Thursday, May 20, 2021

General Test

 


https://www.facebook.com/groups/182815865720059/permalink/760656921269281/










Sunday, May 16, 2021

Brigade Ganesha/SWK 106

 Brigade Ganesha/SWK 106

Brigade XVII merupakan brigade yang dibentuk dalam rangka menampung kesatuan-kesatuan pelajar yang tergabung dalam Tentara Pelajar di masa revolusi fisik. Brigade ini dipimpin Ir. Sudarto yang kemudian berpangkat Letkol sebagai komandan Brigade. Struktur Brigade XVII berada dibawah langsung komando Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD) Kolonel Nasution. 

Struktur Tentara Pelajar didaerah-daerah dijadikan detasemen dalam Brigade XVII dengan susunan :

1. Detasemen I TRIP Jawa Timur dengan komandan Mayor Isman.

2. Detasemen II TP Solo dengan komandan Mayor Achmadi.

3. Detasemen III TP Yogyakarta dengan komandan Kapten Martono.

4. Detasemen IV TP Jawa Barat (Corps Pelajar Siliwangi) dengan komandan Kapten Solihin GP.

5. Detasemen V/Teknik TGP dengan komandan Kapten Hartawan.

6. Detasemen Staff (Depot Batalyon) dengan komandan Letnan FBA Oetoro.

7. Detasemen M (Corps Mahasiswa) dengan komandan Kapten Hartono.


Pada Nopember 1948 ketika Letkol Soedarto melaporkan terbentuknya Brigade XVII kepada Presiden Soekarno, beliau berkata : "Wah bagus benar nama Brigademu Sudarto, memakai angka keramat tujuh belas". Sebelum menjelma menjadi Brigade XVII, brigade ini dulunya bernama Kesatuan Reserve Umum W (KRU W) yang dipimpin Komandan Batalyon Mobil MBT Mayor Soedarto yang juga tokoh pembentuk Corps Mahasiswa di Yogyakarta. Selain KRU W yang berubah nama juga ada KRU Y yang kembali menjadi Divisi Siliwangi dan KRU X yang menjadi Brigade XVI.

Pada saat Agresi Militer II, Letkol Ir. Soedarto merangkap Komandan Brigade XVII dan Komandan SWK 106 Kulon Progo yang bermarkas di Watumurah Kenteng Kulon Progo. Daerah Kulon Progo saat itu masih relatif aman, oleh karena itu kekuatan SWK 106 tidak terlalu besar yaitu :

1. Satu Seksi Staf Pengawal dari Brigade 17 dipimpin oleh Lettu Oetoro. Seksi Staf Pengawal terdiri dari dua regu senjata ringan dan satu regu senjata berat.

2. Satu kompi dipimpin oleh Noer Moenir yang berasal dari Wates yang terdiri dari pasukan Hisbullah dengan kekuatan satu senjata untuk tiga prajurit.

Di wilayah ini terdapat pasukan Belanda satu kompi bantuan di Bantar dari Batalyon 5-5 RI, kompi ini bertugas mengamankan Bantar/Klangon. Pos Belanda di Jembatan Bantar diatas Sungai Progo merupakan sasaran utama dari serangan SWK 106 nantinya. SWK 106 pimpinan Letkol Soedarto mendapat tugas mengikat kedudukan Belanda di Jembatan Bantar. Pada sore hari tanggal 28 Februari 1949, pasukan SWK meninggalkan posnya yang berada di Nanggulan dari peleton pengawal, Sentolo dari Kompi Noer Moenir dan Wates dari satuan teritorial gerilya bergerak mendekati sasaran dengan senyap. Gerakan dilakukan di dalam pelosok desa untuk mendekati sasaran. Pasukan SWK 106 mengambil posisi sektor tengah oleh Peleton Pengawal Oetoro dan Kompi Noer Moenir, sedangkan sektor kiri dan kanan oleh satuan teritorial gerilya desa. SWK 106 menjadi kegiatan satuan yang tidak terlibat langsung dalam serangan terhadap kota Yogyakarta.

Kedudukan Belanda yang paling kuat berada di Jembatan Bantar dengan kekuatan satu Kompi dan diperkuat Brencarrier berada di perbatasan SWK 103, 103 A dan 106. Pada tanggal 1 Maret 1949 sejak pukul 06.00 bersamaan dengan bunyi sirene tanda dimulai serangan di dalam kota, SWK melaksanakan tugasnya dengan mengikat Belanda untuk tetap diposnya dengan tujuan agar tidak bantuan pasukan yang dikirimkan menuju dalam kota Yogyakarta. Serangan gencar dilakukan SWK 106 dan cukup merepotkan Tentara Belanda. Usaha SWK 106 dapat dilakukan hingga pukul 12.00 dengan menekan kedudukan pos Bantar dari timur dan barat sehingga Belanda gagal mengirimkan bantuannya dari Wates.

📸📕Serangan Umum 1 Maret 1949

Copas : Roodebrug Soerabaia Grup Fb