Saturday, July 20, 2019

Penggunaan kata sambung "di"


Penulisan kata 'di' yang menyatakan tempat, letak, dan waktu ditulis terpisah, sedangkan yang menyatakan kata kerja ditulis serangkai.



Contoh penggunaan kata 'di' yang ditulis terpisah :

di mana

di sana

di kala

di saat

di antara

di samping

di atas

di hati

di mata

dll



Contoh penggunaan kata 'di' yang ditulis serangkai :

dimakan

dibaca

dieja

disisir

dll



2. Penggunaan partikel 'pun'

Sejatinya partikel 'pun' ditulis terpisah dengan kata yang menyertainya.

Contoh :

aku pun

apa pun

sedikit pun

siapa pun

dll



Catatan :

partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung penulisannya disatukan karena dianggap padu. Di antaranya adalah :

adapun

andaipun

ataupun

bagaimanapun

biarpun

kalaupun

kendatipun

maupun

meskipun

sungguhpun

walaupun



3. Penggunaan tanda hubung (hypen)

Ada 7 cara penggunaan tanda hubung, tetapi yang sering salah adalah pada saat tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur kata yang diulang.



Di mana letak kesalahannya? Kebanyakan penulis awam menulisnya dengan menggunakan spasi, seperti : anak - anak, lalu - lalang. Penulisan seperti itu jelas salah.



4. Penggunaan kata hubung dan, namun, dan tetapi



Nah, ini nih yang paling banyak salahnya. Banyak penulis yang sering menulis kata 'dan' di awal kalimat bahkan paragraf. Aku pernah disemprot Editor saat pertama kali ikutan kelas menulis online hanya karena penempatan kata 'dan' yang salah. 😂



Contoh penggunaan kata 'dan' :

- Aku dan kakak akan pergi bermain.

- Aku, ibu, ayah, dan kakak akan pergi tamasya.



Jika hanya ada dua unsur kata atau kalimat kata 'dan' tidak perlu memakai koma. Jika lebih dari dua unsur kata atau kalimat, maka sebelum kata 'dan' didahului oleh tanda koma.



Contoh salah kata 'dan' :

- Aku tak tahu harus apa saat melihatmu bersamanya. Dan hati ini seketika hancur.



Penggunaan kata namun dan tetapi, perhatikan bedanya :

- Meskipun kamu bukan yang pertama, tetapi kamu adalah pelabuhan hatiku yang terakhir.



- Aku tidak pernah membenci. Namun, aku belum bisa memaafkanmu.



Kata hubung 'tetapi/tapi' ditulis setelah koma. Sedangkan kata 'namun' ditulis setelah titik dan diberi tanda koma setelahnya.



5. Penggunaan kata ganti 'ku, mu, dan nya.

Kata ganti ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya.



Contoh :

kubaca

kuraih

kudengar

kulihat

milikku

hatiku

ibuku

rumahku

matamu

bukumu

miliknya

dll



Kecuali, jika ditulis dengan kata singkatan.

Contoh :

WA-ku

SIM-ku

KTP-mu

dll



Nya untuk mengartikan Tuhan ditulis memakai huruf kapital :

Takdir-Nya

Kuasa-Nya



6. Serangan kata sama

Pernah membaca cerita yang memiliki serangan kata 'ku' atau 'nya'?



Contoh :

- Ketika aku ke rumah pacarku, aku melihat pacarku sedang bercumbu dengan temanku.



Coba hitung ada berapa kata 'ku/aku' pada contoh kalimat di atas dan mari kita ubah menjadi lebih efisien tanpa mengurangi mengubah maksud cerita.



- Ketika ke rumah pacar, aku melihat dia sedang bercumbu dengan temanku.



Contoh lain :

- Aku menatapnya, membelai rambutnya dan tersenyum padanya.



Suka keseleo lidah kalau baca tulisan macam kalimat di atas. Coba kita buang kata 'nya' yang meluber itu sehingga menjadi :



- Aku menatap sambil membelai rambutnya dengan sebuah senyum.



Lebih simpel, tapi tidak mengubah maksud cerita.



7. Minim Kata

Selalu memakai kata yang sama dalam satu kalimat/paragraf. Untuk mengatasi ini, penulis harus pandai memilih diksi sinonim kata.



Contoh :

- Ibu pergi ke pasar, lalu pergi ke rumah sakit untuk menjenguk bibi , lalu menjemput ayah di Bandara.



Coba kita ganti menjadi :

- Ibu pergi ke pasar, lalu ke rumah sakit menjenguk bibi. Selanjutnya ibu menjemput ayah di bandara.



8. Pemborosan kata

Ingin terkesan memiliki narasi panjang, tapi justru malah boros kata dan kalimat menjadi tidak efektif.



Contoh :

- Saat aku masuk ke dalam rumah, kulihat dengan mata istriku sedang berselingkuh.



Oke, mari kita ubah menjadi lebih efektif. Pertama, buang kata dalam karena kalau masuk pasti ke dalam, tidak ada masuk ke luar. Kedua, buang kata mata karena kalau melihat ya pakai mata, enggak ada melihat pakai kaki. Ketiga, buang kata ku pada kata istriku karena itu setting di rumah sendiri kalau bukan istri tokoh utama lalu istri siapa?



Maka, akan menjadi seperti ini :

- Saat aku masuk ke rumah, aku melihat istri sedang berselingkuh.



Contoh lain :

- Altha menengadahkan kepala ke atas langit, menikmati tiap tetes hujan yang turun dari langit.



Oh, hello ....

Langit adanya di atas maka buang kata atas. Lalu hujan, memang datangnya dari mana kalau bukan dari langit? Jadi, buang saja kata langit.



- Altha menengadahkan kepala ke langit, menikmati tiap tetes hujan yang turun.



9. Inkosistensi kata ganti

Coba perhatikan apa yang salah dalam tulisan ini :

- Saya hanya wanita biasa yang saat kau datang hatiku sedang rapuh dan kamu membawa cinta untukku.



Awal kalimat memakai kata saya, tapi mengapa berubah menjadi aku? Cobalah untuk konsisten dalam setiap cerita yang kita buat.



Kecuali, jika dalam dialog. Contoh :

- Aku menunduk seraya berkata, "Maafkan saya, Bu Guru!"



10. Penggunaan dialog tag

Untuk yang ini sudah kita bahas di sesi sebelumnya. Intinya frase yang mengikuti dialog tag tidak ditulis kapital dan tidak memakai titik.



Contoh :

"......," ucap Aneth

".......?" tanya Devon

".......!" pinta Kim



Kecuali, jika dialog tag berada di awal.

Contoh :

Altha tersenyum lembut sambil berkata, "Tidak apa, aku sudah terbiasa seperti ini."



* * *



Semoga tulisan ini bermanfaat buat para penulis apalagi yang ingin menerbitkan naskahnya.



Sedikit tips, Penerbit biasanya hanya membaca 2-3 halaman naskah yang masuk seleksi. So, buatlah pembuka yang tidak membosankan dan perkuat tokoh utamanya. Jika yang dikirim adalah naskah Puisi maka pergunakanlah diksi yang oke dan utamakan rasa. Bukan rasa cokelat atau strawberry, tapi rasa dalam puisi itu tersendiri.



By: Altha (Fu Tha AL) AlkaMedia



Taken by Forum Edukasi

No comments:

Post a Comment