Thursday, February 13, 2014

Candi Sebayi Harapan Baru Sejarah dan Kepurbakalaan di Madiun













Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya



Candi Sebayi




Acara blusukan Kompas Madya (Historia Van Madiun), tanggal 2 Februari 2014 berhasil membuktikan sebuah kabar lama tentang keberadaan reruntuhan candi di hutan Desa Sebayi, Kec. Gemarang Madiun.  wow ... Candi ! mungkin agak aneh kedengarannya. Madiun ada candi? Madiun yang selama ini apatis terhadap benda-benda purbakala, apakah ada peninggalan kerajaan kuno di Madiun ? tak banyak orang madiun mengetahui. bahkan ada sebuah kalimat yang membuat telinga para pegiat sejarah Madiun agak risih. " Madiun nggak ada peninggalan sejarah kerajaan, kalo Madiun mau buat Museum itu mau diisi apa!" Madiun itu hanya kabupaten bawahan Jogjakarta, sejarah Madiun itu sedikit sekali yang patut di banggakan mungkin hanya Retno Djumilah dan Sentot Prawirodirjo yang layak dibanggakan. lainnya hanyalah sejarah kelam tentang pemberontakan PKI Muso 1948.





Dengan penemuan-penemuan purbakala serta terbukanya informasi-informasi tentang kesejarahan di wilayah Madiun mampu menarik minat, dan semangat para pengamat, penggiat, dan pecinta sejarah madiun untuk melestarikan cagar budaya di wilayah Madiun Raya.





Kadang kami  sebagai penggiat kelestarian Cagar Budaya di Madiun merasa kecil hati, Madiun kok miskin penemuan purbakala ya? ternyata oh ternyata banyak penemuan purbakala penting di Madiun dan sekitarnya, situs Ngurawan, situs Mangiran, Petirtan Simbatan di Takeran telah direstorasi BPCB Trowulan, Candi Wonorejo dan tentunya Candi Sebayi ini mempunyai keunikan tersendiri daripada di daerah lain, semoga situs-situs Cagar Budaya di Madiun dan sekitarnya segera mendapat perhatian dari pemerintah, melalui dinas-dinas terkait.






Candi Sebayi ditemukan dalam keadaan memprihatinkan, berserakan di tengah hutan dan ladang penduduk. Candi Sebayi ini letaknya di sebuah bukit tengah hutan dekat dengan aliran sungai, jadi memang posisinya sesuai dengan kebiasaan candi-cndi pada umumnya, kalau dilihat dari ragam hias yang ditemukan di candi ini,kemungkinan candi ini dibuat pada masa Majapahit akhir, namun belum ada penelitian lebih lanjut. 

Menurut kesaksian peladang di sekitar reruntuhan candi, Mbah Mukimin menuturkan, bahwa dulu saat zaman Belanda candi ini masih berdiri megah walaupun terlihat candi seolah dalam keadaan belum sempurna, pada saat Agresi militer Belanda tahun 1949 Candi ini sempat menjadi ajang pertempuran dalam penyerangan Belanda ke Loji-loji Perhutani. Setelah Jatuhnya rezim Suharto dan berganti era reformasi juga terjadi penjarahan arca-arca oleh orang-orang dari luar Desa Sebayi, karena masyarakat Sebayi sendiri mempunyai kepercayaan dan kearifan bahwa tempat itu adalah keramat dan tidak berani membawa benda-benda apapun di sekitar situs Candi Sebayi. juga ditutur oleh Kepala Desa Sebayi Heru Wiratno dan Mantri Perhutani Pak Santoso, bahwa disekitar candi ini masih ada beberapa reruntuhan batu bata kuno, juga di Desa Kaligunting ada reruntuhan Batu bata kuno masyarakat menyebutnya "mbata sekawit" juga arca golek dari batu yang dipercaya sebagai asal penamaan Desa Sebayi yang sampai dengan hari ini belum ditemukan keberadaannya.







Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya


Kompas Madya sebagai satu-satunya organisasi masyarakat penggiat kelestarian cagar budaya di Madiun Raya, segera menindak lanjuti mensosialisasikan keberadaan Candi sebayi dan UU Cagar Budaya no.11 tahun 2010, kepada masyarakat Desa Sebayi, Perhutani, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Pamong Budaya, Kepolisian, Koramil, tokoh masyarakat  dan Karang Taruna Desa Sebayi Kamis, 13 Februari 2014, di halaman Candi Sebayi. smoga dengan langkah kecil kami mampu membuka wawasan baru kepurbakalaan di wilayah Madiun dan sekitarnya. trimakasih. widodogb.






Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya


 Tipe batu-bata kuno pada Candi Sebayi




Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya


model ragam hias di Candi Sebayi




Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya


model ragam hias di Candi Sebayi




Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya






Candi Sebayi Madiun.  Foto : Kompas Madya


Foto : Kompas Madya





Tuesday, February 11, 2014

Gelar dan Jabatan di Kraton Surakarta









satriotomo-gombal.blogspot.com Sumber Foto : Wikipedia









Gelar dan Jabatan di
Kraton Surakarta


Dirangkum dari  hasil transliterasi Serat Wadu Aji




Serat Wadu Aji adalah naskah Jawa yang memuat peraturan tentang sebutan, gelar dan tugas sebagai abdi negara di Kraton Surakarta. Beberapa aturan yang ada di dalamnya antara lain : gelar jabatan atau kepangkatan serta gelar khusus. Tentang pemakaian serta awal mula adanya aturan gelar jabatan atau kepangkatan ini Marduwiyoto (1981:156) menyebutkan bahwa munculnya pemakaian gelar dalam pemerintahan di Jawa sudah ada sejak Kerajaan Medang Kamulan masa Prabu Sindula. Peraturan itu dituangkan dalam Serat Raja Kapa-Kapa.


Gelar dan Jabatan di Serat Wadu Aji di klasifikasikan dalam beberapa bidang : 





Bidang Pemerintahan


Jabatan bidang pemerintahan adalah jabatan yang diemban seorang dilingkungan Kraton dalam administrasi pemerintahan kerajaan.


1. Patih, berarti parentah, berhak memerintah , memiliki kemampuan terhadap peraturan negara, memiliki wewenang dan kekuasaan untuk menyampaikan dan menyempurnakan perintah raja. Dalam serta Undang-undang Pranatan disebutkan seorang patih bertugas mencari jalan terbaik yang berkewajiban menguasai kondisi kerajaan. Karena cakupannya yang luas dalam menjalankan tugasnya ada dua jabatan patih, yaitu patih Njero dan Patih Njaba.


2. Adipati : sesorang yang mendapatkan kekuasaan dan mendapat perintah langsung dari patih untuk menyampaikan kebawahannya. Dalam pemerintahan seorang Adipati juga dapat disebut sebagai patih, dan dalam keprajuritan adipati merupakan panglima prajurit


3. Bupati, (bawahan perintah) di bawah patih yang memiliki otonomi sendiri dalam menjalankan pemerintahannya. Dalam menjalankan tugasnya seorang bupati berpedoman pada perintah raja dan patih. Jabatan bupati dapat diisi oleh sentana dalem yang gelarnya disesuaikan dengan tingkatan keturunan (gradnya)


4. Tumenggung, merupakan pimpinan yang bertanggung jawab dan berhak memeriksa segala tindakan raja. Tumenggung juga berkewajiban merawat senjata milik raja serta bertanggung jawab atas perilaku baik-buruk temannya. Tumenggung adalah kontroler bagi raja, baik yang terbuka maupun rahasia.


5. Wedana, berarti pemuka. Pimpinan yang berhak sebagai mediator atau perantara pekerjaan serta wajib jadi teladan. Wadana diartikan sebagai pemimpin golongan priyayi dan atau kedistrikan. Wewenang dan kekuasaanya menjalankan semua perintah dari kerajaan untuk diteruskan pada bawahannya serta melayani perkara yang dibawa ke kantor atau kerajaan


6. Punggawa, bertugas memimpin kegiatan upacara kenegaraan, selain itu punggawa juga dapat sebagai pengganti posisi patih jika berhalangan menjalankan tugas.


7. Hariya. Sebutan ini ditujukan untuk keluarga raja yang bertugas mengatur pekerjaan para wadana maupun lingkungan istana. Seorang hariya juga bertanggungjawab atas ketertiban dan ketenangan negara


8. Kaliwon, memiliki beberapa pengertian. Dapat diartikan orang yang kapiji (kepilih) ia berhak menerima perintah dari bupati. Kaliwon juga diartikan sebagai pemimpin pedesaan dibawah bupati dengan gaji seluas 2000 karya.


9. Panewu, sebutan bagi seorang yang berada di bawah Kaliwon, ia menerima perintah dari atasan langsung dalam hal ini kaliwon untuk disampaikan kepada kelompok bawahannya. Panewon juga disesuaikan dengan gaji seluas 1000 karya.


10. Mantri. Mempunyai hak wewenang untuk bermusyawarah dengan para atasanya dan pejabat tinggi di istana. Seorang mantri dalam perilakunya dilandasi oleh sifat nistha, madya dan utama yang diarahkan pada tindakan kebaikan.


11. Hariya Papati, berarti wadana parentah,yaitu orang yang diberi kepercayaan menerima perintah dan melakukan perintah, peraturan yg harus diketahui secara luas dalam dan luar istana. Jabatan ini dalam pemerintahan tradisional Jawa kurang begitu dapat dilacak.


12. Tandha Moi, adalah jabatan bagi seseorang yang berwe nang memberikan tandha kepangkatan serta memberi pengarahan dalam bidang pekerjaan mulai yang besar sampai yang kecil.


13. Kabayan, bertugas menyampaikan perintah dari atasan kepada bawahan.


14. Angabehi , Ngabehi adalah jabatan seseorang yang betugas menyatukan atau mengkoordinir pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam lingkungan istana.


15. Demang, bertugas memegang pemerintahan desa. Selain itu mempunyai wewenang untuk menilai terhadap pakaian yang dikenakan semua prajurit. Menurut Poerwodarminto (1939:66) , seorang Demang juga termasuk asisten Wedana dan juga pemimpin daerah perdikan.


16. Palimpingan, bertugas membuat arah kebijakan negara sehingga arah dan tujuan negara dapat tercapai.


17. Pasingsingan, bertugas menempatkan para abdi dilingkungan istana ( Pasingsingan adalah tangan kanan dari Tandha Moi) 


18. Palingsingan, bertugas menempatkan para abdi yang memiliki jabatan khusus dilingkungan istana, jadi meskipun faktor keturunan sangat berpengaruh namun hak ada pada Palingsingan untuk menempatkan jabatan khusus kerajaan.


19. Pakulupan, disebut juga pemagangan, orang yang berhak memerintah para abdi calon pegawai di lingkungan istana.


20. Mantri Panglima, disebut juga Mantri Manca Gangsal, yaitu pejabat atau pembesar menteri luar desa, maksudnya pengawas hutan dan berpangkat mantri. Mantri panglima memperoleh tanah palungguh seluas 1000 karya.


21. Umbul, adalah pemimpin pedesaan dan berkedudukan sama dengan panewu.


22. Bubuyut, seseorang yang menjadi teladan di desa, serta berkedudukan sebagai paneket, Bubuyut memperoleh tanah lungguh 50 karya.


23. Aden-aden, perantara orang pedesaan ke pemerintah atau negara. Aden-aden berkedudukan sebagai mantri panglawe. Ia mendapatkan tanah seluas 25 karya.


24. Lurah, disebut pula Kapala. Ia berhak menjadi pemimpin orang pedesaan. Lurah mendapat tanah setengahnya panglawe atau 12,5 karya.


25. Patinggi, memiliki hak memberi pangkat serta pekerjaan bagi orang kecil di pedesaan yang dibawh perintahnya. Patinggi memperoleh tanah 6,25 karya.


26. Bekel, memelihara baik buruknya desa maupun kelancaran dalam menjalankan peraturan serta kewibawaan desa, bekel memperoleh tanah seluas 3,125 karya.


27. Sikep, orang kecil yang punya pekerjaan tetapi tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ia dapat tanah lungguh 1,5 karya.


28. Karaman, orang kecil yang tidak punya pekerjaan.





Bidang Keamanan atau keprajuritan


Untuk menjaga keutuhan serta keamanan negara maka bidang pertahanan dan keamanan sangat penting, berikut jabatan di bidang keamanan dalam pemerintahan kraton.


1. Senopati, pejabat kerajaan yang menerima kuasa segala perintah khususnya dalam bidang pertahanan dan keamanan. Senopati berhak menentukan taktik atau siasat dalam menghadapi musuh, seluk beluk keprajuritan, pengiriman mata-mata maupun pengambilan sikap dalam peperangan.


2. Nayaka, orang yang berhak menjadi pimpinan prajurit.memerintah dan mengerahkan bawahannya


3. Sinang Hariya, berhak menyatu dalam pekerjaan dan tindakan para keluarga raja, dituntut supel, merakyat serta pandai dalam melayani kehendak raja.


4. Panji, sebutan keluarga kerajaan yang berhak menjadi prajurit. Panji digolongkan dalam kepangkatan militer oleh sebab itu panji harus memiliki pengetahuan, ketrampilan dan karakter seorang prajurit.


5. Haryo Tiron, artinya Wadana Panulad. Seorang yang memperoleh kepercayaan dari kraton untuk mengajar atau melatih kerja maupun menerapkan peraturan kerja yang benar. Seorang disebut haryo tiron juga berhak menjaga seluk beluk terhadap tindakan musuh untuk menjaga keselamatan kerajaan dan keluarga raja.


6. Haryo Niti, seorang yang mendapat kepercayaan dalam tugas kenegaraan memimpin prajurit negara, haryo niti juga berhak menjaga perlengkapan milik raja dan juga memeriksa pekerjaan abdi among tani dengan cara melihat dan menilai hasil bumi dari para petani yang diberikan ke negara. Tugas haryo niti bertugas sebagai pimpinan para prajurit dilakukan jika ada perintah untuk pengawalan khusus raja.


7. Karengas, mata-mata dalam menjaga keselamatan raja


8. Kajineman, mata-mata negara


9. Panji andaka, pimpinan prajurit bawahan


10. Wirancana, bertugas didalam istana untk menghadapi kraman (penyerang) dlm istana


11. Wiraraja, penjaga keamanan dan keselamatan lingkungan istana


12. Wirasinga, disebut juga Singobarong. Prajurit penjaga diluar istana


13. Singasari, menjaga keselamatan para wanita yang menjadi pendaping raja di istana


14. Suratani, prajurit desa yang menjaga keamanan di tingkat desa.





Bidang Perekonomian dan perdagangan


1. Haryo Kandha, pemimpin para saudagar, memeriksa perniagaan baik yng keluar maupun masuk negara. Termasuk dalam istana.


2. Patya Tandha, bertugas memimpin dan mengawasi bagian pabean daratan


3. Pecat Tandha, bertugas mengawasi dan memimpin pelabuhan atau berkaitan dengan kelautan, muara dan sungai besar.


4. Tandha Mantri, bertugas mengelola, memungut atau menarik biaya pasar atau retribusi


5. Jambaleka, bertugas melindungi, menerima, memeriksa seseorang khususnya dalam perkara penangkapan ikan laut





Bidang Hukum


1. Haryo Manguri, disebut juga Wadana Pamudharan, bertugas memimpin para Jaksa atau yang mengadili perkara yang ada. Menyelesaikan perkara, membuat praturan yang baik. ( pengontrol jaksa dalam menegakan kebenaran dan kebijakan)


2. Jaksa, diberi tugas dan wewenang dibidang perkara, menegakan kebenaran serta menyelesaikan permasalahan seadil-adilnya tanpa membeda-bedakan kelas.


3. Paragak, bertugas meluruskan perkara yang timbul pada orang kecil di pedesaan.





Jabatan khusus


1. Adipati Kupu, jabatan adipati yang merdeka sebagai orang yang memimpin para ahli serta berhak memerintah terhadap tegaknya peraturan agama. Tingkat keahlian itu meliputi segala bidang, bik keprajurutan, perdukunan, pemerintahan, seni, kesusastraan, agama serta peraturan negara. Gelar yang diperolehnya adalh Raden, Kayi atau Mas.


2. Prameya, sebutan golongan yang mempunyai nilai lebih atau pejabat teras. Dengan sebutan Prameya berhak menjadi pengganti untuk menjalankan pekerjaan seorang punggawa. Posisinya cenderung sebagai penyempurna dari tugas punggawa.


3. Haryo Leka, jabatan seseorang yang memperoleh kepercayaan dari kerajaan khusus untuk memimpin para abdi yang ahli dalam perhitungan. Dituntut memiliki ilmu dalam bidang perhitungan, penanggalan, perbintangan, primbon, dan lainnya.


4. Haryo Jomba, merupakan Wadana Pesucen, bertugas memimpin para abdi perairan dalam istana,seperti membersihkan air dalam pura, kamar mandi raja dan lainnya.


5. Pujangga, bertugas di bidang sastra,yaitu mengarang cerita, tembangmeredaksi semua kalimat agar sesuai dengan tujuannya. Ia berkedudukan sebagai empu/ahli cerita sehingga dengan keahliannya itu dapat memberikan diplomasi sehingga situasi yang tidak baik menjadi baik.


6. Panjang Jiwo, berarti lidah panjang.jabatan bagi orang yang bertugas kenegaraan untuk menyampaikan perintah.


7. Ulu Balang, bertugas pelaksana surat ke luar negari. (batasan negara pada saat itu tentunya berbeda dengan sekarang)


8. Aggandhek, bertugas mengemban amanat raja mengelola peralatan perkawinan dalam istana.


9. Rangga, disebut juga pangrengga. Membuat baik lingkungan bawahan. Membuat indah dilingkungan pura (peribadahan) maupun pesanggrahan


10. Kandhuruhan, bertugas memperoleh limpahan perintah oleh yang berkewajiban, namun kadang sekaligus pelaksana perintah dari atasan.


11. Pasepan, Juru hisap. Memiliki keahlian menghisap racun hewan maupun akibat ilmu gaib.


12. Pamotan, dipercaya menyimpan semua rahasia raja, baik bersifat kenegaraan maupun pribadi raja.


13. Pandelegan, bertugas sebagai juru tenung, perhitungan serta meramal.


14. Pangalasan, bertugas mengambil kayu dihutan untuk keperluan istana.


15. Tuwaburu, bertugas berburu dihutan dan menjinakan hewan buas.


16. Wuruk, kusir pedati atau gerobak bagi raja dan memelihara peralatannya.





Gelar Kebangsawanan dan Gelar Khusus


1. Ratu : Melindungi /mengayomi semua kawula kerajaan


2. Gusti : gelar mencerminkan keluhuran budi 


3. Bandara : gelar khusus yang berarti sesepuh (dituakan)


4. Kangjeng : gelar dipakai raja, putra mahkota, istri raja, putra-putri raja setelah dewasa.


5. Susuhunan : sesembahan (gelar hanya dipakai oleh raja)


6. Panembahan : penghormatan


7. Pangeran : gelar tertinggi sebagai putra atau kerabat raja.


8. Hariya : luhur (gelar ini satu ciri khas keluarga raja)


9. Panji : Gelar ini diperoleh melalui prestasi di bidang keprajuritan.


(gelar khusus/ tidak dapat diwariskan)


10. Raden : Gelar ini dipakai oleh keturunan raja grad ke 5 atau wareng raja. Dalam Rijblad no 13711/13888 disebutkan bahwa : Yang diperbolehkan memakai sebutan raden yaitu semua keturunan raja dari empat kerajaan Mataram (Kasunanan, Mangkunegaran, Kasultanan dan Pakualaman) sampai pada keturunan keenam tanpa memakai atau memperhatikan keturunan laki-laki atau pun perempuan.


11. Raden Mas, Raden Bagus dan Mas Bagus : gelar ini yang berhak adalah keluarga raja dari alur laki-laki atau perempuan sampai dengan keturunan keempat atau canggah.


12. Kiyai : Gelar khusus orang yang dituakan dalam bidang agama


13. Pangulu : bertugas mengadili perkara suami istri, warisan, dan wasiyat, juru doa


14. Ngulama : memiliki keahlian dalam Agama ( Al Qur`an, Tafsir, Tasawuf, Fikih)


15. Kaum : Golongan atau jejeneng


16. Santri : sahabat atau panakawan yang ahli agama ( mengikuti raja)


17. Pakathik : merawat kuda dan peralatannya


18. Pagundal : pesuruh rendah ( tenaga kasar)


19. Jajar : abdi kinasih di istana ( pangkat paling bawah di istana)





Gelar dan Jabatan diatas merupakan hasil rangkuman trasliterasi dari kitab Wadu Aji dari Kasunanan Surakarta. Gelar, Jabatan, dan gelar kebangsawanan diatas digunakan pada masa kerajaan-kerajaan Mataram Islam yaitu sejak Panembahan senopati Mataram. Walaupun mungkin ada beberapa gelar dan jabatan yang tidak sama persis, penambahan atau pengurangan, namun bisa digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi struktur pemerintahan pada tingkat raja sampai desa pada masa kerajaan Mataram.





Sumber : 


Sumarno, Buku Patrawidya, Juni 2013. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta


Monday, February 10, 2014

Wawasan Seni Tari Nusantara













RANGKUMAN


WAWASAN SENI TARI
NUSANTARA





Tari Tradisional
adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam kurun waktu yang
telah disepakati, aturan baku diwariskan secara turun menurun melalui generasi
ke generasi. Tarian jenis ini telah mengalami perjalanan cukup panjang,
bertumpu pada pola garapan tradisi yang kuat. Tari jenis ini biasanya memiliki
sifat kedaerahan yang kental dengan pola gaya tari atau style yang dibangun
melalui sifat dan karakter gerak yang sudah ada sejak lama. Contoh: tari Jathilan
reog Ponorogo, Tari Gandrung Banyuwangi





Tari
Non tradisional adalah tari yang tidak berpijak pada aturan yang sudah ada
seperti tari tradisional. Tari jenis ini tari pembaruan. Tari nontradisional
lebih mengungkapkan gaya pribadi. Contoh tarinya adalah tari karya Didik nini
towok misalnya tari wek-wek, persembahan. Tari karya Bagong Kussudihardjo
misalnya tari yapong, wira pertiwi. Karya Wiwik Widyastuti tari cantik, tari
karya Abdul rochem tari Gitek balen, tari nandak ganjen karya Entong sukirman
dll.





Tari
Klasik adalah tari yang berkembang di kerajaan-kerajaan yang telah ada di
Indonesia. Puncak tari klasik terdapat pada kerajaan di Indonesia khususnya di
yogyakarta, Surakarta, Kasepuhan Cirebon, kerajaan Klungkung Bali.





Tari
primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Tarian ini lebih menekankan tari yang memuja roh para
leluhur. Pada jaman ini jenis tarian ini sudah mulai tidak kedengaran lagi
gaungnya.





Tari modern atau tari masa
kini adalah bentuk tarian yang merupakan ciptaan kaum muda dan sifatnya hanya
mencari popularitas dengan menciptakan rangkaian gerak yang sedang ngetrend
(istilah kaum muda) dan umumnya bentuk tarian seperti ini tidak lama digemari
oleh masyarakat (musiman). Bentuk tarian modern yang belum lama hilang dari
pandangan kita yaitu jenis tari dengan tehnik lejitan (break dance).


Melalui upacara
spektakuler seperti garebeg, sekaten, eka
dasa rudra,
 dan galungan 
yang didalamnya digelar berbagai unsur kesenian tradisional para raja
menunjukkan kebesarannya





Di Surakarta, Sri Susuhunan
Paku Buwono X membuka Taman Hiburan Sri Wedari dengan pertunjukan wayang orang
yang main setiap malam. Masyarakat Surakarta dan sekitarnya (yang masih kuat berorientasi
ke budaya istana)





Sri Sultan
Hamengkubuwono VII, Di Yogyakarta, dengan restu Sultan, perkumpulan tari Krida
Beksa Wirama didirikan tahun 1918 dan sejak itu tarian keraton boleh diajarkan
kepada rakyat banyak





Di Bali, hadirnya
Belanda mendorong seniman tari dan gamelan untuk menciptakan karya-karya
sekuler yang setiap saat dapat dimainkan untuk hiburan wisatawan.





Landasan kreasi tari ada empat, yaitu:

a. Kehidupan sehari-hari, Tari yang Penyusunannya berdasarkan kejadian atau
kehidupan sehari-hari.

Contoh:

- Tari Lilin (Sumatra Barat)  

- Tari Kiprah (Solo)

- Tari Rela (Sunda)  

- Tari Kebyar (Bali)

- Tari Kelana (Yogyakarta)

b. Peniruan alam dan binatang

Contoh:

- Tari Reog (Jawa Timur)  

- Tari Barong (Bali)

- Tari Merak (Jawa Tengah)  

- Tari Kuda Lumping (Jawa Tengah)

- Tari Kupu-kupu

c. Dongeng dan cerita

Contoh:

Tari Pronocitro, Roro Mendut (Jawa)




Mengisahkan cinta seorang bangsawan dengan gadis rakyat biasa


Contoh : Tari Banjaran Sari (Sunda) Bersatunya
tanah Jawa dan Sunda karena perkawinan Raden Banjaran Sari dari Jawa Timur dan
Ratu Galuh dari Jawa Barat




d. Permainan tradisi

Contoh:

- Tari Lenso (Maluku)  

- Perepet (Jawa Barat)

- Tari Tokecang (Jawa Barat)  

- Tor Boru (Batak)

- Jamuran, Thong-thong Bolong (Jawa Tengah)





Materi gerak tari

Setiap tari daerah mempunyai ciri khas gerak masing-masing sehingga tiap daerah
berbeda. Misalnya tari Jawa gerakannya lebih halus daripada gerakan tari Sunda





Keunikan tari kreasi

Keunikan
tari kreasi terletak pada pengolahan materi daerah tertentu sehingga timbul
corak baru. Corak baru berupa gerak, kostum, irama, ketiganya dimodifikasi
menjadi tari yang indah dan enak dinikmati.




Seni Tari Kelompok atau Berpasangan

Tari kelompok atau berpasangan adalah tarian yang dilakukan oleh sepasang
penari atau lebih dari sepasang yang saling merespon atau saling terkait.

Contoh:

- Tari Gatotkaca Gandrung (Jawa Tengah)

- Tari Serampang Dua Belas (Sumatra) 





Tari-Tari Nusantara


Jawa Tengah: Tari Srimpi 5, Tari
Srimpi 9, tari Bondan, tari Golek, Tari Karonsih, Tari Lawung, Tari Retnosari,
Tari Panji, Tari Saptoretno, Tari Surenglaga, Tari Bondoyudo, Tari Anoman
Kataksini, Tari Bondoboyo, Tari Kridohumangsah, tari Rantoyo, Tari Menak Koncar
(Lumajang), Tari Menak Jinggo Dayun.





Yogyakarta: tari Bedhoyo, tari
Srimpi, tari Golek Lima, adalah tari tradisional Kalsik yang digunakan untuk
upacara tertentu. Pertunjukan tidak sembarang orang dapat melihat. Tarian ini
biasanya terkait dengan upacara ngasung atau jengkar Sinuwun Dalem (Raja turun
keprabon bertemu rakyat di peringgitan).





Jawa Timur memiliki beberapa
khasanah tari seperti Tari Ngremo, Tari Topeng (Malang,Madura), tari Gandrung
Banyuwangi. Tari Atandak, Tari Tayub, Tari Emprak (tari putra/putri berpakaian
wanita, pertunjukan secara berkeliling, berperan seperti Tledek atau Ledek.





Tari
Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian
dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat
disenangi dan terkenal di daerah Aceh.





Tari
Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang
dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama
Islam (Aceh)





Tari
legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem.
Diterikan secara dinamis dan memikat hati. (Bali)





Tari
Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken
tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa.





Tari
Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura,
tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan
penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring
perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat
datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.
Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi.





Tari
Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para
tamu yang dihormati.





Tari
Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.





Tari
Yapong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara.



Tari
Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat
seorang raja karena cintanya ditolak. (Jawa Barat)






Tari
Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan
memukau. (Jawa Barat)





Tari
Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan
menawan. (Jateng)





Tari
Bambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa).
Sebuah perlambang penumpasan angkara murka. Diadopsi dari babakan pada wayang
kulit pada perang Bambang Cakil





Tari
Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. ditarikan
pada waktu menyambut para tamu.





Reog
Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan,
kejantanan dan kegagahan.





Tari
Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali
penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. (Kalbar)





Tari
Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan
menyampaikan untaian bunga. (Kalsel)





Tari
Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria
dan wanita di persandingkan. (Kalsel)





Tari
Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan
Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat (Kalteng)





Tari
Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tamu agung. Dapat pula
di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.(Kaltim)





Tari
perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang
gadis. (Kaltim)





Tari
Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung.
Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung





Tarian
Lenso (sapu tangan) adalah tarian muda-mudi dari Maluku,Tarian ini biasanya di
bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen
Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya





Tari
Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah
perkasa.





Tari
Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan
juang. (Maluku Utara)





Tari
Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian
ini juga sering dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara
khitanan keluarga raja.(NTB)





Tari
Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian
mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai. (NTB)





Tari
Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang
menjadi korban angi-angi(jejadian). Tari Perang, tari yang melambangkan
kepahlawanan, dan kegagahan rakyat Papua.





Tari
Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut
tamu agung (sulteng)





Tari
Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan.
Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan. (Sulawesi Utara)





Tari
Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo





Tari
Piring : Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan
rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam
harinya bersukaria bersama-sama. (Sumatera Barat/Minangkabau)





Tari
Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik
dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari
pergaulan. (Sumatera Utara)





Tari
Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan
dan ditarikan dalam suasana khusuk. (Sumatera Utara)





Tari
Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang
lemah gemulai. (Jogjakarta)





Tari
Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan
dengan gerak tari yang lembut. (Jogjakarta)





Tari
Gambyong, dipentaskan pada upacara-upacara adat Jawa





Tari
Bondan, digambarkan seorang gadis yang menggendong boneka, membawa payung
menari diatas kendi





Tari
Karonsih, menggambarkan sejoli yang memadu kasih





Tari
Topeng Malang, mengisahkan cerita Panji





Tari
Dongkrek,mengkisahkan sebuah cerita rakyat dari Desa Mejayan Caruban.





Tari
Orek-orek, Tari Gaplik (Ngawi) 





Dirangkum dari berbagai sumber di buku Seni Budaya dan internet.