![]() |
Padmasari tempat persembahyangan buda tengger |
Sejarah Agama Buda Tengger
Keberadaan orang Tengger mulai diketahui pada masa Kerajaan Mataram Islam dan masa Pemerintah Kolonial yang sebelumnya mereka mengasingkan diri sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Orang-orang Jawa pada waktu itu menyebut orang Tengger dengan sebutan Orang Buda artinya orang yang masih memeluk agama sebelum Islam.
Agama Buda ini kemudian oleh orang Tengger dijadikan sebagai identitas kepercayaan mereka hingga kemerdekaan Indonesia.
Ketika terjadi pemberontakan PKI tahun 1965 - 1966 Pemerintah Indonesia ( orde baru ) mewajibkan tiap warga negara memeluk agama resmi yang diakui negara. Orang yang tidak memeluk salah satu agama resmi maka akan dicap sebagai PKI.
Menurut undang-undang pada waktu itu agama resmi yang diakui adalah Islam,Kristen,Katolik, Hindu dan Buddha.
Orang Tengger tidak tinggal diam dan tidak mau dicap komunis karena mereka merasa sudah beragama maka pada tahun 1968 orang Tengger mendirikan Organisasi Agama Buda Tengger ( OABT )
OABT akhirnya ditolak oleh pemerintah dan dibubarkan. Pemerintah beralasan bahwa Buda Tengger bukanlah agama melainkan pranata adat yang disejajarkan dengan aliran kepercayaan.
Ditengah ketidakpastian tentang agama orang Tengger saat itu pada awal tahun 1973 melalui keputusan pemerintah orang Tengger dimasukkan ke dalam agama Buddha Mahayana.
Dimasukkannya orang Tengger ke dalam agama Buddha Mahayana mungkin menurut pemerintah saat itu karena ada persamaan penyebutan antara Buda dan Buddha.
Akhirnya orang Tengger dilantik menjadi seorang pemeluk Buddha.
Masalah baru muncul karena orang Tengger merasa asing dengan doa-doa agama Buddha karena sangat berbeda jauh dengan apa yang mereka ucapkan ketika upacara.
Dewa-dewanya pun juga berbeda dengan dewa-dewa yang selama ini orang Tengger puja seperti Bathara Sang Hyang Swayambuwa, Sang Hyang Dewata Batur , Sang Hyang Brahma , Sang Hyang Geni , Sang Hyang Guru , Sang Hyang Nawa Dewata dll.
Dalam hal ini yang kebingungan bukan hanya orang Tengger saja tetapi pemerintah karena apa sebenarnya agama orang Tengger.
Di tengah kebingungan tersebut, orang Tengger mendapat informasi bahwa upacara ritual yang dilakukan oleh orang Tengger sangat mirip dengan apa yang dilakukan umat Hindu di Pulau Bali.
Akhirnya beberapa orang Tengger pergi ke Bali untuk melihat upacara ritual umat Hindu Bali.
Sesampai di Bali beberapa perwakilan orang Tengger melihat upacara umat Hindu Bali dan mereka menyimpulkan bahwa upacara ritual di Bali hampir sama dengan yang ada di Tengger.
Sekembalinya dari Bali , perwakilan orang Tengger tersebut mengajak salah seorang Pedanda Hindu Bali untuk melihat upacara di Tengger.
Sesampainya di Tengger Pedanda Hindu Bali melihat dan menyaksikan dengan seksama upacara ritual Tengger yang dipimpin seorang Dukun.
Beliau menyimpulkan bahwa sejatinya orang Tengger adalah pemeluk agama Hindu hanya saja bercampur dengan tradisi Hindu Jawa Kuno dan tradisi megalitik.
Akhirnya pada tahun 1973 seluruh masyarakat Tengger menyatakan sebagai pemeluk agama Hindu dan bergabung kedalam organisasi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Hanya masyarakat Tengger di wilayah Malang yang tetap beragama Buddha Jawa.
Asal - usul orang Tengger itu jauh sebelum Majapahit berdiri.
Keberadaan mereka bisa dilihat dalam Prasasti Linggasutan / Walandit 929 Masehi dan Prasasti Parameswara Pura 1275 Masehi
Sedangkan pada masa Majapahit dikeluarkan 2 buah prasasti tembaga yakni Prasasti Pananjakan ( tahun 1381 dan 1405 )
Dari semua prasasti isinya hampir sama yakni menyatakan bahwa orang Tengger adalah para abdi dewata yang senantiasa melakukan upacara di sebuah tempat suci bernama Gunung Brahma sebagai tempat berstananya Bhatara Sang Hyang Swayambuwa.
Karena kewajiban suci itulah ada larangan untuk memungut pajak atau upeti kepada orang Tengger.
Hingga saat ini tradisi upacara yang disebut dalam prasasti masih tetap dilakukan oleh orang Tengger sesuai dengan waktunya.
Demikian halnya dengan tempat ibadah. Meskipun sudah dibangun pura tetapi orang Tengger masih beribadah rutin di tempat tempat yang mereka sucikan.
Selain Gunung Bromo sebagai pusat kegiatan spiritual orang Tengger juga ada Punden Batu dan Danyang.
No comments:
Post a Comment