Thursday, February 25, 2016

Membuka file Sejarah Madiun Raya







Membuka file Sejarah Madiun Raya



1. Era Megalitikum :

Penemuan arca-arca megalitik : arca-arca Polynesia, Arca-arca corak megalitik banyak ditemukan di lereng gunung Lawu, batu-batu menhir,  tutup kubur batu dgn relief primitive , bak batu/tempayan batu banyak tersebar di beberapa kecamatan wilayah Magetan dan Madiun, watu dakon / batu hitungan bertani, batu altar (Dagangan, Geger, Saradan, Panekan)



2. Era Klasik :


  1. Prasasti Taji, angka th. 901M ditemukan di dsn Taji, Gelang Lor kec. Sukorejo disebut “rakryān iŋ burawan”. 

  2. Prasasti Kwambang kulwan Sendang kamal Maospati th. 991 M 

  3. Miniatur rumah, petirtan Simbatan tertulis angka tahun 906s/984 M srawana dan 917s/995 M.

  4. Prasasti Takeran (museum trowulan) ( th 1042-1222 M) Penanaman pohon Bodhi 

  5. Penemuan kronogram (suryasengkala) "sangawar negri nata gudu prabha pana ska dah ati" Mbah Tonet Daytona / angka tahun : candi sadon 1096 M 

  6. Prasasti Plaosan , Dsn Sale 1099 M 

  7. Prasasti Bungkuk 1114 Masehi dan 1127 Masehi Kurun waktu yang termuat dalam Prasasti Bungkuk termasuk dalam masa pemerintahan Sri Kameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwaniwarryawirrya Parakrama Digjayottunggadewa (Kameswara/ Bameswara) dari Kerajaan Kadiri 

  8. Prasasti Pagerukir, terukir pada bongkahan batu alam, 1056s

  9. Prasasti /watu gilang Tegalsari angka th.1119 M 

  10. Prasasti Mruwak Dagangan th 1186 m Raja Sri jayawarsa sastra prabu 

  11. Prasasti Mbah Krapyak Ds. Ketro, Sawo Ponorogo angka th. 1133 M diteliti th.2013 Raja Bameswara Panjalu 

  12. Prasasti Sirah Kĕting dsn. Sirah Kĕting, Ds. Bedingin, Sambit Ponorogo, th.1204 juga menyebut nama Raja Sri jayawarsa sastra prabu. Nama ini juga disebut dalam Prasasti Panumbangan, Doko Blitar angka th. 1120 M 

  13. Prasasti Tugu Batu Magetan 1099 S / 1177 M

  14. Prasasti Taji Gorang-gareng (museum Nasional) Th. 1204 M 

  15. Prasasti Magetan (museum Nasional) th 1166 s / 1244 M

  16. Prasasti Getas, Ngawi Th. 1317 M (museum Nasional)

  17. Kronogram"Mandalika" Hyang Brama Raja yawa.- ngugu-bumi /131? (mbah Tonet Daytona)

  18. Watu gilang Dsn Setono Krajan Jenangan angka th.1397 M 

  19. Prasasti Ds. Kedung Panji angka th.1302s/1380 M dan 1306 s /1384 M (mbah Tonet Daytona : Rawuhan Grogol/ garu has grogol)

  20. Batu Jobong sumuran Ngrawan Dolopo th. 1398 

  21. Prasasti Dsn Ngabar Ds. Ngadirejo Magetan th 1457 Prasasti Batu dari Desa Sine Kecamatan Sine, angka tahun 1459 M 

  22. Prasasti tembaga Waringin Pitu yang diketemukan di Ds. Suradakan (Kab.Trenggalek) dikeluarkan Raja Widjayaparakramawardhana (Dyah Kerta Wijaya) pada 22 Nov1474 M. menyebutkan penguasa di Jagaraga (paduka Bhattara ring Jagaraga) bernama Wijayandudewi

  23. Prasasti dari Madiun (museum Nasional) Th. 1469 M 

  24. Prasasti Pudak, Pulung Ponorogo (museum Nasional) Th. 1505 s / 1586 M

  25. Gentong Batu Masjid Kuncen Madiun, ada guratan angka hijaiyah Th. 1283 H


Catatan : banyak Prasasti yg tidak / belum terbaca di Madiun raya. Diantaranya wilayah Magetan : prasasti watuongko, lembeyan, Kutu Sumberejo, Tegalturi Maospati, Ngujung, Bulu Gledeg, Kenteng. Wilayah Madiun : Prasasti Bibrik, Klagenserut, Kuncen Caruban.



Berdasarkan Data Arkeologi, Manuskrip Kuno dan Toponim wilayah Madiun diperkirakan pernah menjadi pusat pemerintahan beberapa kerajaan :



1. Kerajaan Medang yang berpindah dari wilayah Jawa Tengah ke Jawa Timur pada masa Mpu Sindok dan dilanjutkan Raja Darmawangsa Teguh tahun 991 M – 1016 M diperkirakan bertempat di wilayah Madiun dengan ibukota Wotan. sumber : Prasasti Pucangan 1041 M, Prasasti Taji 901 M Prasasti Sendang Kamal 991 M



Era ini terjadi Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan berita dalam prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016 M.



Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik Cina dari Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu. Pada tahun 1006 M (atau 1016 M) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas. Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.



2. Kerajaan Singasari/Kediri, (kerajaan Glang-glang) Poerbatjaraka (1968: 372) telah menafsirkan Bahwa Glang-glang/Gegelang berada di wilayah selatan Madiun, berbeda dengan NJ. Krom (1954) menafsirkan berada di Kediri. Serat Pararaton disebutkan balatentara Jayakatwang dari Glang-glang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singasari. Lebih tegas lagi diberitakan dalam sebuah prasasti Kudadu yang diterbitkan oleh Raden Wijaya pada tahun 1294 M



Prasasti Kudadu (1216 Saka) Lempeng IV verso:

“….. ring samangkana, hana ta tunggulning çatru layulayu katon wetani haniru, bang lawan putih warnnanya…..” Artinya:

“….. pada saat itu, ada bendera milik musuh berlari-lari (melambai-lambai) terlihat di timurnya Haniru, MERAH dan PUTIH warnanya”



Prasasti Mula-Malurung (1255 M) dengan jelas menyebutkan posisi nagara Glang-Glang memiliki wilayah yang berbeda dengan nagara Daha. Nagara Glang-Glang berada di wilayah yang disebut “bhūmi Wurawan” (Madiun), sedangkan nagara Daha berada di wilayah yang disebut “Bhūmi Kadiri”.Situs Nagara Glang-glang ini berada di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Di dusun Ngrawan dan sekitarnya terdapat banyak tinggalan arkeologis masa Hindu-Budha, diantaranya sebagai berikut: 12 buah batu umpak, banyak ditemukan struktur batu bata kuno, lingga yoni, arca-arca, fragmen candi, stuktur petirtan, dan toponimi-toponimi yang sangat identik dengan nama-nama Kerajaan pada era Kediri dan Singasari.




Toponimi : Glonggong=glang-glang, Nggelang= Glang-glang, Ngrawan=Ngurawan, Daha=Daha, setono Gedong, Ketawang=Katawang, Sendang Ganter, Punthuk Daton=kedaton/kraton dll.



Situs Pendukung : Situs Punthuk Daton, Situs sekitar M I Thoriqul Huda Tambak Boyo, Kumpulan Arca di Rumah Bapak Saiful Huda, Situs Petirtan, Situs Musola Kuno Waqofan, Situs Sendang Ganter dan Setono Gedong di Doho, Situs Dul Boto, Dsn. Nggelang, Situs Umbul, Situs Sumur Guling, Situs Candi Palur, Situs Sirahnogo, Situs Sumber Brebes dll.



3. Kerajaan Demak- Mataram Islam

Kyai Reksogati 1518 M utusan Demak sebagai penyebar Agama Islam di Purabaya. Adipati Gugur sebagai adipati Gegelang dapat ditaklukan Sunan Kudus 1529 M. Pangeran Timur dilantik sebagai Bupati Purabaya bersamaan dengan Hadiwijoyo (Karebet/Joko Tingkir) sebagai Sultan Pajang tanggal 18 Juli 1568


  • Bupati Pertama Madiun, Pangeran Timur / Panembahan Rangga Jumeno (1568 – 1586 M) Terjadi penyerangan Mataram Th. 1586 dan 1587 terbukti Purabaya mampu memenangi peperangan, dengan prajurit perempuan yang gagah berani Retno Djumilah dibantu 14 kadipaten bawahan diwilayah timur. Baru th 1590 M akhirnya Purabaya takluk dengan tipu muslihat. Retno Djumilah berhasil diboyong Panembahan senopati ke Kerajaan Mataram sebagai permaisuri ke 2.

  • Perang Trunojoyo : 5 Nopember 1678, pasukan Amangkurat II dengan jumlah besar yang terdiri dari Prajurit Makassar, Malaya, Ambon dan juga Jawa singgah di Desa Klagen Gambiran kemudian berkemah di pinggir Kali Madiun di Desa Kajang. Disini pasukan Belanda dibawah Kapten Tack bergabung. Hari berikutnya mereka meneruskan pengejaran terhadap Trunojoyo ke timur, di Desa Tungkur (saradan) Pasukan Trunojoyo mengadakan perlawanan sengit hingga pasukan Mataram terpaksa bermalam di Caruban

  • Perang Suropati : Bupati Madiun Pangeran Tumenggung Balitar Tumapel wafat karena usia tua, putri sulungnya Raden Ayu Puger menggantikan kedudukan Bupati Madiun, beliau juga membantu mengirim prajurit-prajurit Madiun untuk membantu perjuangan Suropati. Tahun 11 September 1705 suami Bupati Madiun, Pangeran Puger memasuki istana Kartasura, dinobatkan menjadi raja Mataram Kartasura dengan gelar Sri Susuhunan Paku Buwono I, tentunya Raden Ayu Puger mengikuti suaminya bertahta di Kartasura, sebagai penggantinya ditunjuklah saudaranya bernama Pangeran Harya Balitar menjadi Bupati Madiun


4. Era setelah Palihan Nagari Jogjakarta-Surakarta 1755 M


  • Bupati ke 16 Madiun “Rangga Prawirodirjo III” th. 1795-1810 M, melakukan perlawanan pada Belanda dan mampu menggetarkan Gubernur Jendral Daendels, hingga membutuhkan taktik adu domba dengan memanfaatkan kraton Jogjakarta dan saudara beliau Pangeran Dipokusumo untuk menangkap dan menghentikan perlawanan Rangga Prawirodirjo III. (Tokoh ini layak diusulkan sebagai pahlawan Nasional

  • Sentot Alibasyah Prawirodirjo senopati yang ditakuti pasukan Belanda dalam perang Diponegoro th. 1825-1830 adalah putra dari Rangga Prawirodirjo III dengan istri asli Madiun. Wilayah Madiun dengan kekuatan penuh rakyat dan pasukan kadipaten di wilayah madiun turut aktif melawan pasukan Belanda, hingga baru tahun 1830 Belanda resmi menguasai wilayah Madiun dan mulai penguasaan tanah perkebunan tebu, kopi, tembakau dan lainnya.

  • Raden Ario Adipati Brotodiningrat 1885 – 1900 Bupati Madiun ke 23 berani memberi perlawanan pada fitnah residen Belanda JJ Donner karena Bupati dituduh berkomplot hendak menyusun persekutuan jahat dengan mengobarkan Perang Diponegoro jilid ke-2. Sebulan setelah penyelidikan, pencuri tertangkap namun tuan Residen tetap tidak percaya. Brotodiningrat lalu dibuang ke Padang, Sumatera Barat. Nah, yang menarik, dalam membela diri, Bupati Madiun menggunakan jasa pengacara, wartawan, serta mengirim nota protes ke Ratu dan parlemen di Den Haag Belanda. JJ Donner sendiri dipensiunkan karena dianggap telah mencapai titik terendah nervous breakdown. Karya monumental “the Brotodiningrat Affair “ karya Ong hok ham

  • HOS Cokroaminoto 1882- 1934, pendiri Sarikat Islam dan guru Bangsa yang melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti Bung Karno, HOS Cokroaminoto lahir di Bakur Madiun, karena orang tuanya menjadi wedana di Kleco, Wungu distrik Kanigoro (dekat pasar Dungus)

  • Perjuangan Tentara Pelajar. Agresi Militer Belanda I tahun 1947, setelah Surabaya menjadi sasaran militer Belanda, maka Madiun dijadikan pertahanan dan tempat mengungsi. Tentara Pelajar yang tergabung dalam Mas TRIP dan TGP ikut aktif dalam perlawanan terhadap aksi PKI 1948 hingga gugur Pemuda Mulyadi di depan SMP 2 Madiun, dan perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda II hingga banyak tentara pelajar yang gugur di wilayah Madiun, untuk mengenang perjuangan para pelajar ini dibangun monumen Mastrip dan Monumen TGP di Madiun.


5. Era Kolonial

Pada 1 Januari 1832, Madiun secara resmi dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda dan dibentuklah suatu tatanan pemerintahan yang berstatus karesidenan dengan ibu kota di Desa Kartoharjo (tempat istana Patih Kartoharjo) yang berdekatan dengan istana Kabupaten Madiun di Desa Pangongangan, Tanggal 20 Juni 1918, di bentuk Pemerintah Gementee /Kota Praja Madiun. Banyak peninggalan Bangunan-bangunan gaya Empire, Indische, artdeco dan Tionghwa:



Kawasan pecinan, Rumah Kapitan China, Lingkungan Pendopo Bupati, Asrama Kepangeranan, Kantor Walikota, Bakorwil, Korem 081, Kodim 0803, Denbekang, Satlantas Polresta, Gudang Uyah & kopi, PG di wil Madiun, Bosbow, Rumah Tahanan Militer, Gereja Katolik st. Cornelius, Bioskop Arjuno & Lawu, Perpuskota, Klenteng Tri Dharma, BRI Alun-alun, SMP 2, SMP 6, SMP 13, SMP 5, SMP santo Yusuf, SD Jenggala, SD Kartini, SD Endrakila, SD Guntur, SD Pangongaan, SD 2 Kartoharjo,SD Jl. Nori, Stasiun KA, dll.



Sumber :


  1. Buku Sejarah Kab Madiun 1980

  2. Novi B M, Buku Nagara Glang-glang I Bhumi Ngurawan

  3. Laporan Penelitian Epigrafi wilayah Madiun dan sekitar tahun 1996 oleh Titi Surti Nastiti dan Machi Suhadi

  4. Wikipedia

  5. Blusukan "Kompas Madya"





Wednesday, February 10, 2016

Sejarah Terbentuknya Tentara Genie Pelajar (TGP)








Terbentuknya
Tentara Genie Pelajar (TGP) pada tanggal 3 September 1945 Surabaya sejak
diproklamasikan pemerintahan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Atas
anjuran Dul Arnowo selaku ketua KNI (Komite Nasional Indonesia / Red: Dewan
Perwakilan ) Surabaya maka beberapa orang pelajar yang mewakili sekolahnya
masing-masing dan kemudian mengadakan rapat, yang akhirnya berhasil  membentuk pasukan pelajar, yang disebut Staf
:


Staf I      : Gabungan pelajar SMT Darmo 49


Staf II    : Gabungan pelajar SMTT dan ST Sawahan


Staf III   : Gabungan SMP Ketabang dan SMP Praban


Staf IV   : Gabungan pelajar sekolah lainnya





Pasukan pelajar staf
tersebut terbentuk kira-kira pada  akhir
bulan September 1945


BKR Pelajar Staf II,
mempunyai perkembangan sendiri, mereka adalah kelompok pelajar SMTT dan ST yang
tetap bertahan pada pasukan staf II atau BKR staf VI. Kelompok ini kemudian
menggabungkan diri pada Dinas Genie Pertahanan Surabaya. Sejak itu Kesatuan
Pelajar tersebut berubah nama menjadi BKR Pelajar Dinas Genie Pertahanan
Surabaya atau Pasukan STS BKR Pelajar Dinas Genie Pertahanan Surabaya atau
Pasukan STS. Inilah yang dianggap sebagai embrio dari Tentara Genie Pelajar
(TGP) yang dibentuk di Malang pada tanggal 2 Februari 1947.


Sesuai SK Menhankam
No. Kep./04/III/1995 Tentara Genie Pelajar (TGP) disamakan dengan BKR termasuk
cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.





Pembentukan Tentara
Genie Pelajar (TGP) berawal saat 14 Oktober 1946, dalam suasana gencatan
senjata dan status quo, di rintis upaya perundingan RI-Belanda yang
menghasilkan perjanjian Linggarjati. Selama itu diberlakukan suatu keadaan
gencatan senjata dari kedua belah pihak. Dengan tidak adanya lagi tugas-tugas
operasional pembelaan negara, maka para pelajar pejuang bersenjata menarik diri
dari medan pertempuran untuk belajar kembali menekuni pendidikan di sekolah.
Disusul kemudian ada pengumuman dari sekolah bahwa STN/SMTT akan dibuka kembali
di Lawang, Malang, Blitar dan Kediri. Khususnya bagi murid kelas III STN/SMTT
akan dibuka di Lawang dan diasramakan di Jalan Sumberwaras Lawang. Di Lawang
kurang lebih 5 bulan ada kenaikan kelas, kemudian sekolah dipindah lagi ke Kota
Malang yang untuk sementara waktu masih menumpang di gedung Katholik Corjesu
(sekarang berada di depan Rumah Sakit Umum Celaket Malang).





Tidak berapa lama,
sekolah dipindah lagi ke SMP Kristen di Jalan Semeru No. 42 Malang. Di sinilah
tempat kelahiran kesatuan Tentara Genie Pelajar (TGP) di bawah pimpinan
Soenarto terbentuk, tepatnya pada tanggal 2 Februari 1947. Semboyan TGP saat
itu Berjuang Sambil Belajar. Ide mendirikan TGP oleh sekelompok pelajar
pejuang SMTT sebenarnya sudah ada sejak di asrama Sumberwaras Lawang sampai di
mess Jalan Ringgit Malang. Peristiwa ini sekaligus juga dimanfaatkan untuk
pendaftaran bagi yang berminat menjadi anggota pasukan pelajar pejuang yang
baru, Tentara Genie pelajar. Pembentukan satuan baru ini diawali dengan acara
pendidikan dan latihan, baik dalam dasar-dasar militer sekaligus juga
spesialisasi tugas genie. Pelatihan itu diselenggarakan selama dua minggu di
Kesatrian, Rampal, Kota Malang. Bersamaan dengan itu juga dilakukan aksi
anjuran untuk membentuk satuan TGP dan bergabung dengan TGP Malang. Sedangkan
latihan dasar kemiliteran dilatih oleh para pelatih dari Sekolah Kadet Angkatan
Laut Malang. Batalyon TGP terbagi menjadi 4 Kompi yaitu Kompi I berada di
Malang, Blitar dan Pare (Kediri), Kompi II berada di Madiun, Bojonegoro dan
Pati, Kompi III berada di Solo, dan Kompi IV berada di Yogyakarta.





HvM mengunjungi Monumen TGP, Jl. TGP Kota Madiun



Tentara Genie Pelajar
(TGP) Kompi II  Madiun, Bojonegoro dan
Pati


Di Bojonegoro , atas
inisiatif dari pemuda Roesnin dan DBH.Joewono yang anggotanya dari para pelajar
SMP dan SMT baik berasal dari Ex. Anggota kader Barisan Pelajar maupun dari
sekolah-sekolah lainnya, yang kemudian terhimpun dalam satu markas Front
Pelajar Bagian Genie /Zeni Bojonegoro di gedung ex. Sekolah Kepandaian Putri
(SKP Negeri ), Roesnin sebagai pimpinan yang Desember 1947 melanjutkan sekolah
ke Yogyakarta diganti Soejitno pelajar SMT Bojonegoro.anggota TGP dalam markas
itu belum banyak kurang lebih 20 anggota, yang memproduksi Brandfessen
(botol-botol pembakar) yaitu alat bakar untuk bumi hangus.


Pada Januari 1948 Sdr.
Dandy Kadarsan dan Sdr. Slametono dari TGP Pusat Malang datang meresmikan Front
Bagian Genie menjadi Tentara Genie Pelajar Detasemen V seksi 501 atau seksi “B”
Bojonegoro. Anggota TGP Bojonegoro yang jumlahnya sudah bertambah menjadi 36 ,
ikut aktif dalam operasi militer dan bergabung dengan Brigade “Ronggolawe”
Pimpinan Let. Kol. TNI Soedirman. Dalam agresi Militer Belanda II TGP
Bojonegoro mendapat tugas penghancuran jembatan-jembatan untuk menghadang
tentara Belanda. Selesai penghancuran jembatan Pasukan TGP beralih tugas
sebagai pasukan tempur.





Di Madiun, Setelah
peristiwa PKI / Muso 1948 di Madiun, disusul Agresi militer Belanda II, dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan RI, para senior TGP membuka pendaftaran bagi
para pemuda untuk ikut bergerilya bergabung dalam Tentara Genie Pelajar melawan
agresi militer Belanda, pendaftaran dilaksanakan di gedung  Sekolah Teknik (ST) depan Markas Mobrig
Kletak, Madiun. (sekarang SMP Negeri 12 Madiun), pada saat itu terkumpul 98
anggota TGP dan dibentuk kompi 2 wilayah Madiun. Saat awal kedatangan Belanda
pasukan TGP sudah kehilangan 2 anggotanya yaitu, saudara Heru Muljono dan Agus
Suwarno anak Jl. Pandan dan Jl. Kalimantan yaitu saat ditugaskan meledakan
Kantor Telpon  di berondong serdadu Belanda, kemudian yang mengharukan
gugurnya Pemuda Bagyo dan Saparno, teman karib sejak kecil dari Njuritan Madiun, berdua gugur saat memasang ranjau di jalan raya
Saradan dekat SMP 2 Saradan sekarang. Tubuh mas bagyo saparno hancur hingga dijadikan satu dimakamkan di TMP Madiun. Dalam 1 tahun perjuangan Pasukan TGP kompi 2
Madiun harus merelakan 28 pejuang yang gugur di medan laga.





Daftar Anggota TGP
Kompi II yang Gugur di pertempuran





















































































































































































No


Nama


Tempat Gugur


Tanggal Gugur


1


Agus Suwarno


Madiun


25-12-1948


2


Heru Muljono


Madiun


25-12-1948


3


Muljadi


Madiun


26-12-1948


4


Wandojo


Kwadungan, Ngawi


31-12-1948


5


Kusminhat


Ngawi


2-1-1949


6`


Sugiman


Slaung, Ponorogo


8-1-1949


7


Kresno


Kayang, Dolopo


16-2-1949


8


Dwisodo Jatono


Kedungprau, Ngawi


21-2-1949


9


Sentot Santoso


Kedungprau, Ngawi


21-2-1949


10


Sumantri


Kedungprau, Ngawi


21-2-1949


11


Sutopo C


Kedungprau, Ngawi


21-2-1949


12


Kuswadi


Sambiroto, Nganjuk


22-2-1949


13


Wakiran Woerjanto


Beran, Nganjuk


12-3-1949


14


Sukatminaris


Walikukun


10-5-1949


15


Sudarmadi


Sukolilo , Pati


-2-1949


16


Singgih


Tegal wero ,Pati


22-3-1949


17


Rachmad


Pucakwangi, Pati


12-5-1949


18


Ismukandar


Pucakwangi, Pati


12-5-1949


19


Moch Chafit


Pucakwangi, Pati


12-5-1949


20


Burhan


Pucakwangi, Pati


12-5-1949


21


Buntaran


Pucakwangi, Pati


12-5-1949


22


Tekek Sudarsono


Pucakwangi, Pati


12-5-1949


23


Kamil Sedijadi


Gebangayu


20-6-1949


24


Moch Dakir


Kendal, Ngawi


7-7-1949


25


Saparno


Saradan


14-7-1949


26


Subagyo


Saradan


14-7-1949


27


Sudajat


Kedung Glagah


7-8-1949


28


Suwadi


Kedung Glagah


7-8-1949






Sumber :


Buku Ex TGP Brigade 17
seksi B-Bojonegoro Kompi II Syiwa, Tahun 1997


Buku Panduan
Musyawarah Besar IKB Ex Tentara Genie Pelajar Brigade 17, Tahun 1995


http://ngalam.id/read/3853/perjuangan-tentara-genie-pelajar-tgp-di-malang




http://satriotomo-gombal.blogspot.co.id/2014/09/menelusuri-kisah-pejuang-trip-tgp.html


Tuesday, February 9, 2016

Dari Brigade Tempur Ke Brigade Pembangunan








Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”


Dari Brigade Tempur Ke Brigade
Pembangunan





Yayasan
Pendidikan “Tujuh Belas” merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta dimaksudkan
sebagai monumen hidup oleh dan dari warga bekas pasukan Tentara Pelajar Ex.
Brigade 17, sebagai salah satu sarana guna kelanjutan perjuangan ex Brigade 17
sesudah selesai menunaikan tugas perjuangan merebut kemerdekaan Bangsa.


Yayasan
Pendidikan “Tujuh Belas” sudah dirintis berdirinya sejak tahun 1954 dengan
sekolah-sekolahnya mulai Taman Kanak-kanak sampai dengan Akademi telah
memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak dan pemuda terutama dari
masyarakat di desa-desa yang dahulu telah memberikan dukungan maupun bantuan
ikhlas bagi perjuangan ex Brigade 17 sebagai perwujudan balas budi serta
memberi pelayanan khusus bagi putra-putri warga ex Brigade 17 dan veteran
pejuang kemerdekaan RI yang kurang mampu dengan keringanan-keringanan dan
pembebasan biaya sekolah. Maka dengan kesadaran dan sengaja lokasi
sekolah-sekolah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” sebagian besar ditetapkan di
desa-desa diluar kota besar. Demikian penjelasan singkat ketua umum Yayasan
Pendidikan “Tujuh Belas”  Bapak Drs.
Anwar Rasjid, BcHk dalam sebuah pengantar buku Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
tahun 1980.





Sejarah
Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”


Lahirnya
Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” tidak lepas dari pembubaran pasukan pemuda
pelajar, yang pembentukannya pada tahun1945 telah dirintis oleh para pemuda
pelajar yang tergabung dalam IPI (ikatan Pelajar Indonesia). Pada tanggal 1
April 1950 seluruh pasukan pelajar yaitu Tentara Republik Indonesia Pelajar
(TRIP), Tentara Genie Pelajar (TGP), Tentara 
Pelajar (TP) yang tergabung dalam Brigade 17 di demobilisasikan dan
seluruh anggotannya dikembalikan ke masyarakat serta sebagian besar kembali ke
bangku sekolah sampai melanjutkan ke Perguruan Tinggi, sebagian terbesar di
Yogyakarta. Sebagai kelanjutan demobilisasi TP Be. 17 tersebut , sebagai bentuk
kelanjutan persatuan wargadengan identitas dan idealism perjuangannya, pada tahun
1952 diselenggarakan konggres bekas TP Detasemen III Brigade 17 di Yogyakarta
dan melahirkan Organisasi Keluarga Bekas Tentara Pelajar (KBTP) dengan program
perjuangan kemmasyarakatan dalam kelanjutan perjuangan mengisi kemerdekaan.
Sebagai salah satu program , maka pada tahun 1954 oleh para warga KBTP di
Yogyakarta diselenggarakan adanya sekolah yaitu SMA dan SGA dengan pengajar
para warga yang pada waktu itu sebagai mahasiswa di berbagai fakultas, dengan
nama sekolah SMA “Garuda” dan SGA “Garuda” dan nama ini diambil dari nama kompi
II Det. III Be. 17 (kompi Garuda)’





Setelah
itu pada tahun 1956 telah pula didirikan SMP yang diselenggarakan oleh
organisasi Petema (Pengerahan Tenaga Mahasiswa) yang juga dipelopori oleh para
Ex. TP mahasiswa Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.


Setelah
adanya 2 kegiatan tersebut , maka dirasa perlu adanya wadah perjuangan yang
lebih mampu memadukan, menampung dan meningkatkan lagi aspirasi dan prestasi
kemasyarakatan yang ingin dicapai.maka ditetapkanlah sebuah kelembagaan yang
permanen dan lahirlah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” pada tanggal 17
September 1957 di Yogyakarta, suatu lembaga pendidikan sebagai manifestasi,
bentuk maupun sarana dan arena kelanjutan perjuangan warga ex Brigade 17 guna
pengabdiannya bagi pembangunan bangsa. Serta pada tahun berikutnya dilaksanakan
pengembangan  Yayasan Pendidikan “Tujuh
Belas” di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.





Semboyan
         : DARI BRIGADE TEMPUR KE BRIGADE
PEMBANGUNAN


Motto
                  : PRO PATRIA





Kedudukan
Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”


Yayasan
Pendidikan “Tujuh Belas” merupakan Lembaga Pendidikan Swasta Swadaya para
pelajar pejuang Ex Brigade 17, dengan sekolah-sekolah dibawah naungannya yang
berstatus “Berbantuan Pemerintah” menurut Surat Keputusan Menteri P.P dan K Nomor:
24001/BL tanggal 20 Agustus 1963. Sekarang menyelenggarakan sekolah dari TK
sampai dengan Akademi dan lembaga kursus dengan beberapa sekolah telah
berstatus  subsidi pemerintah. Pada tahap
awal  dari sekolah-sekolah ini semua
tenaga pengajar terdiri dari warga ex. Brigade 17 , dengan status guru Negeri
diperbantukan.





Landasan
dan Sistem Pedidikan Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”




  1. Yayasan Pendidikan “Tujuh
    Belas” mendasarkan perjuangan serta pengabdiannya pada doktrin serta
    nilai-nilai proklamasi 17 Agustus 1945 dengan landasan moral ideal Pancasila
    sebagai Falsafah Bangsa.

  2. Yayasan Pendidikan “Tujuh
    Belas” melalui predikat namannya berpegang pada angka 17, mengandung makna
      selalu akan konsekwen berpegang teguh pada
    rasa solidaritas Korp
      Brigade 17 serta
    mempertumbuhkan
      terus tradisi spirit
    maupun semangat patriotisme Tentara Pelajar Brigade 17 pada masa perjuangan
    kemerdekaan.

  3. Yayasan Pendidikan “Tujuh
    Belas” melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran berdasarkan
    sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan TRI DHARMA UPAYA, suatu sistem
    pendidikan dan pengajaran untuk mengantarkan anak didik melalui suatu kejiwaan
    cipta, rasa, karsa bertujuan menumbuhkan dan membentuk manusia Indonesia yang
    berwatak, berilmu serta berketrampilan dengan penerapan sikap asih, asah, asuh
    terhadap anak didik.





Tujuan
Pendidikan Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”




  1. Menumbuhkan dan membentuk
    manusia Indonesia yang memiliki kepribadian dan watak dengan idealism
    kebangsaan Pancasila berikut kemantapan keimanannya terhadap ke-Tuhanan YME dan
    sanggup berjuan membela kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia.

  2. Menghasilkan tenaga yang
    memiliki ilmu, cakap dan berketrampilan untuk berkarya dengan kesediaan
    pengabdiannya guna pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia.

  3. Ikut serta membantu
    penyelenggaraan Program Nasional di bidang pendidikan guna pembangunan sebagai
    kelanjutan perjuangan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia




                Dikutip dari : Buku Yayasan Pendidikan “tujuh Belas”


                diterbitkan oleh Bagian Humas Yayasan “Tujuh Belas” Tahun
1980





SMK YP 17-1 Madiun




SMK YP 17-1 Madiun


Perkembangan Yayasan Pendidikan  "17" di Madiun

Sejak lahirnya Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” pada tanggal 17 September 1957 di Yogyakarta, penyelenggaraan sekolah Yayasan Pendidikan "Tujuh Belas" di Madiun diawali berdirinya SMP "Tujuh Belas" sekitar tahun 1959 kemudian berdiri STM "Tujuh Belas" di Jl. Merapi Kota Madiun dengan kepala sekolah Bapak Darno-Bapak Darmoyo-Bapak Eddy Sarjono, BA-Bapak Surjanto Budiwalujo-Bapak Samiadi sampai dengan sekarang yang menempati gedung sekolah sendiri di Jl. Gajah Mada No. 25 dengan nama SMK YP 17-1 Madiun.

Pada tahun 80-an juga berdiri SMA "Tujuh Belas" dan SMPS "Tujuh Belas" sekarang menjadi SMK YP 17-2 Madiun yang menempati gedung sendiri di Jl. Ringroad Barat Kota Madiun.



Sekolah Perintis Berdirinya Yayasan Pendidikan “Tujuh
Belas”






















No


Daerah


Sekolah


Berdiri


Kasek


Penanggung jawab


1.


2.


3.


D.I. Yogyakarta


SMA Garuda


SGA Garuda


SMP Yogyakarta


1954


1954


1956


R.M. Ismandji K


Bambang Suroto


Sakri Sambodja


Anwar Rasjid (Ketua umum KBTP)


Sutopo(Ketua PETEMA)


Mulyono (Kuasa YP 17)




Sekolah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” Daerah Jawa
Timur



























































































































































































































































































































































No


Nama
Sekolah


Th.
Berdiri


tempat


Jml
siswa


Jml
kelas


Jml/status
Guru


Jml
Kwalf.guru


Waktu
sekolah


Ujian


Hasil
Ujian (%)


Gedung


Tanah


Kasek


negeri


subsidi


honor


Ex.
Be.17


umum


Remaja penerus


1


SMP Tujuh Belas


1974


Gresik


209


6


1


-


10


-


-


11


Siang


sendiri


92


Sewa


-


Soemarjani


2


SMP Tujuh Belas


1964


Nglegok


528


10


1


-


19


2


10


8


Pagi


Sendiri


94


Milik


Milik


Slamet Sucipto


3


SMP Tujuh Belas


1978


Pare


140


4


1


-


11


-


5


6


Siang


-


-


Sewa


-


Suyati


4


SMP Tujuh Belas


1976


Surabaya


371


6


-


-


22


7


10


5


Pagi


Sendiri


90


Milik


Hak pakai


Toewoeh Soetomo


5


SMA Tujuh Belas


1959


Malang


127


4


3


-


16


3


14


2


Siang


Sendiri


93,5


Pinjam


-


Sasono Hadipranoto


6


SMA Tujuh Belas


1959


Blitar


198


5


2


-


22


2


17


5


Siang


Sendiri


90


Sewa


-


Slamet Sucipto


7


STM Tujuh Belas


1966


Malang


99


3


-


-


23


5


11


7


Pagi


Sendiri


90,4


Sewa


-


Suparlim, BA


8


STM Tujuh Belas


1964


Madiun


496


11


4


-


38


5


34


3


Pagi


Sendiri


96,3


Milik


Milik


Eddy Sarjono, BA


9


STM Tujuh Belas


1971


Tl. Agung


201


4


-


-


21


3


14


4


Pagi


Sendiri


95


Milik


Sewa


Suripto Ariwi


10


STM Tujuh Belas


1965


Lumajang


435


13


-


-


31


-


-


31


Pagi


Sendiri


92


Milik


Sewa


Kabul Suharman


11


STM Tujuh Belas


1974


Jember


129


4


-


-


15


-


-


15


Sore


Digabung


80


Pinjam


-


Ruhito


12


SMEA Tujuh Belas


1969


Pare


399


10


-


-


20


1


29


-


Siang


Sendiri


98


Pinjam


-


Kardjono,BA


13


SMEA Tujuh Belas


1964


Ponorogo


280


6


3


-


16


1


9


9


Siang


Sendiri


96


Sewa


-


Hinarto, BA


14


SMEA Tujuh Belas


1964


Selorejo


247


6


-


-


17


2


8


7


Siang


Sendiri


98


Milik


Milik


E. Gatot BA


15


SPG Tujuh Belas


1965


Selorejo


232


6


-


-


20


1


15


4


Pagi


Sendiri


81


Milik


Milik


E. Gatot BA


16


SMP Tujuh Belas


1959


Selorejo


816


16


2


-


19


2


-


19


Pagi


Sendiri


99


Milik


Milik


E. Gatot BA