selama puluhan tahun Benteng Pendhem tertutup bagi umum. ''Baru tahun ini,gudang persenjataan baru bisa dipindahkan ke kesatuan di Jalan Siliwangi.Sampai sekarang masih kami lakukan perawatan secara rutin. Begitu juga bangunan lain yang masih ada kaitannya dengan Benteng Pendhem,''terang Mayor Arm Sugeng Riyadi Komandan Yon Armed 12 Ngawi,kepada koran ini. Karena dianggap sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan,Benteng Pendhem bakal beralih fungsi. Yakni dijadikan potensi wisata sejarah.


Sumber artikel : Radar Madiun


Foto by Kompas Madya, Widodogb Sastro