Tuesday, October 17, 2017

Silsilah Keluarga Besar Mbah Dullah Landjar Dsn.Gegersapi Bibrik





Keluarga Mbah Dulah Landjar Bibrik





walaupun hanya keluarga biasa yang tinggal di sebuah dusun kecil, bukan keturunan bangsawan ataupun seorang ulama namun pemahaman sejarah tentang nenek moyang sangat penting bagi anak cucu dan penerusnya. diera modern sekarang sebuah keluarga pada akhirnya tumbuh berkembang, bekerja dan tinggal di berbagai pelosok negeri bahkan luar negeri tidak ada halangan waktu dan tempat untuk menjalin silaaturahmi. diharapkan anak cucu dan penerusnya mempunyai kesadaran bahwa mereka lahir dan menjalankan hidup tidak begitu saja ada tanpa perjuangan para pendahulunya. oleh karena itu diharapkan dengan mengetahui silsilah nenek moyang, seluruh penerusnya bisa membawa diri seperti seperti apa yang diharapkan para leluhur, selain harus hidup rukun dengan sesama, lingkungan dan tentunya keluarga sendiri, mendoakan para leluhur dan kita punya tanggungjawab untuk menjaga nama baik keluarga dan para leluhur. semoga beliau-beliau para leluhur pendahulu kita mendapatkan tempat di kaswargan jati dan anak-cucu penerusnya dapat melanjutkan kehidupan yang berkah dan sesuai harapan dan cita-cita kita semua. aamin, 





Rumah Mbah Dulah Landjar, Gegersapi Bibrik th. 2016






Silsilah Keluarga Mbah Dulah Landjar Bibrik











Sunday, September 24, 2017

Pejuang Sutoyo Kaibon Madiun








Monumen Pejuang Sutoyo Desa Kaibon




Monumen
pejuang Sutoyo berada di desa Kaibon kec Geger, sebagai peringatan pejuang
lokal dari satuan tentara pelajar, menurut sumber yang pernah meneliti
keberadaan pejuang pelajar yang ada di madiun, satuan pejuang tersebut lebih
tepatnya dari kesatuan Mobpel (mobilisasi Pelajar).  Peristiwa heroik tersebut terjadi kira-kira
bulan Agustus 1949 saat wilayah madiun diduduki Belanda dalam Agresi militer
II.


Berawal
dari pemuda Sutoyo 20 th. yang saat itu sedang mengadakan pertemuan dengan
rekan pejuang lainnya di rumah Pamanya yaitu Bejo Sastro Darsono, tepat di
belakang monumen. Saat itu didatangi tentara KNIL (londo ireng) lebih tepatnya adalah anggota OW (onderneming watch /tentara perkebunan)  hingga terjadi
perkelahian sengit , kemudian salah seorang tentara OW yang lain segera
membidikan senapannya dan menembus tubuh Sutoyo hingga gugur di tempat, namun
peluru yang lainnya juga menyasar pada tentara OW yang lain hingga tewas. Melihat
keduanya menjadi korban, tentara OW segera melapor kejadian itu pada tentara
Belanda dan segera diadakan sweeping mengacak-acak seluruh desa untuk mencari
para pejuang yang lainnya. Semua penduduk ketakutan dan mengungsi ke dusun
Nglongko Balerejo karena disana terdapat markas Batalyon S Sukawati, sedangkan jenazah pemuda Sutoyo oleh tentara belanda di
biarkan dan dilarang di urus oleh warga. Namun Kasirun Sastro Dimejo ayahnya
dan Suwondo 15 th. adiknya  tetap setia
menunggui jenazah Sutoyo, hingga mereka di bawa tentara Belanda ke PG. Kanigoro
yang akhirnya mereka turut gugur di eksekusi Belanda. Jenazah ketiga kusuma
bangsa tersebut di makamkan di Makam Sentono, Ds.Kaibon.  Sujinah ibu Sutoyo dan Suwondo merasa sedih
dalam sehari kehilangan 3 keluarga. Tinggal Sri Hartatik yang waktu kejadian
baru berusia 4 tahun putri Mbah Guru Bejo menemani Sujinah, sebutan  akrab Bejo Sastro Darsono yang memang seorang
guru sekolah rakyat di Kaibon, sedangkan Kasirun Sastro Dimejo  sendiri sebetulnya seorang mandor di PG.
Kanigoro.


Bejo
Sastro Darsono dan ketiga putranya juga tergabung dalam tentara pelajar, yaitu Bayanu,
Sutaryo dan Yoso yang dikomandani putra Kades Kaibon Suprapto. Untuk mengenang
gugurnya para pejuang tersebut, dibangun monumen oleh Pemmerintah desa dan
diresmikan oleh Kades Suprapto Atmodiharjo pada 16 Agustus 1992. Hingga saat
ini masih di uri-uri tradisi cerita tutur kepahlawanan pejuang Sutoyo dengan
mengadakan napak tilas dari Dusun Nglongko Balerejo tempat penduduk yang
ngungsi waktu itu, gotong royong membersihkan monumen dan doa bersama di makam
sentono Kaibon yang di galakan lagi oleh kades Kaibon, Muhammad Sinto.





Sumber :

Artikel
Radar Madiun, agustus 2017

Penelitian pejuang Mobpel oleh Bagus Ninar

Wawancara dengan Pak Pri keponakan Pejuang Sutoyo

Penelusuran Tim Kompas
Madya

Foto : Instagram widodogb



Sunday, September 3, 2017

Eyang Soenardi Eks TGP Madiun





Eyang Soenardi Eks TGP Madiun




Seperti tahun sebelumnya, sahabat Kompas Madya bersama Himadira Unipma Madiun, menjelang hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus menyempatkan diri untuk bekunjung ke salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan sebagai bentuk penghargaan dan penelusuran sejarah kemerdekaan di Madiun, kali ini Eyang Soenardi, seorang pejuang Eks TGP Kompi 2 Brigade XVII Madiun. Beliau tinggal berdua dengan istri tercinta Eyang putri Soetjiati yang asli putri dari daerah Purworejo Jawa Tengah.


Eyang soenardi tahun 2017 menginjak usia 88 tahun, semangat pejuangnya membuat  beliau tampak segar dan masih cukup enerjik walaupun akhir-akhir ini beliau merasa kesehatannya kurang baik, namun secara medis tak ada gangguan penyakit yang berarti. 




saat kami berkunjung yaitu tepatnya pada hari sabtu tanggal 12 Agustus 2017, begitu beliau tahu maksud dan tujuan kami berkunjung, langsung tampak semangat seorang pejuang membara lagi, dengan tertatih Eyang mengajak kami untuk duduk di ruang tamu, setelah saling memperkenalkan diri, eyang segera memberi petuah-petuah tentang pentingnya generasi muda mengetahui betapa kemerdekaan diraih dengan susah payah, nyawa, harta dan harga diri bangsa sebagai taruhannya. kemerdekaan bukan hadiah dari Belanda, kita merebutnya dengan cucuran darah dan airmata. sayang sekali jika generasi muda banyak yang menganggap enteng dan bahkan melupakannya.




Beliau saat aktif di Paguyuban Veteran Madiun biasa ditugaskan sebagai Humas yang bertugas memberi penerangan-penerangan bagi siswa-siswa sekolah maupun instansi-instansi, maklumlah memang setelah masa perang revolusi beliau lebih suka mengabdikan dirinya sebagai Guru dan seniman.





Eyang Soenardi merupakan asli pemuda Madiun yang tinggal di Kelurahan Winongo Gang Rukun, persis dalem yang ditempati saat ini. beliau  mulai ikut membela tanah air sejak usia belasan saat masuk ST dan bergabung dengan Kompi 2 TGP yang bermarkas di ST/SMP 12 Kletak Madiun, sedangkan yang sekarang ada Monumen TGP Jl. TGP Oro-Oro Ombo, merupakan markas tempat para sahabat TGP yang singgah dari berbagai kota yang menempati rumah-rumah dinas Jawatan Kereta Api.





dikisahkan oleh Eyang Soenardi, Kompi 2 TGP Madiun pada awal Belanda Masuk sebenarnya ditugaskan untuk membumi hanguskan bangunan-bangunan penting yang ada di Madiun, agar tidak bisa dimanfaatkan oleh tentara Belanda, namun sebelum hal itu terlaksana keburu Belanda dengan cepat masuk Madiun pada akhir Desember 1948, maka segera perang gerilya berkecamuk di wilayah Madiun, banyak kurban berjatuhan di pihak tentara-tentara Pejuang.





Kompi 2 TGP waktu itu bergeser kearah timur tepatnya di wilayah Desa Gemarang dan beberapa kali berhasil menghadang pasukan-pasukan Belanda, sebuah kisah Tragis dialami Sahabat TGP Bagyo dan Saparno yang gugur sampyuh karena Bom yang dipasang meledak saat mereka memperbaiki bom yang seharusny sudah meledak saat pasukan Belanda lewat di jalan raya Saradan.





banyak kisah memilukan yang dialami para pejuang dan rakyat waktu itu, hingga sebuah rumah Mbah lurah Kuncung Gemarang dibumi hanguskan oleh Belanda karena digunakan sebagai persinggahan Pejuang TGP, dan mbah modin Asan Abu ditembak karena dikira pejuang gerilya, padahal mbah Modin Asan Abu mau memberitahu bahwa kambing sudah disembelih dan siap untuk dihidangkan. 





Begitulah sepotong kisah pejuang TGP Madiun yang harus berpindah-pindah markas dari dusun ke dusun, selain Gemarang juga pernah di Desa Brumbun, Mojopurno dan Desa lainnya saat perang gerilya pada Agresi Militer II Belanda, hingga akhir tahun 1949. setelah masa perang usai, pemerintah melalui departemen pertahanan mengadakan Demobilisasi atau proses penurunan kesiagaan tempur angkatan bersenjata, dengan membubarkan kesatuan-kesatuan pejuang yang ada, termasuk TGP (tentara Genie Pelajar) dengan diberikan penghargaan berupa ganti rugi. dan bagi para pelajar yang tergabung pada TRIP, TP dan TGP diberikan kemudahan untuk melanjutkan pendidikan atau melanjutkan karirnya di militer dengan mengikuti pendidikan kemiliteran. pada saat itu Eyang Soenardi memilih melanjutkan sekolahnya yaitu belajar di SGB dilanjutkan SPG dan bahkan sampai BA dan akhirnya meniti karier sebagai guru pendidikan Dasar diwilayah Kabupaten Madiun, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Sekolah di SD Nglanduk 1 Kecamatan Wungu Kab. Madiun. selain sebagai guru beliau sangat aktif di kegiatan-kegiatan sosial dan budaya, yaitu beliau juga menjadi Seniman Kerawitan dan dalang wayang kulit.




Narasumber : Eyang Soenardi Eks. TGP kompi 2 Brigade XVII Madiun

                       Ketua Lesbumi Kota Madiun, Suharto Sosrodipuro sebagai putra putri eks. TGP

   

Friday, July 21, 2017

Destinasi Wisata Religi dan Napak Tilas Sejarah di Ponorogo





Makam Nyai Basyariah, Krajan Ds. Pulosari




Destinasi Wisata Religi dan Napak Tilas Sejarah di Ponorogo







Makam Bathoro Katong / Raden Joko Piturun di  Dsn Plampitan, Desa Setono Kecamatan Jenangan.
Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke-126 ia yaitu Ki
Padmosusastro, yang disebutkan bahwa Bathara Katong dimasa kecilnya bernama
Raden Joko Piturun atau disebut jugaRaden Harak Kali . Ia adalah salah seorang
putra Prabu Brawijaya dari garwo pangrambe 


(selir yang tinggi kedudukannya).


Sedang Berdirinya kota Ponorogo, dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala
berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks
makam Batara Katong atau pada gapura pertama yang berdaun pintu. Pada batu,
yang dipercaya masyarakat dengan sebutan batu gilang tersebut terdapat Candra
Sengkala Memet yang berisi tentang tahun berdirinya Kadipaten Ponorogo.

Sedangkan Candra Sengkala Memet, gambar manusia yang bersemedi, pohon, burung
garuda dan gajah. Sedangkan maknanya adalah : Orang bersemedi memiliki nilai :
1, Pohon simbul angka : 4, Burung garuda bernilai: 1, Gajah  bernilai : 8.
Candrasengkala memet ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M . Prasasti
tersebut, kini sudah semakin aus termakan oleh waktu. Tapi guratan gambar
sebagai Candra sengkala memet masih nampak bisa kita lihat. Maka bila berziarah
ke Makam Batoro Katong, sempatkanlah untuk melihat batu tersebut sehingga anda
bisa mengerti dan mengingat tahun berdirinya Ponorogo.





Patih Selo Aji, Makam Setono sebelah barat makam Bathoro Katong
( tidak bercungkup) karena tiap kali di bericungkup selalu di sambar petir, hal
itu dikarenakan beliau keturunan Ki Ageng Selo.



Kyai Zen Kalyubi, di makam Setono. Perintis Kader inti Banser Nahdlatul Ulama (Banser NU)





Astana Srandil Kecamatan Badegan, Pesarean Gunung
Srandil adalah kompleks pemakaman bupati kabupaten Sumoroto. Di wilayah
Ponorogo terdapat beberapa kabupaten seperti kabupaten Polorejo di utara,
kabupaten Kutho Wetan di kota lama, dan kabupaten Sumoroto di kawasan barat.
Secara arsitektur, model kompleks pemakaman ini masih berciri khas arsitektur
lama seperti pintu gerbangnya yang mirip candi, dan bentuk pesarean yang
berbentuk tradisional Jawa.


Yang dimakamkan di pesarean Srandil antara
lain, Raden Mertokusumo (bernama asli Raden Dipotaruno, beliau Patih
kabupaten Polorejo. Dalam perang Diponegoro Kabupaten Polorejo memihak Pangeran
Diponegoro. Belanda menyerbu kabupaten Polorejo sehingga bupati Brotonegoro
gugur sedangkan patihnya Raden Dipotaruno selamat).


Makam lainnya antara lain Raden Mas Brotodirjo
Bupati Sumoroto III
, makam Raden Mas Adipati Brotodiningrat Bupati
Sumoroto IV.


Di komplek makam ini juga di terdapat
pesarean Raden Mas Ruya Suryodikusumo (Patih), Raden Ayu Sumonagoro (istri
bupati Sumoroto), Raden Mertokusumo (putra bupati Kutho Wetan, yang memulai
babad Srandil) di luar gedung sebelah barat; Raden mas Tondowinoto dan istri,
Wadono Kutu Tamansari, halaman sebelah timur Raden Aryogiri (Bupati Ponorogo),
halaman sebelah timur Surodiwiryo (lurah Srandil). Makam yang nisannya berupa
batu bata yang berserakan ini diyakini tempat jasad legenda Ponorogo Warok
Suromenggolo
dikebumikan, meski di daerah Kertosari dan Ngampel Balong juga
ada makam Suromenggolo, namun menurut pak Saidi (juru Pelihara) dan masyarakat
sekitar tempat inilah jasad beliau dikebumikan, yang lainnya berupa senjata
atau barang-barang pribadinya dan dibukit sebelah timur diluar komplek astana
Srandil bisa kita ketemukan makam Eyang Potromenggolo, yang merupakan
tokoh penting di Ponorogo





Situs Masjid Tegalsari dan Makam Kyai Ageng Muhammad Besari,
Kyai Hasan Besari, Kyai Nur Sodiq, Kyai Hasan Anom
 di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten
Ponorogo. Terdapat Masjid Kuno yang di Bangun pada abad ke 18, Ndalem Kyai
Ageng yang masih terjaga keasliannya, langgar, juga terdapat 2 batu purbakala
(watu gilang) berinskripsi difungsikan sebagai bancik masuk masjid.





Makam Ki Joyodipo terletak tepat di samping barat MTsN
Ponorogo di jalan Ki Ageng Mirah No 79 desa Japan kecamatan Babadan Kabupaten
Ponorogo. Beliau abdi dalem prabu Brawijaya V, Ki Joyodipo dan Joyodrono
diberi amanah membawa 2 pusaka Majapahit yakni tombak Tunggul Naga dan payung
kerajaan untuk diberikan pada putra beliau,Bathoro Katong.dalam perjalananya, Joyodrono
kemudian moksa sedangkan Joyodipo ikut berjuang secara fisik saat menahan
serangan dari kademangan Surukubeng yang dipimpin Ki Ageng Kutu Suryongalam.





Makam Pangeran Sumende, bangsawan dari Tembayat beserta  Kyai Donopuro, Kyai Noyopuro dan Kyai Wongsopuro.
Masjid Kuno Baiturrahman Dsn. Setono, Tegalsari





Makam Kyai Nursalim / Kyai Ageng Mantub (mertua Kyai Mohamad Besari)dari Dsn.
Mantub, Ds. Ngasinan, Jetis





Makam keluarga Tumenggung Jayengrono / Kyai Sambang Dalan, Ambeg Pandito
(bupati Pedanten)1745-1780 Tahun 1887 Sunan Pakubuwono III memberikan piagam
bahwa desa Pulung dan Tajug diberi status tanah perdikan dinamakan Piagam
Pulungsari. Pemerintah Belanda merasa hal tersebut merugikan karena tanah
perdikan dibebaskan dari pajak maka wilayah perdikan dibatasi menjadi wilayah
yang saat ini disebut Pulung Merdiko, tempat di Pulung





R. Adipati Mertohadinegoro Bupati pertama Ponorogo keturunan dari
Tumenggung Jayengrono dan Bathoro Katong , Desa Tajug kecamatan Siman





Makam R.
Notopuro
, Kyai Ageng Desa
Perdikan Karanggebang, merupakan keturunan Kraton Kasunanan Surakarta.





Makam Nyai Basyariah, Desa Pulosari Kecamatan Jambon, depan MTsN
Pulosari.





Gontor Lama 3 km sebelah timur Tegalsari, Kyai
Sulaiman Jamaluddin
pendiri Ponpes Gontor lama (santri Tegalsari masa Kyai
Khalifah wafat 1883), dilanjutkan putranya Kyai Archam Anom Besari,
dilanjutkan putranya Kyai Santoso Anom Besari (wafat 1918)  yang merupakan ayah dari “Trimurti”  KH Ahmad Sahal (1901-1977), KH Zainuddin
Fananie (1908-1967), dan KH Imam Zarkasy (1910-1985) pendiri Ponpes Gontor
Baru, berkat perjuangan dan motovasi dari Nyai Santoso untuk menghidupkan
kembali Gontor lama yang telah mati





Makam
“Trimurti”  KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin
Fananie, dan KH Imam Zarkasy

(1926 mendirikan Pondok Gontor, Mlarak Ponorogo)





KH Maghfur Hasbulloh Kyai Kharismatik th 80-an makam
keluarga, di Joresan, Mlarak Ponorogo





K.H. Imam Subani dimakamkan di dekat rumahnya di
belakang Pasar Pon, Kota Lama, Ponorogo





Makam Mbah Mantri ( R. Martopuro) seorang Pahlawan yang
terlupakan, melakukan perlawanan terhadap Belanda dalam geger yang menjadi  legenda 
“meteng pitung Beruk” hingga membunuh asisten tuan Residen Antonny
Willem Viensem pada  31 Desember 1882 ,
dimakamkan di Kuburan Pelemgurih , Mangunsuman





Pertapaan Klampis Ireng, Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Ponorogo, dianggap tempat angker dan keramat oleh masyarakat Ponorogo.





Pertapaan Watu dukun, Desa Pagerukir  Sampung Ponorogo, merupakan situs purbakala,
terdapat punden berundak , prasasti beraksara Jawa Kuno, batu altar, batu kursi
dan sendang watudukun, diyakini sebagai peninggalan era Medang.





Makam Ki Honggolono, Desa Golan Kecamatan Sukorejo. Seorang
lurah palang dan  sakti yang menjadi awal
mitos atau cerita rakyat Desa  Golan
Mirah





Petilasan Makam Kyai Blombang Segoro,dipercaya sebagai Makam
darah dari Si Tumang penjelmaan Eyang Djayeng Asmoro yang di bunuh dan diambil
hatinya oleh Sangkuriang. Di Dsn Srayu Desa Jurug Kecamatan Sooko





Sendang Tirto Waluyojati Terletak di Desa Klepu, Kecamatan Sooko,
yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Ponorogo. Sendang Tirto Waluyojati
merupakan salah satu tempat ziarah bagi umat Katolik di Pulau Jawa untuk
menghormati Bunda Maria. Tempat itu diresmikan oleh Mgr. A. J. Dibjakarna,
Uskup Surabaya dengan nama Sendang Waluyojatiningsih pada tanggal 27 Mei 1988. Saat
ini tempat itu terkenal dengan sebutan Goa Maria Fatima. Sebagai tempat ziarah
dan berdoa, Goa Maria Fatima atau Sendang Tirto Waluyojati dilengkapi dengan
lapangan tempat berdoa. Jalan salib yang melingkari jalan yang menuju ke tempat
ziarah terdapat Gereja Stasi, Gereja Sakramen Mahakudus, dan Patung Bunda Maria
dari Fatima. Di tempat ini terdapat hutan pinus dan sendang yang masih alami.




Petilasan Sunan Kumbul, Sawoo Ponorogo, Sunan Kumbul adalah sebutan bagi Susuhunan Paku Buwono II saat mengungsi ke Ponorogo.



Makam Pangeran Kalipo Kusumo di puncak gunung Bayangkaki, Sawoo



Makam Kyai Karsan / Mpu Karsan murid kyai Abdurrahman Bogem, Jl. Bathara Katong belakang Insuri




Dirangkum dari
berbagai sumber.


Sunday, June 18, 2017

Daftar Wisata Religi dan Destinasi Ziarah Wilayah Ngawi





Makam di Benteng Van Den Bosch, Ngawi





Daftar Wisata Religi dan Destinasi  Ziarah Wilayah Ngawi





RM Tumenggung Poerwodiprodjo, belakang Masjid Agung Jl Imam Bonjol Ngawi




Patih Pringgo Koesoemo, Desa Ngawi Purba



Raden Adipati Kertonegoro (Bupati Gendingan I yang merupakan cikal bakal Kab. Ngawi) Sarean Dusun Blimbing, Sine Kecamatan Sine.



Patih Ronggolono (Bupati Gendingan) dan Putri Cempa di TPU Jabal Kadas Desa Hargomulyo Ngrambe



Makam Joko Buduk dan Putri Kemuning di Dk. Gamping, Gunung Liliran Kec. Sine merupakan objek wisata ziarah yang terkenal bagi masyarakat Jawa. Pada bulan Muharam (Syura) para peziarah berdatangan ke puncak bukit pada siang dan malam hari.



Wali Limo : Syekh Maulana Muhammad Al-Misri, Syekh Maulana Sahid Al-Mukti, Syekh Maulana Sahid Al-Bakir, Syekh Maulana Al-Ngalawi, Syekh Maulana Ahmad Muhammad di Dusun Kedungrejo I, Desa Guyung, Gerih, Kabupaten Ngawi. Konon kelima wali tersebut adalah pasukan dari Mesir yang didatangkan oleh Sunan Kalijaga untuk menghalang Pangeran Udara yang waktu itu ingin membuat keonaran di Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya.



Maqom Syeikh Syihabudin putra dari Kyai Ilyas putra dari Kyai Muhammad Besari, Tegalsari Ponorogo.



Maqom Syeikh Syihabudin ada di Dukuh Kauman, Dusun Gentong Lor, Desa Gentong, Kec. Paron, Kab. Ngawi

Ada Kitab Suci Al Qur'an tulisannya beliau.



K. Muhammad Nursalim, Benteng “Pendem” van Den Bosch, Ngawi. Beliau salah satu pengikut pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Benteng. Kebal tembak, oleh karena itu maka beliau dikubur hidup–hidup di dalam Benteng.



Pertapaan Kraton Wirotho, Ds Tanjungsari Jogorogo, konon pernah singgah Ratu Wirotho Prabu Makswopati, Seto, Utoro, Wratsongko, dan Dewi Durgandini.



Alas Ketonggo terdapat banyak tempat pertapaan : Mulai dari Palenggahan-Agung-Srigati, Pertapaan Dewi Tunjung Sekar, Sendang Drajat, Sendang Mintowiji, Goa Sidodadi Bagus, Pundhen Watu Dakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe, Punden Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Panguripan, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno Desa Babadan, Kec. Paron, Kabupaten Ngawi.




Ki Ageng Tawun Ds. Tawun, Padas Ngawi, yang oleh masyarakat setempat disebut Sendang Tawun.



Pertapaan Jaka Tarub, di Desa Widodaren Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi , konon pengembaraan Jaka Tarub meninggalkan misteri di tempat tersebut. Bangunan seperti gubuk yang didirikan di petilasan dianggap sebagai simbol persinggahan Jaka Tarub, juga keberadaan sendang diyakini sebagai tempat mandi sembilan bidadari.



Makam Mas Didi Kempot, Ds.Majasem Kendal, Ngawi





NB : mohon maaf apabila terdapat kesalahan lokasi dan nama. Masukan dan Revisi sangat kami harapkan.



Sumber : dirangkum dari beberapa sumber

https://mistikus-sufi.blogspot.co.id

https://ngawikabmuseumjatim.wordpress.com

http://wiyonggoputih.blogspot.co.id


Thursday, June 15, 2017

Daftar Wisata Religi dan Ziarah di Magetan





Makam Kyai Abdurrahman dan Masjid Kuno Tegalrejo Magetan



Ki Ageng Mageti
dan 
Nyai Mageti,1650 babat desa Gandong Kidul (sekitar alun-alun) menjadi
cikal bakal Magetan





Petilasan/ makam Empu Supo (Dsn. Mandang
Desa Plumpung Kecamatan Plaosan)





Patih Nrang Kusumo dan Patih Ngariboyo II
(Dukuh Njelok Desa Bulukerto Kota Magetan)





Bupati Raden Tumenggung Yosonegoro
1675 – 1703) diwisuda 12 Oktober 1675 dan wafat th 1703 sumare di Makam Astana
Gedhong di Kelurahan Tambran Kecamatan Kota Magetan





Makam Sasonomulyo Dukuh Sawahan
Desa Kapolorejo Kota Magetan terdapat makam-makam bupati Magetan 





RMT. Ario Suryo (Pahlawan Nasional, Bupati Magetan
1938-1943,1945-1948 Gub. Jatim pertama) 
di makamkan Jl Salak, Sawahan kota Magetan.





Kyai Naladipa (Kyai Ageng Kembang Sore) kyai Desa
perdikan Pacalan





Kanjeng Adipati Purwodiningrat, mantan Bupati
Kertasana Berguru pada Kyai Naladipa,   sedo 1806, mertua Hamengku Buwono II , beliau
di makamkan  bukit Pacalan, Desa Pacalan,
Plaosan





Kyai Haji Abdurrahman mendirikan
masjid Tegalrejo 1835 M,  saat muda
bernama Bagus Bantjalana Putra Kyai Achmadiya keponakan Bupati Pacitan Kanjeng
Jimat, pengikut Pangeran Diponegoro, pernah menjadi narapraja di Kasunanan
Surakarta.  Makam di Dsn. Tegalrejo, Ds.
Semen  Kec. Nguntoronadi





Kyai H. Imam Nawawi dan Kyai
Mustarim
  pendiri Masjid Kuno Taman
Arum kira-kira th 1860 M, di Dusun Godhegan, Desa Taman Arum, Kecamatan Parang,
Kabupaten Magetan





Raden Ronggo Galih Tirtokusumo (1703 – 1709)  Bupati ke 2 Magetan Desa Durenan, Kecamatan
Sidorejo, Kabupaten Magetan.





Demang Sagopa, Desa Widorokandang, Panekan

Makam Adipati terung, Terung Panekan.





Bupati Ronggo Prawirodirjo III, GKR.
Maduretno
, Makam Kyai / mbah Kaliyah  Ds. Giripurno Puncak Gunung
Bancak Magetan





Mbah Sundhul, prajurit yg punya kesaktian
pinunjul, Punden Barat Pasar kebondalem/pasar baru, Kebonagung.





KH Shidiq,1939 mendirikan Ponpes Al Fattah Temboro, th 1956 Kyai Shidiq
Wafat dalam usia kurang lebih 62 Th.


KH. Mahmud mursyid Tariqat Naqsabandiyah Al
Mujaddadiyah Al Khalidiyah di Indonesia


KH. Uzairon Thoifur Abdillah bin KH. Mahmud
th 2014 wafat





Ki
Nantang  Yudo
abdi kinasih Bupati Maospati Tumenggung Yudo Prawiro menyerang pertahanan Belanda yang berada di
daerah Sidowayah, Ngawi. berhasil memperoleh kemenangan besar, selesai
memporakporandakan Belanda Ki Nantang  Yudo beserta prajurit pengikutnya
kembali ke Maospati. Saat perjalanan pulang melewati kali sat sebelah timur
terminal Maospati , kaki kuda yang di naikinya terantuk batu dan jatuh ke jurang
bersamanya.  Ki Nantang  Yudo meninggal dunia dan jenazahnya di
makamkan di Jalan Raya jurusan Madiun dan terminal Maospati ( di Lingkungan
Lanud Iswahyudi ).





Kyai
Hasan Ulama
(Takeran Magetan)  wafat
pada tahun 1914 M / 1337 H, pendiri Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) pada
mulanya bernama “Pesantren Takeran“ , KH. Imam Muttaqien putra sulung Kyai
Hasan Ulama’. Pada masa kepemimpinan KH. Imam Muttaqien masih meneruskan
pengajaran yang sama seperti KH. Hasan Ulama’. Setelah KH. Imam Muttaqien wafat
pada tahun 1936 M.





Kyai
Imam Mursyid Muttaqien
mengembangkan organisasi yang
diberi nama “Pesantren Sabilil Muttaqien” dan dikukuhkan dalam rapat besar
Pesantren di Masjid Jami’ Pesantren Takeran, tepatnya pada tanggal 16 September
1943 M/9 Syawal 1362 H. Pemberontakan PKI (Madiun Affair tahun 1948)
yang mengakibatkan sebanyak 14 orang tokoh PSM termasuk Kyai Imam Mursyid
Muttaqien diculik dan dibunuh secara kejam dan biadab. Agresi Militer II
 “Clash” tahun 1949. Dalam perang tersebut 4 putra terbaik/murid PSM
banyak yang gugur menjadi pahlawan bangsa. Di samping itu gedung madrasah pusat
yang baru dibangun sebanyak 6 lokal terpaksa dibumi hanguskan oleh pasukan kita
sendiri supaya tidak ditempati oleh Belanda.



Mbah Ronggo / Pangeran Kosim, ds.Keringan.  seorang Pangeran Mataram era Sultan Agung yg berada di Takeran karena di praja Mataram ada konflik maka  memilih untuk mandita syiar Islam.



Syeh Abdurahman eyang Blambangan, Ds. Randugede Kec. Plaosan Magetan.





Makam Modjo Sentono atau mbah Santri, Teguhan Sidokerto Sidorejo Magetan





Sumber : 


Disarikan dari beberapa sumber.


Thursday, June 8, 2017

Tujuan Ziarah Wali,Ulama dan Tokoh Wilayah Madiun





DAFTAR DESTINASI ZIARAH WALI, ULAMA
DAN TOKOH


DI WILAYAH MADIUN.




  1. Kyai Ageng Reksogati (Sidomulyo
    - Sawahan –Madiun)(utusan Sultan Demak untuk menyebarkan Agama Islam di wilayah Purabaya
    Th. 1518)

  2. Panembahan Ronggo Jumeno (Makam
    Kuncen – Demangan)(Putra Bungsu Sultan Trenggono, pada 18 Juli 1568 dilantik menjadi
    Bupati Purabaya bersamaan pelantikan Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang oleh
    Sunan Giri/Prapen)  di sini juga
    dimakamkan para Bupati Madiun,yaitu Mangkunegoro I - IV

  3. Kyai Ageng Anom Besari (Makam
    Kuncen – Caruban)(Disebut juga Kyai Ageng Grabahan, ayah dari Kyai Hasan Besari, Gebang
    Tinatar, Tegal sari diperkirakan sugeng antara 1695 dan 1755, disini juga
    dimakamkan Bupati Mangkudipuro, P. Notosari, Jayengrono, Wignyosubroto dan Mbah
    Lo Prawirodipuro Palang Mejayan.

  4. Kyai Ageng Basyariah (Masjid
    Kuno, Sewulan – Dagangan)(R.M. Bagus Harun Potra Bupati Sumoroto / Murid Kyai Hasan
    Besari/berhasil ikut memadamkan Geger Pecinan di Kraton Kartosuro Th. 1742 )

  5. Kyai Ageng Muhammad Santri (Masjid
    Kuno, Sewulan – Dagangan)(Menantu Kyai Ageng Basyariah)

  6. Kyai Abdul Basith bin Mahfudz (Masjid
    Kuno, Sewulan – Dagangan)( Beliau Pengasuh         PP. Oro-oro Ombo )

  7. Syeh Ismail, Situs Mangiran, Desa Mangirejo Saradan

  8. Demang Sugati, murid Syeh Sulukhi (wilangan) dekat gerbang perbatasan Saradan Wilangan

  9. Kyai Mudhoffar (Masjid
    Kuno, Sewulan – Dagangan)

  10. Kyai Ageng Muhammad Bin Umar (Masjid
    Bin Umar, Banjasari – Dagangan)(Santri dan menantu Kyai Mohamad Besari Tegalsari, th. 1755 berhasil
    membawa adipati singosari yang niat memberontak pada Kesultanan Jogjakarta,
    hingga mendapat hadiah Tanah Perdikan di Banjarsari)

  11. Syekh Ahmad Bin Muhammad (Jatilawang
    – Glonggong-Dolopo)

  12. Syekh Ashif Bin Barkhiya (Mruwak, Dagangan)

  13. Syekh Maulana Abdullah (Makam
    Panjang  Ds. Bodag – Kare)

  14. Mbah Abiyasa atau disebut Kyai Ukirsari (Pertapaan
    Ngukiran-Tawangrejo-Caruban)

  15. Patih Gringsing (Jl.
    Sitinggil, Demangan, Madiun)

  16. Syekh  Izzuddin misri , Pendiri
    Ponpes Al Mujaddadiyyah (Jl. Sitinggil, Demangan, Madiun )

  17. Kyai Mishbah , Kyai Ageng perdikan Taman pertama.  1784 ditetapkan sbg Makam para Bupati Madiun,
    Ronggo Prawirodirjo 1&2, Dipokusumo, Prawirodiningrat, s.d. Ronggo
    Kusnindar, juga Makam tokoh SH Terate Mas Imam Supangat)                                                (Masjid Kuno dan
    Makam Taman)

  18. Ki. Ng. Surodiwiryo, Pendiri Pencak Silat SH, (Winongo, Kota Madiun)

  19. Ki. Hadjar Hardjo Oetomo, Pendiri Pencak Silat SH Terate

  20. Kyai Mahfudz, Masjid Al Huda (Oro-Oro Ombo – Kota Madiun)

  21. Kyai Ngali Munthoha / Kyai Angeng Muhamad Besari, 1754 - 1904 (Nglames
    – Madiun)

  22. K.H Muchsin “Mursyid Sholawat Ummi” (Jl. Jambu. Kota Madiun)

  23. K.H Zahro'u Idris (Pendiri
    PP. Subulul Huda, Pucang kradinan Dolopo) 

  24. Kyai Zainal Abidin (Ponpes
    Tambak Boyo, Masjid Maqumul Hidayah – Ngrawan – Dolopo, disini juga terdapat
    situs Purbakala, Ngurawan dan makam Mbah Tambak Buntu )
  25. Makam Panjang mbah Setra Wijaya dan Setra Wiruda ds.Doho

  26. Syekh Abdurrahman (Slambur
    – Geger)

  27. Kyai Abdurrazaq (Masjid
    Pendiri Ponpes Manba’ul ‘Ulum Ds. Bacem, Kebonsari)

  28. Kyai Suyuthi (Bacem
    – Kebonsari)

  29. Kyai Abu ‘Amar (Bacem
    – Kebonsari)

  30. Mbah Thohir (Selo-Bacem-Kebonsari)

  31. Kyai Chudhori (Setemon
    – Kebonsari)

  32. Kyai Ali Rahmad, Murid KH. Hasyim As`ari pendiri PP. Tarb.
    Muthothowi`in th 194 (Ngujur – Kebonsari)

  33. Kyai Munirul Ikhwan (pendiri
    : PP. Subulul Huda Kembangsawit – Kebonsari)

  34. Kyai Mangunarsa, makam trah Mangunarsan, Mash d Mangunarsan Balerejo Kebonsari

  35. Kyai Ali Munthohar / Kyai Jayengsari, putra Kyai Belawi Perdikan
    Giripurno. (Kedondong – Kebonsari)

  36. Kyai Rozi, masjid kuno Al Huda th.1858,Tempursari ds. Sambirejo Geger 

  37. K.H Abdul Basith Bashiron (Mlilir
    – Dolopo)

  38. Mbah Belawi (Purworejo-Geger)

  39. Kyai Mudatsir (Gotak
    – Klorogan – Geger)(beliau wafat 1986 pengasuh PP. Sabilith Thohirin yg berdiri 1820 oleh Syekh
    Muh. Thohir
    .)

  40. Eyang Basyir (Banaran
    – Geger)

  41. Kyai Thohir Besyari, pendiri PP. Darussalam Mekar Agung( Kepuh beluk – Dolopo, Madiun)

  42. Kyai Hambali (
    Kepuh beluk – Dolopo, Madiun)

  43. Kyai Waridin , Mbah Tondo serta Mbah
    Usman Ali
    (bergerak pada bidang sosial/umum ) mendirikan  Pondok Pesantren Al-Waridin  pada tahun ±1763.
         (Pagotan – Geger)

  44. Kyai Barokah Fachrudin, mendirikan PP. Daarul Ahkaam, 1937   (Uteran – Geger)

  45. Kyai Zainal Abidin  (Jogodayuh
    – Geger)

  46. Kyai ‘Asyiq (Sukosari
    – Dagangan)

  47. Mbah Nawawi (Jatisari
    – Geger)

  48. Eyang Thobroni (Prambon
    – Dagangan)

  49. Kyai Arruman (Prambon
    – Dagangan)

  50. Kyai Shoriyah putra ke 8 Kyai Basyariyah (Prambon
    – Dagangan)

  51. K.H Mashudi (Prambon – Dagangan)1 Maret 2009 dalam usia 106 tahun, beliau ikut Resolusi Jihad ke Surabaya ,bersama Kyai Sidiq, Kyai Sidiq menjadi korban PKI/Muso 1948

  52. Kyai Shidiq (Prambon
    – Dagangan)

  53. Mbah Surip (Prambon
    – Dagangan)

  54. Mbah Sihu (Prambon
    – Dagangan)

  55. Kyai Mursyid (Dagangan
    - Madiun)

  56. Mbah Nur Ngalim (Wringin anom, Doho Dolopo)

  57. K.H Rodhi  (Dsn. Gading Manguharjo Madiun )

  58. Mbah Kyai Nursalim, pendiri PP. Miftahul Ulum (Nglanduk,
    Madiun)

  59. Mbah Kyai Bazari (Tempursari,
    Wungu)

  60. Sunan Rejodanu (Rejondanu, Pucangrejo
    Sawahan) terdapat makam kyai Ngali Zain dan kyai Ngali Imron dan beberapa makam
    kuno

  61. Mbah Kyai Imam Mubarok (Kampir,
    Kanigoro kota)

  62. Mbah Kyai Suhud, mbah kyai Fakih, mbah Abdullah Mubin (besan mbah Hasim As'ari) Tanjungsari, jl. Tanjung raya, Manisrejo Madiun kota

  63. Kyai Ageng Rendeng / Kyai Sepet Aking (Kincang,
    Jiwan)

  64. Mbah Kyai Mualif (Mbajulan,  Pilangkenceng)

  65. Kyai Hamdani (Kel. Tawangrejo,
    kota Madiun)

  66. Kyai Haji Sari Muhamad (Jl. Kaswari kota Madiun) 
  67. Pertapaan Mbah Mberdi, Sumberwedi Ds. Luworo, Pilangkenceng
  68. Makam Panjang (mbah Panjang) Kajang Sawahan.



NB : mohon maaf apabila terdapat kesalahan lokasi dan nama. Revisi
sangat kami harapkan.


Sumber :


dan digali dari berberapa sumber terutama dari Sahabat-sahabat IPNU Kota Madiun, Lesbumi NU Kota dan Kab Madiun