Thursday, September 19, 2013

Masjid KH. Abdurrahman, peninggalan Pahlawan pengikut Pangeran Diponegoro, di Ds. Semen, Kec. Nguntoronadi Kab. Magetan



Masjid
KH. Abdurrahman, peninggalan pengikut Pangeran Diponegoro 


 Ds.
Semen, Kec. Nguntoronadi Kab. Magetan















25 tahun sejak penangkapan Pangeran Diponegoro oleh De Kock, pahlawan Goa Selarong ini menghembuskan nafas dalam kesunyian benteng . Jauh dari kerumunan sanak dan para pengikutnya. Ia wafat pada hari Senin 8 Januari 1855, dalam usia 73 tahun (versi lain usia 69 tahun). Jenazahnya di kuburkan di luar benteng Rotterdam, di kampung Melayu sebelah utara Ujungpandang (sekarang Makasar).





De Kock menjauhkannya dari peradaban pasca perang Jawa. Perang yang menaikkan citranya, dari sekedar bangsawan Mataram, menjadi messiah tanah Jawa. Memimpin perlawanan terbesar sepanjang sejarah kolonialisme Hindia Belanda di tanah Jawa, Sekaligus perang yang menghabiskan pundi-pundi kerajaan Belanda. Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Sedangkan hampir separuh masyarakat Yogya berkurang dalam kurun 5 tahun peperangan.





Pangeran Diponegoro bernama asli pangeran Ontowiryo. Bangsawan kraton sekaligus berdarah ulama. Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Meskipun ditawari menjadi raja oleh ayahnya, Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo,tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng, daripada di keraton. Disanalah Ontowiryo muda dibesarkan dalam kesederhanaan tradisi pesantren yang sarat dengan nilai budi dan kemanusiaan.





Hari ini, tepat 157 tahun meninggalnya Diponegoro. Nama yang pernah menggetarkan tanah Jawa sepanjang 350 tahun kolonialisme Belanda ini hampir tak pernah terusik namanya. Makamnya yang jauh dari tanah lahirnya memungkinkan orang cepat melupakannya. Dia pernah diusik oleh puisi Chairil Anwar dan film yang diangkat di era ORBA. Setelah itu hanya sayup-sayup terdengar diantara lintasan buku sejarah atau nama jalan.





Diponegoro sunyi. Pahlawan, sering sendiri. Mereka bertahta kemenangan, tapi sepi dalam kesendirian peran. Mereka di puncak tanpa teman. Tersisih dari peran kebanyakan. Sedikit sekali tulisan yang menggambarkaan saat-saat terakhir pangeran Goa Selarong ini. Orang hanya tahu pengkhianatan De kock mengakhiri kebebasan Diponegoro.





Namun di beberapa pesantren tua, namanya masih sering disebut. Setidaknya setiap pergantian tahun, dimana buku kelas akhir memuat sejarah pesantren, maka nama Diponegoro melekat kuat begitu saktinya. Dari pesantren kembali ke pesantren, demikian semangat historis sang messiah ini. Tak banyak diketahui bagaimana para ulama dan kyai menjadi elemen penting pengikut Diponegoro. Padahal masa sebelumnya ulama dan keraton berbatas garis demarkasi gara-gara kedekatan keraton dengan kolonial yang dicap kafir. Dari penemuan Carey, diketahui pengikut Diponegoro terdiri dari berbagai elemen. Di samping prajurit yang dilatih militer, pasukan juga terdiri dari kyai dan ulama yang notabene mempunyai kemampuan ilmu kanuragan. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu yogyakarta dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro.





Yang menarik diungkap adalah perjuangan para ulama pasca perang Jawa tersebut. Beberapa pondok pesantren tua di Jawa, terutama Jawa Timur menyimpan kronik-kronik sejarah ini. Di Magetan, terdapat masjid kuno peninggalan pengikut Diponegoro yakni masjid KH Abdurrahman yang berada di Dusun Tegalrejo, Desa Semen, Kecamatan Nguntoronadi. Seperti namanya, masjid KH Abdurahman didirikan oleh KH Abdurrahman pada tahun 1835 Masehi. “Waktu itu setelah kalah perang melawan penjajah Belanda, para pengikut Pangeran Diponegoro ini menyebar dan mendirikan masjid yang dijadikan sebagai tempat pendidikan dan perjuangan termasuk di masjid ini,” jelas keturunan kelima KH Abdurrahman, KH Gunawan Hanafi, kepada Tempo, Kamis (26/8).





Halnya sejarah pondok Tambakberas Jombang, juga tak bisa dilepaskan dari keterkaitan historis dengan perang Diponegoro. Sebab pendiri dan pembabat alas desa dan Pondok Tambakberas, kyai Abdus Salam atau lebih dikenal dengan sebutan mbah Soihah adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro.





Pada akhir perang, para kyai pengikut Pangeran Diponegoro berkumpul dan bersepakat untuk merubah arah perjuangan mereka. Dari perang fisik menjadi perjuangan di bidang pendidikan. Mereka berpencar untuk menyebarkan pendidikan Islam di berbagai penjuru mata angin. Satu komitmen mereka adalah adanya penanda di lokasi masing-masing sebagai perwujudan semangat persatuan dan perlawanan terhadap kemungkaran. Penanda itu adalah adanya 2 pohon sawo di depan tinggal masing-masing. Pohon sawo ini adalah filosofi dari kalimat “sawwu sufufakum” yang artinya” rapatkan barisanmu”.





Dari beberapa padepokan kecil, berkembang pesantren-pesantren tua di Jawa seperti pondok Pabelan Magelang, pondok Sabilil Muttaqin, Takeran, Magetan, pondok Hidayatuth Thullab Trenggalek, dan tentu saja pondok Tambakberas Jombang. Tak terhitung ribuan santri yang menjadi alumni dan kelak seharusnya meneruskan perjuangan Diponegoro, melawan penindasan dan kemungkaran. Karena begitulah semangatnya diwariskan. (dari berbagai sumber).




Sumber Sejarah : http://sejarah.kompasiana.com/2012/01/08/diponegoro-pahlawan-sunyi-dari-rotterdam-429162.html























Monumen Polisi Kandangan, Kare Madiun



Monumen Polisi  di Kandangan, Kare Madiun

















Pada tanggal 01 Maret 1949 jam 08.00 wib telah
datang Pasukan Belanda di Desa Kandangan Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.
Pasukan Belanda datang dari dua jurusan yaitu yang pertama dari arah Giringan
dengan menelusuri sungai Catur sedangkan yang ke dua dari arah jalan besar
lengkap dengan peralatan mobil lapis baja dan senjata Pansernya. Seolah – olah
Desa Kandangan Kecamatan Kare di kepung Pasukan Belanda dari segala jurusan.
Kedatangan Pasukan Belanda dari arah Giringan di ketahui oleh seorang kurir
kemudian dilaporkan kepada Bapak MAYOR WIRATO. Kemudian Bapak Mayor WIRATO
Mengomando Pasukan Mobile Brigade beserta rakyat Kandangan untuk melakukan
perlawanan dan tidak gentar menghadapi Pasukan Belanda. Dalam pertempuran
melawan Pasukan Belanda AGEN POLISI SATU SAKIP gugur tertembak di kebun kopi
Batu. Sedangkan KOMANDAN MUDA SANALI tertembak di kaki yang membuatnya tidak
bisa berjalan cepat namun oleh mbok Setro KOMANDAN MUDA SANALI di sembunyikan
dalam gulungan tikar di bawah kolong tempat tidur, namun demikian tetap di
ketahui oleh Pasukan Belanda kemudian di berondong dengan tembakan sampai
meninggal.


Kemudian Bapak URIP dan Bapak RAHMAD dari
anggota Mobile Brigade  beserta
masyarakat Kempo Kandangan mengusung kedua jenazah untuk di kebumikan di tempat
ini. Pada tahun 1975 / 1976 kerangka kedua jenazah di pindahkan ke Taman Makam
Pahlawan Madiun. Kemudian untuk mengenang perjuangan Pahlawan Mobile Brigade
pada tanggal 02 Juli 1977 di tempat tersebut di bangun Monumen Perjuangan
Brimob oleh Kesatuan Polri bersama masyarakat setempat.










Sumber : File Brimob Den C Pelopor Kletak Madiun.  





Napak tilas
sejarah perjuangan Bhayangkara Polri dari Sabang sampai Merauke tanggal 17 Agustus
sampai dengan 14 November 2013


Thursday, September 12, 2013

Monumen Polisi Di Gorang Gareng



Monumen Polisi di Gorang Gareng  untuk mengenang kepahlawanan prajurit-prajurit POLRI  yang menjadi korban keganasan pemberontakan PKI tahun 1948









Di Kab. Magetan tepatnya di Gorang-Gareng juga banyak jadi
korban pertempuran dengan PKI. Sebagian bahkan sempat ditawan oleh PKI yang
kemudian di bantai didalam sebuah gudang dengan ditembaki dari luar gudang .
Namun masih hidup dua orang anggota MBK karena tertimbun mayat kawan lainnya
yaitu:


  1. Soejono

  2. Sibun



Sementara yang tewas pada peristiwa ini adalah:


  1. Inpektur
    Polisi I R. Ismiadi

  2. Inspektur
    Polisi II R Doerjat

  3. Kasianto

  4. Subianto

  5. Kholis

  6. Soekir





  • dengan meninggalnya para pejuang bangsa itu kemudian
    di dirikan monument di kelurahan RejosariKecamatan Kawedanan Gorang-Gareng
    Magetan

  • Sumber  : File napak tilas sejarah perjuangan Bhayangkara Polri dari Sabang sampai Merauke tanggal 17Agustus sampai dengan 14 November 2013




Wednesday, September 11, 2013

Peran POLRI (Brimob/Mobrig) Dalam Penumpasan PKI Madiun 1948





Markas Veldpolitie (polisi Lapangan, zaman kolonial Belanda ) gedung utama masih dipertahankan





SEJARAH
PERJUANGAN BRIMOB DI MADIUN


PADA MASA PENUMPASAN PEMBERONTAKAN PKI








Agustus 1948 tokoh PKI Muso datang
ke Indonesia lagi untuk menyusun Struktur organisasi PKI, dengan sekretaris
pertahan Amir Syarifudin yang mendapat dukungan dari Brigade 29 yang dipimpin
oleh Kolonel Dahlan yang memproklamasikan berdirinya Republik Sovyet Indonesia.





Dalam penumpasan PKI Muso di Madiun
yang ditugaskan antara lain :





1.  Tentara dari Jawa Tengah dipimpin
oleh Kolonel Gatot Subroto.


2.  Tentara dari Jawa Timur dipimpin
oleh Kolonel Sungkono.


3.  Mobil Brigade Karesidenan
Surabaya.


4.  Mobil Brigade Besar Jawa
Tengah.


5.  Mobil Brigade Besar Jawa Timur
dipimpin oleh KP. I M. Yasin.





Para pimpinan Mobrig dalam penumpasan PKI Madiun :                     





1.  KP. I M Yasin                                  :        Pimpinan Operasi


2.  KP. II Soetjipto Joedodiharjo           :        Pengendali
Operasi


3.  IP. I Soetjipto Danoekusumo           :        Komandan
Operasi


4.  PIP. I Imam Bachri                          :        Komandan Batalyon


5.  PIP. I Abdul Rahman                       :        Wakil Komandan Batalyon





Para Komandan Kompi Mobrig :





1.  PIP. II Sutopo                                :        MBK Surabaya


2.  PIP. II Yusuf Jayengrono               :        MBK Surabaya


3.  PIP. II Kusnadi                               :        MBK Surabaya


4.  PIP. II Sukadi                                 :        MBB Jawa Timur


5.  PIP. II Wirato                                 :        MBB Jawa Timur





Kronologis peristiwa penumpasan PKI di Madiun oleh Pasukan Mobil Brigade





Pada tangal
18 September 1948 keadaan Madiun kacau, Kapolwil Madiun KP. I R. Soenaryo
Tirtodiprojo, pukul 06.45 sudah berada di kantor. Beliau mengatakan kepada Dan
Jaga AP. I Tukiman bahwa saya akan ke Korem untuk mendesak Danrem Letkol
Sumantri agar secepatnya mengerahkan anak buahnya untuk membantu. Setelah
ditemui ternyata bukan Danrem tetapi orang tidak dikenal, karena Danrem Letkol
Sumantri sudah ditangkap PKI di rumahnya.dalam pertemuan tersebut akhirnya
Kapolwil Madiun KP. I Soenaryo ditangkap dan ditahan di PG.
Rejo
Agung Madiun. Sementara itu di tempat lain di asrama Mobrig Kletak telah
terjadi pengepungan oleh PKI. Pada saat itu Danki IP. I R. Soeparto dengan
kekuatan 1 peleton mempertahankan markas kletak sehingga terjadi pertempuran,
karena kekuatan tidak seimbang dan peluru sudah habis maka akhirnya asrama
kletak dikuasai PKI. Senjata kemudian dimasukkan ke sumur dan untuk mengelabui
lawan IP. I Soeparto menggunakan pakaian anggota namun semuanya dibawa di PG.
Rejo Agung.





Pada tanggal
25 September 1948 malam hari Kapolwil Madiun KP. I R Soenaryo, mantan Kapolwil
Madiun KP. II Subiyanto, Kapolresta Madiun KP. II


Sudarman,
Kabag Pam IP. I Danu, Kabag Intel IP. I Suparbak, Wakil Komandan MBK Madiun IP.
II Subarjo, AIP I Gunung Ismail ditangkap dan ditahan PKI di PG. Rejo Agung.
Dalam peristiwa PKI Madiun ada 94 anggota Polisi yang ditahan di Gorang-gareng
tepatnya di PG. Rejosari, namun tinggal 14 orang yang hidup (saksi hidup IP.
I     Suwarjan ). Kapolsek IP. II Duryat
dan Kapolres Madiun IP. I R. Ismiyati dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur
bersama ke 14 orang tersebut.





Pada Tanggal
25 s/d 27 September 1948 dalam perjalanan dari Nganjuk menuju Madiun tepatnya
pukul 14.00 terjadi penghadangan oleh PKI di desa Awar-awar, 2 anggota Yon
Mobrig dari MBK Surabaya  dipimpin IP.
II
Kusnadi terkena tusukan bambu runcing. Pada saat di Caruban terjadi pertempuran
sengit selama 6 jam.
Mobrig berhasil menguasai Caruban namun dalam
pertempuran tersebut gugur anggota Mobrig yaitu KP. BD. Matali, AP. II
Markaban, AP. I Muryanto.





Pada tanggal
31 September 1948 pukul 14.00 Dan Mobrig mendapat perintah untuk menyerbu
Madiun. Pukul 17.00 Madiun dapat dikuasai sepenuhnya termasuk berhasil
menyelamatkan Danki Madiun IP. I R. Soeparto. Kemudian PKI lari ke arah
Ponorogo. Tepat hari Jum’at Wage tanggal 8 Oktober 1948 pukul 03.00 PKI
menyerang Ponorogo, akan tetapi pada pukul 17.00 PKI meninggalkan Ponorogo
sehingga Ponorogo dapat dipertahankan. Setelah sampai di desa Balong pasukan
Mobrig diaplos oleh pasukan Siliwangi yang selanjutnya pasukan Mobrig ditarik
ke Madiun. Pada pukul 20.00 Muso lewat di depan Balai pengobatan Balong. Karena
gerak geriknya mencurigakan maka ia diminta berhenti dan diperiksa Agen Polisi
Rejo dan Suwarno, barang bawaan yang dibungkus dengan sarung digeledah Suwarno
dan Agen Polisi Rejo menanyakan surat-surat, akan tetapi belum selesai membaca
surat, tiba-tiba Muso merebut sarung dari tangan Suwarno dan mengambil Pistol
selanjutnya menembak AP. Rejo. AP. Rejo tertembak mulutnya sehingga Muso
melarikan diri. Teriakan Suwarno didengar massa dan dari arah berlawanan
tiba-tiba muncul kendaraan dari Tentara Siliwangi. Atas petunjuk massa, tentara
mengejar Muso dan terjadilah kontak tembak yang mengakibatkan Muso tertembak di
dekat sumur H. Suhud di Desa Sema
nding Kec. Balong Kab. Ponorogo. Sementara itu
pada saat terjepit rombongan PKI dipimpin Amir Syarifudin lari menuju ke arah
utara melintasi Jl.
Raya Ngawi Solo. Pada saat itu mereka
berpapasan dan akhirnya mencegat Ketua DPA R.M. Soerjo yang juga mantan
Gubernur Jatim, Kepala Penilik Kepolisian Jatim Kombes Pol. M. Duryat, Kapolwil
Bojonegoro R. Suroko yang pada saat itu perjalanan pulang dari Yogjakarta. Para
pejabat tersebut akhirnya ditangkap dan disiksa secara sadis di Dukuh Bogo Desa
Palang Lor Kec. Kedung Galar Kabupaten Ngawi. Namun pada akhirnya PKI dapat
ditumpas seluruhnya oleh perjuangan rakyat Indonesia.























































































Sumber: File Sejarah Markas Kompi 4 C Kletak Madiun.


trimakasih Bapak-bapak Prajurit Brimob Kompi 4 C Kletak Madiun.







Markas Kompi 4 C Kletak Madiun 




Markas Kompi 4 C Kletak Madiun




Markas Kompi 4 C Kletak Madiun




Markas Kompi 4 C Kletak Madiun




Markas Kompi 4 C Kletak Madiun




Markas Kompi 4 C Kletak Madiun







Markas Kompi 4 C Kletak Madiun




Markas Kompi 4 C Kletak Madiun





Foto : Kompas Madya