Wednesday, January 6, 2016

Pengenalan Sejarah Madiun dalam Kegiatan Jambore Panti Asuhan II Se Jatim






Pengenalan sejarah Madiun 

Pengenalan Sejarah Madiun dalam Kegiatan Jambore Panti Asuhan II Se Jatim di Yonif Linud 501 Madiun





Alhamdulillah, telah
terselenggara Jambore Panti Asuhan II se Jawa Timur, Jambore Bela Negara Panti
Asuhan Jawa Timur II ini adalah kali kedua yang dilaksanakan. Kegiatan  pertama dilakukan di Yonif 511 di Blitar pada
tahun 2014, dan untuk tahun 2015 ini diselenggarakan di Yonif Para Raider
501/BY. Acara ini dilaksanakan mulai tanggal 27-30 Desember 2015 dengan peserta
seluruh anak asuh putri yang berada di bawah naungan Panti Asuhan se-Jawa Timur
dan merupakan siswi SMP dan SMA atau sederajat. Selain sebagai tuan rumah
penyelenggara, Yonif Para Raider 501/BY juga memberikan pembekalan tentang bela
negara, melatihkan out bond, dan membantu mensukseskan terselenggaranya acara
ini.



Jambore Bela Negara Panti Asuhan Jawa Timur II bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian, kepemimpinan, keterampilan, pengetahuan, persatuan dan kesatuan dalam
meneruskan langkah para pejuang kemerdekaan dalam membela bangsa, negara 
dan agama.



Jambore Bela Negara Panti Asuhan Jawa Timur II yang diselenggarakan ini
memiliki beberapa sasaran yang ingin dicapai, diantaranya:




1.    Meningkatkan ketaqwaan dan kecerdasan spiritual.

2.    Terbinanya tali persaudaraan dan ikut serta membangun jati
diri bangsa.

3.    meningkatkan perkembangan mental, fisik, pengetahuan, jiwa
kepemimpinan dan kepercayaan diri.

4.    Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri,
masyarakat, agama, bangsa  dan negara.

5.    Bertambahnya pengalaman dan keterampilan.

6.    Terwujudnya cinta lingkungan dan cinta tanah air.





Jambore Bela Negara
Panti Asuhan Jawa Timur II ini diketuai oleh Gus Wahib Sidik pengasuh panti
asuhan yatim piatu Ababil dsn. Bulu ds.
Candimulyo kec. Dolopo. Dan didukung oleh banyak komunitas di wilayah Madiun


Dengan koordinator teman-teman
PAGUMA (Paguyuban Madiun) banyak komunitas yang berhasil dirangkul untuk
mendukung kegiatan  ini diantaranya
Enefka Madiun, paguyuban Pencak silat SH Winongo, SH Terate, PS Pandan Alas, PS Tapak Suci, Historia Van Madioen, paguyuban-paguyuban seni dan komunitas-komunitas lainnya di Madiun.





Historia Van Madioen
dalam kegiatan ini mencoba memberikan wawasan tentang sejarah madiun raya agar
generasi muda lebih mengenal sejarah dan budaya daerah Madiun khususnya , hingga
menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap sejarah dan budaya sendiri, dengan begitu diharapkan mampu menumbuhkan Jiwa dan karakter generasi muda yang berciri bangsa Indonesia yang santun, berperadaban adiluhung dan cinta tanah air.





Telah kita rasakan bersama, masyarakat  Madiun  yang santun dan berbudaya selama ini mendapat
stigma yang kurang mengenakan akibat peristiwa pemberontakan PKI 1948, hingga
hal itu sedikit banyak membuat sebagian 
generasi muda madiun merasa rendah diri jika berbicara tentang sejarah
dan budaya madiun hingga enggan untuk mengetahui dan mempelajari sejarah madiun
lebih lanjut.


Oleh karena itu teman-teman Historia van Madiun mencoba untuk membuka wawasan lebih lanjut
tentang sejarah Madiun, yang ternyata banyak peristiwa-peristiwa heroik yang
patut kita banggakan dari pada sekedar ter belenggu pada peristiwa kelam 1948,
walaupun peristiwa Pemberontakan PKI 1948 harus tetap kita ingat sebagai pelajaran penting bagaimana bahayanya paham-paham yang tidak sesuai dengan Pancasila dan NKRI.









Kegiatan 
Pengenalan Sejarah Madiun dilaksanakan di Monumen Kresek





Monumen Kresek, adalah monumen bersejarah
yang merupakan peninggalan dan sebagai saksi atas Peristiwa
Madiun
1948. Lokasi peninggalan sejarah dengan luas 2  hektar ini,
berada + 8 km ke arah timur dari kota Madiun,
tepatnya berada di Desa KresekKecamatan
WunguKabupaten
Madiun
Jawa Timur yang sekarang merupakan kawasan
wisata di lereng gunung wilis bagian Barat karena di sini terdapat banyak obyek wisataalam dan sejarah yang eksotis,yaitu Wanawisata Grape, Air terjun Krecekan Denu, panorama tebing Baleng, PLTA Giringan dan Golang, Air terjun Seweru, Air terjun Banyu Lawe, Kebun Kopi Kandangan, Monumen Polri, rafting Kali Catur, arena outbond dan kuliner khas Madiun.

Monumen
Kresek terdapat Patung Keganasan PKI, patung wajib belajar dan relief peninggalan
sejarah tentang keganasan PKI pada tahun 1948 di Madiun.
Adapun fasilitas wisata yang ada di tempat ini, antara lain,pendopo tempat
istirahat, taman tanaman langka dan dilengkapi pula areal parkir. Monumen ini
diresmikan pada tanggal 10 Juni 1991 oleh Gubernur Jawa Timur, Bapak Soelarso.


Didekat monumen ini juga terdapat prasasti batu yang mengukir nama nama
prajurit TNI dan
pamong desa yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di desa kresek maupun
karena dibantai oleh PKI. Kolonel Inf Marhadi adalah prajurit TNI berpangkat
tertinggi yang gugur dalam pertempuran desa Kresek, namanya lalu diabadikan
menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan
didirikan pula patungnya di alun alun kota Madiun sebagai bentuk penghormatan. Dalam
peristiwa itu juga ada saksi hidup yang berhasil selamat dari pembantaian yaitu
Bapak Soejoed seorang guru dan Bapak Kartidjo, dengan berpura-pura telah mati
akhirnya diselamatkan warga sekitar.

Menurut warga setempat area monumen kresek
dahulu adalah bekas rumah warga yang dijadikan gerombolan PKI sebagai ajang
pembantaian. Di sebelah utara monumen kresek terdapat monumen kecil yang
terbuat dari batu kali yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan para pamong
desa yang dibantai oleh PKI. (tercatat 17 nama)


Tentang peristiwa pemberontakan PKI di Madiun 1948 sendiri, sampai saat
ini masih menjadikan sebuah catatan sejarah Madiun yang masih menjadi bahan
perdebatan berbagai elemen masyarakat, namun peristiwa tersebut sudah terlanjur
menjadi sebuah stigma buruk  Madiun
sebagai  pusat gerakan PKI 1948. Walaupun
banyak penelusuran sejarah yang memberikan wawasan baru bahwa Madiun hanya
dijadikan tempat strategis yang di manfaatkan oleh pihak-pihak PKI yang
memanfaatkan masyarakat, buruh dan laskar-laskar pejuang seperti Pesindo dan Brigade
29 yang sebenarnya  banyak dari mereka
hanya ikut-ikutan. Perlu diketahui bahwa Muso dan Arif Syarifudin sebagai otak  peristiwa PKI Madiun adalah bukan asli  Madiun.

Masyarakat Madiun terbukti tidak mendukung upaya perebutan kekuasaan oleh gerombolan PKI Muso 1948, hingga sejak aksi mereka 18 September 1948 terjadi banyak penolakan dan perlawanan dari berbagai elemen masyarakat Madiun.  




Namun bagaimanapun kita sebagai generasi muda harus waspada
terhadap  ideologi komunis PKI faham-faham lain dan
kelompok yang masih menginginkan hancurnya NKRI.


Dengan stigma buruk Madiun akibat peristiwa kelam 1948 tersebut ,
kita sebagai masyarakat madiun tidak perlu berkecil hati, karena ternyata masih banyak sejarah yang membanggakan Madiun
sebagai kota perjuangan demi menopang kokohnya Pancasila dan NKRI.


Diantaranya :




  1. Wilayah Madiun pernah
    berdiri sebuah kerajaan yang cukup besar , dimulai era Medang yang berpindah
    dari wilayah Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan Raja Darmawangsa Teguh tahun 991
    M – 1016 M pernah bertempat di ibukota Wotan ( diperkirakan wilayah Madiun)
    sumber : Prasasti Pucangan, Prasasti Sendang Kamal dan masih banyak peninggalan
    arkeologi di wilayah Madiun

  2. Kerajaan  vassal Glang-glang I Bhumi Ngurawan, letak di
    situs Ngurawan Dolopo dan    sekitarnya. Berdasarkan Prasasti Kudadu dan Prasasti
    Mula Manurung ditemukan bukti baru bahwa Raja Jayakatwang adalah Raja
    Glang-glang yang pada tahun 1292 M menyerang Kertanegara raja Singasari dengan
    mengibarkan panji merah putih. Dalam 
    Prasasti Kudadu
    (1216 Saka/1294 M) Lempeng IV verso: “…. Prasasti . ring samangkana, hana ta tunggulning çatru layulayu katon wetani
    haniru, bang lawan putih warnnanya…..” “….. pada saat itu, ada bendera milik musuh berlari-lari (melambai-lambai)
    terlihat di timurnya Haniru, MERAH dan PUTIH warnanya”  Apakah ini bisa dijadikan pijakan sejarah baru bahwa Merah
    Putih berasal dari Madiun?

  3. Bupati Pertama Madiun, Pangeran
    Timur / Panembahan Rangga Jumeno (1568 – 1586 M) dengan putrinya prajurit
    perempuan yang gagah berani Retno Djumilah melawan ekspansi  Mataram  dengan 14 kadipaten bawahan diwilayah timur,
    Retno Djumilah terbukti mampu memenangi peperangan walau dengan tipu muslihat
    akhirnya Retno Djumilah berhasil diboyong Panembahan senopati ke Kerajaan
    Mataram.

  4. Bupati  ke 16 Madiun “Rangga Prawirodirjo III” th.
    1795-1810 M, melakukan perlawanan pada Belanda dan mampu menggetarkan Gubernur
    Jendral Daendels, hingga membutuhkan taktik adu domba dengan memanfaatkan
    kraton Jogjakarta dan saudara beliau Pangeran Dipokusumo untuk menangkap dan
    menghentikan perlawanan Rangga Prawirodirjo III.  (Tokoh ini layak diusulkan sebagai pahlawan
    Nasional)

  5. Sentot Alibasyah
    Prawirodirjo senopati yang ditakuti pasukan Belanda dalam perang Diponegoro th.
    1825-1830 adalah putra dari Rangga Prawirodirjo III dengan istri asli Madiun.
    Wilayah Madiun dengan kekuatan penuh rakyat dan pasukan kadipaten di wilayah
    madiun turut aktif melawan pasukan Belanda, hingga baru tahun 1830 Belanda
    resmi menguasai wilayah Madiun dan mulai penguasaan tanah  perkebunan tebu, kopi, tembakau dan lainnya.

  6. Raden Arjo Adipati
    Brotodiningrat 1885 – 1900 Bupati Madiun ke 23 berani memberi perlawanan pada fitnah
    residen Belanda JJ Donner karena Bupati dituduh berkomplot hendak menyusun
    persekutuan jahat dengan mengobarkan Perang Diponegoro jilid ke-2. Sebulan
    setelah penyelidikan, pencuri tertangkap namun tuan Residen tetap tidak
    percaya. Brotodiningrat lalu dibuang ke Padang, Sumatera Barat. Nah, yang
    menarik, dalam membela diri, Bupati Madiun menggunakan jasa pengacara,
    wartawan, serta mengirim nota protes ke Ratu dan parlemen di Den Haag Belanda.
    JJ Donner sendiri dipensiunkan karena dianggap telah mencapai titik terendah
    nervous breakdown.

  7. HOS Cokroaminoto, pendiri
    Sarikat Islam dan guru Bangsa yang melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti Bung
    Karno, Mbah Cokro lahir di Bakur Madiun.

  8. Perjuangan Tentara Pelajar.
    Agresi Militer Belanda I tahun 1947, setelah Surabaya menjadi sasaran militer
    Belanda, maka Madiun dijadikan pertahanan 
    dan tempat mengungsi.  Tentara Pelajar
    yang tergabung dalam Mas TRIP dan TGP ikut aktif dalam perlawanan terhadap aksi
    PKI 1948 hingga gugur Pemuda MULYADI di depan SMP 2 Madiun, dan  perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda II
    hingga banyak tentara pelajar yang gugur di wilayah Madiun, untuk mengenang
    perjuangan para pelajar ini dibangun monument Mastrip dan Monumen TGP di
    Madiun.




Demikian sebagian
kecil tokoh-tokoh Madiun dengan semangat  dan cinta tanah air  yang patut kita banggakan dan teladani. Secara geografis, historis dan cultural Madiun
terletak di lembah diantara Gn. Lawu dan Gn. Wilis suatu wilayah yang subur dan
eksotis dengan banyak seni budaya dan peninggalan sejarah luarbiasa baik dari
era Megalikum, era Kerajaan dan era Kolonial.



Mari Bangga menjadi
warga Madiun, NKRI.  Mari bersama
membangun Madiun dari  berbagai  aspek, untuk bersama menggapai  Indonesia bersatu, berdaulat, berbudaya adil
dan makmur.




Sumber :  


  1. Buku Sejarah Kab. Madiun tahun 1980

  2. Paguma

  3. http://www.kostrad.mil.id/index.php/artikel/4213-kegiatan-jambore-bela-negara-panti-asuhan-jawa-timur-ii-di-yonif-para-raider-501-by-kostrad

  4. Kompas Madya









Kunjungan Peserta Jambore ke Lanud Iswahyudi




peserta Jambore dari Lamongan




Mendengarkan penjelasan dari Tim Pemandu dari Lanud Iswahyudi




Perjalanan menuju Monumen Kresek




Monumen Kresek




Mendengarkan penjelasan dari Tim HvM




Selfie bersama F 16 Lanud Iswahyudi




Menyiapkan kunjungan ke Monumen Kresek




Rombongan Jambore ke Lanud Iswahyudi




Kang Jeje Jaenuri memandu out bond Peserta Jambore




Pemandu Muda HvM




Pengarahan Tim Pemandu Lanud Iswahyudi