Saturday, November 14, 2020

Jejak Fermont & Cuypers di Madiun


Jejak Fermont & Cuypers di Madiun

Fb. Anto

Duo arsitek Arthur Amandus Fermont dan Eduard Cuypers tak hanya meninggalkan karya arsitekturnya di Batavia, Bandung, Bogor, Semarang, Surabaya, atau kota besar lain. Kedua arsitek yang berkibar lewat Biro Arsitek Fermont & Cuypers ini, juga menorehkan karyanya yang jadi landmark Kota Madiun, yakni Balai Kota Madiun. 


Fermont & Cuypers mengerjakannya selama tiga tahun, sejak awal peletakan batu pondasi pada 30 November 1929 oleh Walikota Madiun pertama, Roeloef Adrian Schotman, dan isteri Resident Madioen, Ny. E.L.E van Den-Bosch, sebagaimana tercatat pada prasasti batu marmer di lorong gedung (masa itu).    


Selain Fermont & Cuypers, ada Marie Celeste Cleton-Lyons Ponsoby, yang menangani dekorasi interior. Marie Celeste lebih populer dengan sebutan Mia Lyons, seniman yang berbakat di zamannya. Ia dikenal sebagai pelukis, juru gambar, dan disainer seni yang sejak tahun 1920 tinggal di Batavia, setelah mendalami ilmu kesenian di Jerman selama 10 tahun, yakni seni lukis di Dresden dan seni drama di Bremen. 

 

Semula, Mia Lyons berkiprah di Jakarta bersama suaminya yang juga pelukis, Frans Cleton. Namun, di tahun 1928 ia memilih Jogya sebagai tempat tinggalnya untuk berkarya di bidang kesenian dan kebudayaan sebagai jalan hidup mereka.  

  

Berbagai lampu hias yang tergantung di ruang Balai Kota adalah hasil kerajinannya. Juga lukisan-lukisan yang menempel di dinding ruangan, panel-panel untuk vitrage dan gorden, kaca jendela patri, serta mebel perabot kantor adalah produk karya galeri seni Mia dan Frans.  

 

Bangunan Balai Kota juga terpasang batu marmer yang perencanaannya dikerjakan oleh Oen Giok Khouw, warganegara Belanda kelahiran Batavia, dikenal sebagai tuan tanah yang dermawan dan pebisnis batu marmer Ai Marmi Italiani yang berkantor cabang di Surabaya dan Batavia sebagai induk perusahaan.  

 

Oen Giok Khouw keturunan keluarga Khouw van Tamboen, yang juga tuan tanah di kawasan Petamburan, Jakarta, pada abad 18. Keluarga Khouw van Tamboen dipercaya oleh pemerintah kolonial sebagai kapiten China yang memimpin warga Tionghwa untuk kawasan Batavia.

    

Dalam rancang bangun Balai Kota Madiun, Fermont & Cuypers mempertimbangkan cuaca tropis untuk Hindia Belanda, dengan memperbanyak jendela dan koridor-koridor panjang untuk sirkulasi udara agar ruang kerja tidak pengap. 


Bangunan menara yang menjulang dimaksudkan untuk ruang indera pengamatan, dan jam dinding yang menempel di tembok sebagai petunjuk waktu untuk masyarakat kota. Di masa itu, belum banyak orang memiliki jam. Harga jam sangat mahal dan tergolong barang mewah, sehingga pemerintah kolonial menghadirkan jam dinding untuk masyarakat kota. 


Bangunan Balai Kota yang berdiri di atas lahan 14.100 m2 ini menghabiskan biaya 117.865 Gulden. Sebuah bangunan kantor pemerintah kolonial yang megah dan patut dibanggakan di zamannya.   

 

Sebenarnya Fermont & Cuypers adalah kelompok tiga serangkai bersama satu koleganya Marius Jan Hulswit. Awalnya, ketiganya mendirikan Biro Arsitek Hulswit-Fermont & Cuypers tahun 1914 di Belanda. 


Mereka mendapat order ratusan pekerjaan untuk pembangunan Javasche Bank di berbagai kota di Hindia Belanda. Juga pembangunan gereja, sekolah, dan kantor-kantor perniagaan.   

Gambar rancang bangunnya dikerjakan di Belanda. Pelaksanaan pembangunannya diserahkan ke kontraktor lokal di Hindia Belanda. 


Tahun 1910 mereka buka kantor cabang di Jalan Ketapang, Menteng, Jakarta, dan tahun 1915 buka cabang di Jl Embong Kemiri, Surabaya.    


Hulswit meninggal 10 Januari 1921 di Jakarta dalam usia 75 tahun. Jasadnya dimakamkan di Taman Prasasti, Jl Tanah Abang, Jakarta. Sedangkan Fermont dan Cuypers meninggal di Belanda, terbaring di pemakaman Belanda. Namun karya Hulswit-Fermont & Cuypers masih kokoh hingga sekarang, seperti Balai Kota Madiun, Gereja Katedral, Jakarta, Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Bank Mandiri di ujung Jl Pahlawan, Surabaya, dan sejumlah bangunan kolonial di kota besar di Tanah Air.

Thursday, October 29, 2020

TKR Pelajar Pertama Gugur

 TKR Pelajar Pertama Gugur

27 Oktober 1945, TKR Pelajar oleh Pimpinan TKR Surabaya, Kolonel Soengkono diperintahkan memusatkan diri di timur Surabaya, yaitu di Desa Kaliwaron, dini hari TKR Pelajar melakukan pergeseran pasukan, saat tiba di Desa Kaliwaron mereka disambut oleh Lurah Kaliwaron Pak Pramoe, ditempatkan di bekas Sekolah Rakyat yang tidak jauh dari Masjid. Kaliwaron adalah Markas TKR Pelajar ke dua setelah Darmo 49.

Setelah satu hari berada di Kaliwaron, tanggal 28 Oktober 1945 pagi datang perintah dari Kolonel Soengkono untuk merebut kembali bekas gedung HBS (Hogere Burger School) Ambangan sekarang Jl Wijayakusuma yang telah dikuasai oleh Pasukan Inggris. Persiapan menuju HBS dilakukan oleh TKR Pelajar di Kaliwaron dan menuju HBS melalui Pacar Keling lalu ke Ambengan.

Sore pukul 17:00 pasukan TKR Pelajar sudah sampai Ambengan dan langsung mengambil posisi steling ditimur jalan Canna. Bersama TKR Pelajar sudah siap pasukan pasukan pejuang lain,, diantaranya Polisi Istimewa. Bekas gedung HBS diduduki satu kompi tentara Inggris karena letaknya yang strategis.

Serangan didahului oleh rentetan tembakan mitraliyur pistol dari pasukan Polisi Istimewa dan ledakan granat tepat pukul 05:00 tanggal 29 Oktober 1945, kemudian disusul tembakan dari pasukan pejuang lainnya termasuk TKR Pelajar, serangan dilakukan serempak. Bekas gedung HBS yang diduduki tentara Inggris diserang dari segala arah, tentara Inggris membalas tak kalah serunya.

Pertempuran HBS adalah pertempuran pertama kali yang dilakukan oleh TKR Pelajar, dalam pertempuran ini mereka langsung melawan tentara Inggris. Tembakan tembakan gencar dari pasukan Inggris tidak main main, sangat terarah dan terkoordinasi, hujan peluru atau "vuurdoop" dari tentara Inggris merupakan penobatan bagi anggota anggota TKR Pelajar dalam memasuki karier mereka sebagai prajurit pembela Kemerdekaan Indonesia.


Dalam pertempuran HBS ini gugur sebagai Kusuma Bangsa seorang anggota TKR Pelajar yang bernama Dumadijoadi dari TKR Pelajar Staf I yang bersekolah di SMP II Ketabang jalan Imhofflaan, Dumadijoadi tertembak tepat dikepala, mengetahui rekannya gugur pasukan TKR Pelajar menjadi makin "berani" dan "nekat"  berkobarlah semangat tempur TKR Pelajar. Dumadijoadi merupakan TKR Pelajar pertama yang gugur dalam Palagan.

Makin siang tembakan makin gencar, ledakan granat dan rentetan senapan otomatis memakan korban dari kedua belah pihak, pasukan Inggris tetap bertahan didalam gedung HBS, kemudian seorang anggota TKR Pelajar bernama Hasnil Zein dengan berani dan tidak menghiraukan maut mendekati pagar halaman dan berhasil merobohkannya, dengan demikian pandangan kedalam HBS lebih leluasa dan memudahkan para pejuang mengarahkan tembakan ke dalam gedung HBS tempat tentara Inggris bertahan dan berlindung.

Pertahanan tentara Inggris melemah dan mulai kacau, banyak diantara mereka yang tewas, mereka makin terdesak dan  terpaksa mundur dengan menerobos pagar sebelah selatan gedung yang mereka kuasai. Mereka terpaksa lari dengan meninggalkan peralatan serta teman teman mereka yang luka dan tewas.

Pukul 13:30 gedung bekas HBS telah dapat direbut kembali oleh TKR, Polisi Istimewa dan Badan Perjuangan.

Malamnya di Desa Kaliwaron diadakan tahlilan dan mengenang rekan yang gugur di masjid dekat Markas TKR Pelajar. Ada empat anggota TKR Pelajar yang gugur dalam Pertempuran gedung HBS, yaitu :

1. Dumadijoadi

2. Kusdarto

3. Sugiyo

4. Agus

Semuanya dari TKR Pelajar Staf I Rayon Darmo 49 Pelajar SMP II Ketabang jalan Imhofflaan, Alfatihah, Aamiin.

Fb. Ahmad Zaki Yamani

#roodebrugsoerabaia

#tentarapelajar

#TKRPelajar

#pertempuransurabaya

#battleofsurabaya

#surabaya45

#surabayawar

Wednesday, October 28, 2020

TKR Pelajar Surabaya

 TKR Pelajar Surabaya

(Tentara Keamanan Rakyat Pelajar)

By Fb. Ahmad Zaki Yamani

Kamis, 25 Oktober 1945 sore hari, TKR Pelajar diresmikan oleh Komandan TKR Kota Surabaya Kolonel Soengkono bersamaan dengan mendaratnya pasukan Brigade 49 Divisi 23 "Fighting Cock" ke Kota Surabaya dari pelabuhan Tanjung Perak.

Pada saat diresmikan sebagai TKR Pelajar, persenjataan mereka sangat sederhana, yakni berupa Karabijn, pistol, bayonet Jepang, dua kotak granat tangan serta alat alat perlengkapan lainnya.

Keadaan dan susunan sekolah SMT Darmo 49 mereka ubah, ruangan ruangan kelas dijadikan asrama pelajar pejuang. Ada kantor untuk Komandan dan stafnya, ada pula dapur dan poliklinik. Papan nama SMT (Sekolah Menengah Tinggi) Darmo 49 juga diganti menjadi "TKR PELAJAR KOTA DARMO 49". Hak dan kewajiban mereka sama seperti anggota TKR lainnya, mereka juga menggunakan seragam dan perlengkapan hasil rampasan gudang gudang perbekalan tentara Jepang.

Disurabaya dibentuk empat staf rayon/wilayah untuk Pelajar Pejuang, yakni : 

1. TKR Pelajar Staf I Rayon Darmo, terdiri dari pelajar SMT Darmo 49, pelajar SMP II Ketabang dan pelajar SMP jalan Imhoff yang bermarkas dan berasrama di Darmo 49, berjumlah 150 personil. TKR Pelajar Staf I inilah kemudian menjadi inti TKR Pelajar Surabaya yang dalam perkembangannya menjadi TRIP Jawa Timur.

2. TKR Pelajar Staf II Rayon Sawahan, terdiri dari pelajar SMTT (Sekolah Menengah Tinggi Teknik) Sawahan yang bermarkas dan berasrama di gedung SMTT Sawahan, berjumlah 150 personil. TKR Pelajar Staf II ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi TGP atau Tentara Genie Pelajar.

3. TKR Pelajar Staf III Rayon Praban, terdiri dari pelajar SMP I Praban, Sekolah Pertukangan Radio dan Taman Siswa yang bermarkas di SMP I Praban berjumlah 200 personil. Markas TKR Pelajar Staf III Praban dijadikan gudang mesiu dan senjata hasil rampasan tentara Jepang.

4. TKR Pelajar Staf IV Rayon Herenstraat, terdiri dari pelajar pelajar yang sekolah diwilayah Rayon Herenstraat yang terletak dekat Gedung Internatio dan jembatan merah berjumlah 30 personil.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pasukan pasukan TKR Pelajar diperintahkan memusatkan diri ke pinggiran kota Surabaya, di Kaliwaron. TKR Pelajar meninggalkan asramanya menuju kearah timur sampai di desa Kaliwaron menggunakan truk saat dini hari, semua perlengkapan beserta staf mengikuti pergeseran pasukan ini. Di Markas Kaliwaron inilah para pelajar pejuang mempersiapkan diri secara mental dan fisik seraya menunggu perintah dari Markas Besar Pertahanan Kota Surabaya.

Rifki Sulaksana:

Buat nambah informasi dari buku yang satunya om Ahmad Zaki Yamani, di buku yg satunya BKR Pelajar baru diresmikan 19 Oktober 1945 menurut sejarah perubahan nama BKR dan TKR yg seharusnya pada 5 Oktober 1945 sepertinya ada keterlambatan pembentukan pasukan saat itu krn situasi yg msh blm tertata rapi. Kemudian ada keterangan perubahan nama BKR ke TKR tdk ada keterangan yg pasti namun saat pecah perang 10 Nopember, sudah memakai nama TKR Pelajar

#roodebrugsoerabaia

#tentarapelajar

#TKRPelajar

#TRIPJAWATIMUR

#TGPJAWATIMUR

#pertempuransurabaya

#battleofsurabaya

#surabaya45

#surabayawar

Sunday, October 18, 2020

Country and nationality

Country : negara

Nationality : kebangsaan

Entnique : suku 

Tribe : suku

Langguage : bahasa

List of Countries, Nationalities and their Languages

Below is a list of countries with the appropriate nationality. The Language that appears is the main language that is spoken in the country. We have not included all the languages that they may speak in that country.

CountryNationality
(Adjective)
Nationailty
(Noun)
Language
AfghanistanAfghanan AfghanDari (Persian) - Pashto
AlbaniaAlbanianan AlbanianAlbanian
AlgeriaAlgerianan AlgerianArabic
ArgentinaArgentine
Argentinian
an Argentine
an Argentinian
Spanish
AustraliaAustralianan AustralianEnglish
AustriaAustrianan AustrianGerman
BangladeshBangladeshia BangladeshiBengali
BelgiumBelgiana BelgianFrench / Flemish
BoliviaBoliviana BolivianSpanish
BotswanaBatswanaa BotswananEnglish, Setswana
BrazilBraziliana BrazilianPortuguese
BulgariaBulgariana BulgarianBulgarian
CambodiaCambodiana CambodianCambodian
CameroonCamerooniana CameroonianFrench / English
CanadaCanadiana CanadianEnglish / French
ChileChileana ChileanSpanish
ChinaChinesea Chinese personChinese
Colombia *Colombiana ColombianSpanish
Costa RicaCosta Ricana Costa RicanSpanish
CroatiaCroatiana CroatCroatian
CubaCubana CubanSpanish
Czech RepublicCzecha Czech personCzech
DenmarkDanisha DaneDanish
Dominican RepublicDominicana DominicanSpanish
EcuadorEcuadorianan EcuadorianSpanish
EgyptEgyptianan EgyptianArabic
El SalvadorSalvadoriana SalvadoranSpanish
EnglandEnglishan Englishman
an Englishwoman
English
EstoniaEstonianan EstonianEstonian
EthiopiaEthiopianan EthiopianAmharic
FijiFijiana FijianEnglish, Fijian
FinlandFinnisha FinnFinnish
FranceFrencha Frenchman
a Frenchwoman
French
GermanyGermana GermanGerman
GhanaGhanaiana GhanaianEnglish
GreeceGreeka GreekGreek
GuatemalaGuatemalana GuatemalanSpanish
HaitiHaitiana HaitianFrench / Creole
HondurasHondurana HonduranSpanish
HungaryHungariana HungarianHungarian
IcelandIcelandican IcelanderIcelandic
IndiaIndianan IndianHindi / English
IndonesiaIndonesianan IndonesianIndonesian
IranIranianan IranianPersian
IraqIraqian IraqiArabic, Kurdish
IrelandIrishan Irishman
an Irishwoman
Irish / English
IsraelIsraelian IsraeliHebrew
ItalyItalianan ItalianItalian
JamaicaJamaicana JamaicanEnglish
JapanJapanesea Japanese personJapanese
JordanJordaniana JordanianArabic
KenyaKenyana KenyanSwahili
KuwaitKuwaitia KuwaitiArabiv
LaosLaoa LaotainLaotian
LatviaLatviana LatvianLatvian
LebanonLebanesea LebaneseArabic
LibyaLibyana LibyanArabic
LithuaniaLithuaniana LithuanianLithuanian
MadagascarMalagasya MalagasyMalagasy / French
MalaysiaMalaysiana MalaysianMalay / Malaysian
MaliMaliana MalianFrench
MaltaMaltesea MalteseEnglish, Maltese
MexicoMexicana MexicanSpanish
MongoliaMongoliana MongolianMongolian
MoroccoMoroccana MoroccanArabic / French
MozambiqueMozambicana MozambicanPortuguese
NamibiaNamibiana NambianEnglish
NepalNepalesea NepaleseNepali, English
NetherlandsDutcha Dutchman
a Dutchwoman
Dutch
New ZealandNew Zealanda New ZealanderEnglish / Maori
NicaraguaNicaraguana NicaraguanSpanish
NigeriaNigeriana NigerianEnglish
NorwayNorwegiana NorwegianNorwegian
PakistanPakistania PakistaniUrdu, English
PanamaPanamaniana PanamanianSpanish
ParaguayParaguayana ParaguayanSpanish
PeruPeruviana PeruvianSpanish
PhilippinesPhilippinea FilipinoTagalog / Filipino
PolandPolisha PolePolish
PortugalPortuguesea Portuguese personPortuguese
RomaniaRomaniana RomanianRomanian
RussiaRussiana RussianRussian
Saudi ArabiaSaudia Saudi (Arabian)Arabic
ScotlandScottisha ScotEnglish
SenegalSenegalesea Senegalese personFrench
SerbiaSerbiana SerbianSerbian
SingaporeSingaporeana SingaporeanEnglish, Malay, Mandarin, Tamil
SlovakiaSlovaka SlovakSlovak
South AfricaSouth Africana South AfricanAfrikaans, English, + 9 more
South KoreaKoreana KoreanKorean
SpainSpanisha SpaniardSpanish
Sri LankaSri Lankana Sri LankanSinhala, Tamil
SudanSudanesea Sudanese personArabic, English
SwedenSwedisha SwedeSwedish
SwitzerlandSwissa Swiss personGerman, French, Italian, Romansh
SyriaSyriana SyrianArabic
TaiwanTaiwanesea Taiwanese personChinese
TajikistanTajikistania TajikistaniTajik (Persian)
ThailandThaia Thai personThai
TongaTongana TonganEnglish, Tongan
TunisiaTunisiana TunisianArabic
TurkeyTurkisha TurkTurkish
UkraineUkrainiana UkranianUkrainian
United Arab EmiratesEmiratian EmiratiArabic
(The) United KingdomBritisha BritEnglish
(The) United StatesAmerican **an AmericanEnglish
UruguayUruguayana UruguayanSpanish
VenezuelaVenezuelana VenezuelanSpanish
VietnamVietnamesea Vietnamese personVietnamese
WalesWelsha Welshman
a Welshwoman
Welsh / English
ZambiaZambiana ZambianEnglish
ZimbabweZimbabweana Zimbabwean16 languages

* NOTE: Colombia is the correct spelling of the country and not "Columbia".

** You will notice that people from United States have the nationality 'American'. Some people from other parts of the American continent (especially Central and South America) tend not to like the word American for people from the United States. You will find that they will call them North American.

Saturday, October 3, 2020

Breakdown SKP 2020

 Cara Breakdown Target Kerja SKP 2020 e Master

 By Pak Nasir

Langkah-langkah Breakdown Target Kerja SKP 2020 e Master :

1. Login di e Master menggunakan NIP

2. Klik SKP, cek di Target Kerja apakah sudah disetujui atasan langusng apa belum, kalau ada revisi dilahkan direvsi dulu dan kirim hasil revisi ke atasan langsung.

3. Jika target kerja sudah disetujui, klik Breakdown Target Kerja, dengan tampilan sebagai berikut :

4. Mulai dari no. 1, klik ikon obeng di sebelah kanan

5. Karena merencanakan dan melaksanakan pembelajaran / bimbingan kuantitas 1 dengan waktu 12 bulan, maka breakdownnya adalah 1/12 = 0.08333, karena tidak akan genap 1, maka perlu diakali dengan memberi 0.1 disetiap bulan kecuali juni, juli, agustus dan desember diberi 0.05 karena ada kegiatan PAS, liburan dan kegiatan agustusan, sehingga nilainya menjadi 1. lihat contoh berikut :

pastikan total kuantitas bernilai 1 untuk kegiatan ini dan klik save.

6. Berikutnya klik ikon obeng lagi untuk mengikuti diklat, misalnya kuantitas 2, waktu 2 bulan.

untuk kegiatan ini direncanakan bulan juli isi 1 dan desember isi 1, dan bulan lain isi 0.  Tapi jika kenyataannya nanti terlaksana di bulan maret atau bulan lain selain juli dan desember, maka minta tolong kepada fasilitator untuk menurunkan status dan silahkan anda ganti bulannya sesuai dengan kenyataannya, misalnya maret.

7. Selanjutnya untuk membuat makalah, kuantitas 1, waktu 2 bulan 9 (misal mei, juni), maka caranya 1/2 = 0.5 diisi di bulai mei dan juni. Untuk bulan lain diisi 0.

8. Silahkan diteruskan sampai selesai

9. Jika sudah selesai, kirim ke atasan langung.

Semoga tulisan ini bermanfaat, selamat bekerja, semoga sukses.

Maju bersama hebat semua

Copas : P. Nasir

Monday, September 28, 2020

Jejak Ruitenschild di Kota Madiun

Jejak Ruitenschild di Kota Madiun

"Kota" Madiun mulai dilirik bangsa Eropa usai perang Jawa tahun 1830. Pasca ditangkapnya Pangeran Diponegoro itu, sepak terjang bangsa Eropa leluasa menjelajahi Jawa, termasuk Madiun yang disetting jadi lahan pertanian dan perkebunan. 

Kedatangan bangsa Eropa, bersamaan dengan bangsa China, dan Arab di Madiun, disambut R. Ruitenschild, pensiunan militer Hindia Belanda yang tinggal di Madiun, membangun rumah di Residentlaan (sekarang Jl Pahlawan) sebagai tempat pemondokan (indekos), tahun 1881. 

Ketika itu, bangsa Eropa mulai bergiat membangun lahan perkebunan tebu, dan sukses dengan beroperasinya PG Purwodadi tahun 1832, disusul pembangunan PG Pagotan (1884), PG Soedhono (1888), PG Redjosari (1890), PG Kanigoro (1894), dan PG Redjoagung (1910).    

Rumah kos Ruitenschild jadi jujugan bangsa Eropa yang melancong ke Madiun. Ruitenschild juga beriklan di sejumlah surat kabar Belanda, hingga bisnis rumah kosnya dikenal luas dan berkembang jadi hotel di tahun 1890 dengan nama Hotel Madioen. (cikal bakal Hotel Merdeka).   

Koran-koran Belanda menyebut Hotel Madioen sebagai hotel berkelas yang menghadirkan perabot modern, kamar luas, cahaya lampunya gemerlap, dan lokasinya tak jauh dari kantor pos, kantor pemerintahan, dan stasiun. 

Hotel Madioen jadi rekomendasi tempat tinggal bagi pelancong bangsa Eropa dan Asia. Raja Siam Chulalongkorn yang melakukan ekspedisi ke Jawa tahun 1896, sempat menginap beberapa hari di Hotel Madioen bersama sejumlah pengawal kerajaan.

Ketika Ruitenschild meninggal 17 Januari 1900 di Madiun, bisnis hotelnya diteruskan istri dan anaknya. Namun, berselang empat tahun kemudian, Mevrouw Ruitenschild menyusul wafat.

Pengelolaan Hotel Madioen terseok ketika ditangani anaknya, William Ruitenschild. Hingga akhirnya dijual dan diambil kepemilikannya oleh Frans William van Bereisteijn, sekretaris Hulp en Landbouw crediet bank Madioen (kini Bank Rakyat Indonesia) di tahun 1905. 

Semula, Beresteijn tetap memasarkan hotelnya dengan nama Hotel Madioen. Namun, di tahun 1910 dia mengubah namanya jadi Hotel Beresteijn, bersaing dengan Hotel Soesman dan Hotel Le Residence di Madioen.  

Selama seperempat abad lebih, Beresteijn mengendalikan bisnis hotelnya. Dia wafat pada 23 Februari 1932 dalam usia 62 tahun di Madiun. Ahli warisnya, menjual aset hotel kepada pengusaha A. Van Dijk, hingga berubah nama jadi Grand Hotel van Dijk yang diresmikan 23 November 1932 oleh Walikota Madiun Lieuwe van Dijk. 

Interior Grand Hotel van Dijk didisain dengan cita rasa Tionghwa, sejalan dengan peran Kapiten China di Madioen yang didominasi kerabat Njoo Swie Lian, Ong Swan Nio, Njoo Hong See, yang saat itu menguasai perdagangan di Karesidenan Madiun.    

Ketika Belanda meninggalkan Indonesia tahun 1942, hotel itu dikuasai Jepang, berganti nama Hotel Yamato. Saat Jepang menyerah kepada Sekutu tahun 1945, kepemilikannya dikuasai PT Honet dan berubah nama jadi Hotel Merdeka hingga sekarang, meski di tahun-tahun berikutnya berganti kepemilikan. 

Sejarah panjang Hotel Merdeka yang semula rumah indekos Ruitenschild di tahun 1881, sangatlah istimewa untuk catatan sejarah dan kesejarahan Kota Madiun. Meski wajahnya telah berubah banyak dari wajah aselinya, namun legenda Hotel Merdeka tetap terjaga sebagai hotel senior di antara sejumlah hotel yang kini tumbuh mekar di Kota Madiun.

Love U Kota Madiun 

Your history is my story 

Copas: Anto


.

Wednesday, September 23, 2020

PRAHARA BLITAR TAHUN 1950, TRIP VS BRIGADE II

PRAHARA BLITAR TAHUN 1950, TRIP VS BRIGADE II

Personel TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar)/TP (Tentara Pelajar)/TGP (Tentara Genie Pelajar) adalah pelajar setingkat SMP-SLTA plus sebagian kecil mahasiswa, lalu peran apa yang mereka jalankan selama Revolusi Fisik? Berawal dari rasa terpanggil membela tanah air mereka masuk dalam kelasykaran rakyat, hingga Markas Tentara melirik kiprah mereka dan dimiliterisasi melalui Kebijakan Restrukturisasi dan Rasionalisasi tentara oleh Kabinet Hatta tanggal 25 Maret 1948, yang merangkul dan ‘mensortir’ personil militer agar tercipta tentara berjumlah lebih sedikit namun professional dan mampu dibiayai oleh republik serta tunduk terhaddap otoritas sipil.

Merujuk kepada kebijakan tersebut pasukan republik diberikan tiga status, yaitu Pasukan Mobile, Pasukan Teritorial, Pasukan Kesatuan Reserve Umum. TRIP Jawa Timur dimasukan ke dalam satuan Komando Reserve Umum Brigade W (KRU-W) yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 1948. Penggolongan status pasukan tersebut merupakan usaha untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi tentara. Pasukan mobilebisa dijabarkan sebagai pasukan garis pertama, yang merupakan pasukan tempur riil, dengan rasio senjata dan pasukan yang memadai yakni 1:1, sedangkan pasukan teritorial merupakan elemen pendukung dan cadangan dengan rasio perbandingan senjatanya 1:3-5, yang berfungsi sebagai penjamin supply logistik dan SDM bagi pasukan tempur dan merupakan elemen partisan yang bertempur bagi keamanan wilayah dan warga .

Pada praktik pelaksanaan di lapangan penggolongan pasukan tersebut juga merupakan sebuah masalah tersendiri. Sebagian besar pasukan lebih memilih sebagai pasukan mobile, dan enggan dijadikan pasukan teritorial. Mereka (pasukan teritorial) enggan menyerahkan persenjataan untuk melengkapi pasukan mobile.

Para komandan lapangan menampakan keengganan untuk menyusun unit teritorial, karena kebanyakan dari mereka memilih untuk menjadi pasukan mobilewalaupun kenyataan tidak sejalan dengan hal itu. Kebutuhan pasukan teritorial paling banyak hanya tersedia 50% dari total kebutuhan, acap kali struktur tersebut hanya gambaran di atas kertas saja. Untuk mengisi kekosongan tersebut dipenuhi dari dari para pelajar pejuang bersenjata.

TRIP Detasemen I Jatim menjadikan Blitar Utara sebagai basis gerakan, bermarkas di Desa Gabru (sekarang Tegalasri) memanfaatkan ruang kosong yang ditinggalkan oleh Batalyon 20, saat batalyon tersebut naik status dan menjadi pasukan mobil yang berpindah-pindah. Selain mengambil oper teritorial Batalyon Branjangan, TRIP Jatim di Blitar dilimpahi wewenang mengelola administrasi Komando Distrik Militer (KDM; sekarang KODIM) dikomandani oleh Mayor Isman. Per Januari 1949 resmi Komandan TRIP Jatim menjabat sebagai Komandan KDM Blitar.

Kebijakan pemerintahan militer sebelum dilimpahkan kepada TRIP Jatim di Blitar ialah pembagian keuntungan hasil pengelolaan perkebunan tersebut 40 persen untuk angkatan perang, 40 persen untuk pemerintah, 10 persen personel dan operasional perkebunan, 10 persen untuk rakyat. Kebijakan yang ditempuh Mayor Isman dalam menjalankan produksi di perkebunan tersebut ialah melaksanakan perubahan yang radikal, semua perkebunan di Blitar diserahkan kepada pengelola semula yakni masyarakat di sekitar perkebunan, kecuali Perkebunan Bendoredjo yang oleh STM (Sub Territorium Militer) Kediri dikembalikan pada HVA (Handels Vereneging Amsterdam) serta langsung berada di bawah pengawasan STC Kediri .

Kebijakan baru yang dilaksanakan oleh pimpinan TRIP Jatim di Blitar adalah masalah pembagian keuntungan antara KDM Blitar dengan rakyat, 60 persen keuntungan adalah bagian rakyat sedangkan TRIP menerima 40 persen hasil perkebunan. Dari perkebunan yang berada dalam penguasaan TRIP bisa dihasilkan 300 ton kopi per musim panen. Kuat dugaan motivasi perubahan kebijakan pengelolaan perkebunan tersebut digunakan untuk operasional pemerintahan militer dan upaya secara bertahap mengembalikan anggota TRIP ke bangku sekolah yang digagas oleh Mayor Isman semenjak selesainya Konperensi Meja Bundar tanggal 2 November 1949 .

Tindakan itulah yang dilihat sebagai ‘memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan’ oleh ‘orang kuat’ Kediri yakni Letkol. Surachmad, komandan Brigade II. Komandan Brigade meminta wilayah Blitar dikembalikan kepada penguasa lama, namun ditolak oleh Mayor Isman, karena menganggap TRIP tidak berada dalam jajaran Brigade II Kediri. Secara umum keberadaan unit pelajar pejuang bersenjata di Jawa langsung berada di bawah Kementerian Pertahanan/Markas Besar Tentara.

Pada perkembangan selanjutnya, dengan adanya program ReRa maka dibentuklah MBKD (Markas Komando Djawa), sehingga unit pelajar pejuang bersenjata tersebut di B/P (Bawah Perintah) masing-masing divisi dan daerah tempat unit pelajar pejuang tersebut bertugas namun dengan otonomi bertindak yang luwes, sehingga Brigade XVII Detasemen I/TRIP Jawa Timur berada di bawah komando  taktis serta langsung melapor kepada Komandan Divisi I Kolonel Soengkono .

Pihak Brigade II melihat TRIP sebagai ‘adik’ yang membangkang dan perlu diberi pelajaran, berpegang perintah atasan haram tidak ditaati. Pada lain pihak Mayor Isman berpegang teguh bahwa mereka tidak salah, MBKD tidak mengeluarkan perintah, Gubernur Militer juga tidak berkirim delegasi/surat, itu dianggap hanya ‘akal-akalan’ Surachmad saja untuk mengeruk keuntungan dari perkebunan. Tentu saja Mayor Isman juga punya alasan lain, bahwa kebun tersebut adalah sumber pendanaan bagi persekolahan untuk anggota TRIP serta ‘jaminan pensiun’ ketika didemobilisasi dari tentara.

TRIP menanggapi keras tuntutan Komandan Brigade II tersebut, jalan akses masuk ke Blitar dipasangi barikade dan terhitung tanggal 20 Februari 1950 berlaku jam malam di wilayah Blitar. Menurut pandangan Letkol. Surachmad tindakan tersebut merupakan sebuah pembangkangan atau tindakan indisipliner dan sikap bermusuhan terhadap perintah atasan.

Pada tanggal 22 Februari Brigade II sudah menggerakan satu kompi pasukan ke arah Blitar, namun pasukan-pasukan yang hendak memasuki Blitar tersebut di hadang oleh pos penjagaan TRIP di Srengat. Pasukan menggunakan 4 truk militer, 2 jeep dan sebuah sedan. Unit Brigade II melakukan pengawasan terhadap semua kendaraan bermotor yang menuju wilayah Blitar di Ngujang, Kabupaten Kediri, mereka menahan sebuah bus dan satu unit jeep polisi No. 406.

Pasukan Batalyon Sriti pada tanggal 23 Februari diketahui pada pukul 05.30 berada di sekitar pos penjagaan TRIP di Srengat dan menunjukan sikap memusuhi, kemudian personel yang berjaga segera menyerang, perintah yang diberikan oleh Letkol. Surachmad kepada para komandan batalyonnya ialah snel oppruken (serangan cepat) selesai dalam 3 hari. Disebabkan karena jumlah personel yang tidak berimbang, serangan personel TRIP segera dipatahkan dan 14 orang ditawan oleh Batalyon Sriti, semua senjata yang mereka sandang dilucuti serta sisa pasukan mengundurkan diri ke Kalipucung. Bersamaan dengan kontak tembak di Srengat, pasukan lain dari Brigade II memasuki Blitar dari berbagai arah, personel ODM (Onder Distrik Militer) Ponggok melaporkan terdapat 10 truk yang mengangkut Batalyon Branjangan mendekati wilayah Kota Blitar. Sisa Batalyon Branjangan dingkut 17 truk melintasi Nglegok. Gubernur Militer segera turun tangan dan memerintahkan penghentian tembak menembak antara TRIP dan unit Brigade S .

Pada pukul 06.30 tanggal 24 Pebruari 1950 tembakan senapan mesin berat 12,7 mm terdengar dari arah unit Branjangan menyerang, Blitar di kepung dari tiga poros, yakni arah utara, timur, dan barat. Selama hampir 7 jam Kompi IV TRIP mempertahankan Blitar dengan mengandalkan 75 personel yang mereka miliki, dibantu pasukan dari Kompi III yang berasrama di Lodoyo mulai memasuki Kota Blitar pukul 13.00 dipimpin oleh Kapten Soebiyantoro. Pos penjagaan TRIP di Desa Tawangsari direbut oleh pasukan Branjangan pada pukul 17.00, 4 orang personel ditawan dan senjatanya dilucuti. Hari itu juga Garum, Krisik dan Ngantang berhasil direbut. Kepala Polisi Sadikun berusaha mendamaikan kedua belah pihak namun di tolak oleh TRIP .

Serangan Brigade S yang bertubi-tubi memaksa sisa pasukan TRIP yang bertahan di tengah kota untuk mundur ke Plosokerep dan selanjutnya berjalan kaki ke timur ke jurusan Kanigoro pada tanggal 25 Februari petang hari karena kehabisan amunisi dan ransum. Komandan operasi Batalyon Branjangan, Kapten Soepangkat, mengirimkan surat melalui kurir ditujukan kepada Kapten Ismail Kartasasmita berisi ultimatum dan perintah untuk menyerah, namun TRIP menolak untuk menyerah. Walaupun TRIP telah mengundurkan diri dari dalam kota namun setiap malam personel TRIP masih tetap leluasa bergerak di dalam kota secara diam-diam .

Berdasarkan data yang dihimpun dari Surat Perdana Menteri RI , kontak tembak selama 10 hari tersebut mengakibatkan 4 orang personel Brigade S gugur, 4 orang anggota TRIP luka-luka dan 19 orang warga sipil luka-luka dan meninggal. Unit Brigade S menawan 109 orang anggota TRIP, mereka ditahan di Kediri, bersamaan dengan penawanan anggota TRIP tersebut juga turut ditahan 12 orang warga etnis Tionghoa di Blitar.

Penulis: Hasumi Aditya

Wednesday, September 2, 2020

wishes and regrets.


Let's talk about wishes and regrets. 

A. Use wish + simple past to talk about regrets in the present. 

Example:

 l wish l bought a car. It means, l don't have money to buy a car. 

B. Use wish with would + simple past to talk about annoyance about certain behaviour done by someone. 

Example: 

l wish he would give up smoking. It means, l am not happy about his bad behaviour. 

C. Use wish with could + simple past to regret about situations that we have no ability to change. 

I wish l could speak Chinese. It means l can't speak Chinese.

--------------------------

Mohamed Abd



Sunday, August 30, 2020

Latihan test IQ

 *TEST IQ ANDA*

Klik tautan dibawah ini:

http://bit.ly/TestIQAnda

Screenshoot hasilnya di kolom komentar ini yaa..  (optional)

Yang jujur saja ya

00 - 29 = idiot

30 - 40 = keterbelakangan mental

50 - 69 = IQ sangat rendah

70 - 79 = bodoh

80 - 89 = lambat

90 -109 = rata - rata

110 - 119 = normal bright

120 - 129 = cerdas

130 - 139 = sangat cerdas (superior)

140 > = genius

monggo.., dipun cobi Bapak Ibu*

Friday, August 21, 2020

Falk Stories text

 

    Taken from fb.english club for student



















Tahun Baru Kejawen

SELAMAT TAHUN BARU KȆJAWEN

Damar Shashangka

Memadukan penanggalan Śaka Jawa yang mempergunakan peredaran matahari dan bulan sebagai basic perhitungan dengan penanggalan Hijriyah Islam yang mempergunakan peredaran bulan saja sebagai basic perhitungan, pada tahun 1555 Śaka Jawa, Kangjêng Sultan Agung Prabhu Anyakrakusuma, Raja Mataram ke-3 yang memerintah pada 1613-1645 Masehi, mengesahkan adanya kalender baru bagi Tanah Jawa, yaitu Kalender Jawa atau Kalender Kêjawen. Perhitungan tahun tidak dimulai dari tahun 1, melainkan meneruskan perhitungan tahun Śaka Jawa yang sudah menginjak tahun 1555. Ini terjadi tepat pada tahun 1633 Masehi. Sistem perhitungan rumit dan pelik Śaka Jawa hampir semua di adopsi namun kebanyakan sudah diubah namanya menjadi nama-nama Arab. Bahkan nama bulan pun juga mempergunakan nama-nama Arab. Paling kentara adalah penamaan nama hari yang semula mempergunakan nama Kawi diubah menjadi nama Arab.

1. Radite – Ahad (logat Jawa : Ngahad)

2. Soma – Itsnain (logat Jawa : Sênen)

3. Anggara – Tsalatsah (logat Jawa : Sêlasa)

4. Budha – Arba’ah (logat Jawa : Rêbo)

5. Rêspati – Khomsah (logat Jawa : Kêmis)

6. Sukra – Jama’ah (logat Jawa : Jumngat)

7. Tumpak – Sab’ah (logat Jawa : Sêbtu)

Nama-nama bulan pun juga diubah dari Kawi ke Arab.

1. Warana– Syura (logat Jawa : Sura)

2. Wadana– Shofar (logat Jawa : Sapar)

3. Wijangga– Rabi’ul Awwal/Maulid (logat Jawa : Mulud)

4. Wiyana– Rabi’ul Akhir/Ba’da Maulid (logat Jawa : Bakda Mulud)

5. Widada– Jumadil Awwal (logat Jawa : Jumadilawal)

6. Widarpa– Jumadil Akhir (logat Jawa : Jumadilakir)

7. Wilapa– Rojab (logat Jawa : Rêjêb)

8. Wahana– Arwah (logat Jawa : Ruwah)

9. Wanana– Ramadlan (logat Jawa : Ramêlan/Pasa)

10. Wurana– Syawal (logat Jawa : Sawal)

11. Wujana– Dzulqoidah (diganti Sêla)

12. Wujala– Dzulhijjah (diganti Bêsar)

Masih banyak nama-nama Kawi diganti menjadi nama Arab yang cenderung Islami, termasuk pembagian perhitungan waktu dalam Jawa semenjak jaman Buda yang dibagi menjadi 5 waktu dalam sehari semalam diganti menjadi :

1. Maheśwara diganti Ahmad (logat Jawa : Akmad)

2. Wiṣṇu diganti Jabarail

3. Brahmā diganti Ibrahim

4. Śrī diganti Yusuf(logat Jawa : Yusup)

5. Kāla diganti Izrail(logat Jawa : Ngijrail)

Pendek kata, Kangjêng Sultan Agung Prabhu Anyakrakusuma ingin menunjukkan kepada dunia Islam, khususnya kepada Kekhalifahan Turki Utsmani yang merupakan pusat Kekhalifahan Islam pada waktu itu bahwa beliau benar-benar berkomitmen menyebarkan Islam di Tanah Jawa tidak hanya setengah-setengah. Karena upayanya tersebut, beliau mendapat gelar Sultan dari penguasa Ka’bah pada 1641 Masehi. Sebelumnya beliau hanya mempergunakan gelar Kangjêng Susuhunan Prabhu Anyakrakusuma. Kalender Jawa yang disahkan oleh beliau resmi menjadi kalender Jawa-Islam alias Kalender Kêjawen. Demikian kenyataan dan faktanya.

Pada awalnya ketika disahkan, tanggal 1 Sura tahun Alip 1555, dimulai pada hari Jum’at Lêgi. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Jamngiyah (Jam’iyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Ajugi, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Jum’at Lêgi.

Pada 1 Sura tahun Alip 1675, dimulai pada hari Kêmis Kliwon. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Kamsiyah (Khamsiyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Amiswon, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Kêmis Kliwon.

Pada 1 Sura tahun Alip 1795, dimulai pada hari Rêbo Wage. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Arbangiyah (Arba’iyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Aboge, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Rêbo Wage.

Pada 1 Sura tahun Alip 1915, dimulai pada hari Sêlasa Pon. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Salasiyah (Tsalatsiyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Asapon, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Sêlasa Pon.

Masa kita sekarang telah mempergunakan Kurup (Huruf) Salasiyah (Tsalatsiyyah). Ini berlaku semenjak 19 Oktober 1982 Masehi. Celakanya di pedesaan Jawa masih banyak yang tidak memahami pergantian Kurup (Huruf) ini sehingga mereka tetap mempergunakan perhitungan Kurup (Huruf) Arbangiyah (Arba’iyyah) atau Aboge. Hasilnya, semenjak tahun 1915 Jawa atau 1982 Masehi, tanggal 1 Sura di pedesaan akan maju satu hari. Menjadi kewajiban kita sebagai pemerhati budaya untuk meluruskan hal ini agar tidak berlarut-larut sehingga menyebabkan adanya kesalahan fatal dalam perhitungan hari karena kalender Jawa menyangkut dengan pemilihan hari baik dan buruk.

Sesuai Kurup (Huruf) Salasiyah (Tsalatsiyyah) atau Asapon, tahun baru Sura atau tanggal 1 Sura tahun Jimakir 1954 kali ini, jatuh pada hari Kêmis Pon atau bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 2020. Yang masih mempergunakan Aboge tahun baru Sura mempergunakan hari Jumat Wage tanggal 21 Agustus 2020, dan perhitungan itu salah. Pelurusan perlu digalakkan.

Sugêng warsa enggal Kêjawen

Kêmis Pon, 1 Sura 1954 Jimakir, Wuku Warigalit, Windu Sangara.

Mugi tansah pinaringan têguh rahayu slamêt tan ana baya-bayane, luput ing sambekala. Tansah satuhu rahayu. Sarwa hayu!

Bogor, 19 Agustus 2020 sore (Sudah masuk malam Kêmis Pon)

Damar Shashangka.

Memadukan penanggalan Śaka Jawa yang mempergunakan peredaran matahari dan bulan sebagai basic perhitungan dengan penanggalan Hijriyah Islam yang mempergunakan peredaran bulan saja sebagai basic perhitungan, pada tahun 1555 Śaka Jawa, Kangjêng Sultan Agung Prabhu Anyakrakusuma, Raja Mataram ke-3 yang memerintah pada 1613-1645 Masehi, mengesahkan adanya kalender baru bagi Tanah Jawa, yaitu Kalender Jawa atau Kalender Kêjawen. Perhitungan tahun tidak dimulai dari tahun 1, melainkan meneruskan perhitungan tahun Śaka Jawa yang sudah menginjak tahun 1555. Ini terjadi tepat pada tahun 1633 Masehi. Sistem perhitungan rumit dan pelik Śaka Jawa hampir semua di adopsi namun kebanyakan sudah diubah namanya menjadi nama-nama Arab. Bahkan nama bulan pun juga mempergunakan nama-nama Arab. Paling kentara adalah penamaan nama hari yang semula mempergunakan nama Kawi diubah menjadi nama Arab.

1. Radite – Ahad (logat Jawa : Ngahad)

2. Soma – Itsnain (logat Jawa : Sênen)

3. Anggara – Tsalatsah (logat Jawa : Sêlasa)

4. Budha – Arba’ah (logat Jawa : Rêbo)

5. Rêspati – Khomsah (logat Jawa : Kêmis)

6. Sukra – Jama’ah (logat Jawa : Jumngat)

7. Tumpak – Sab’ah (logat Jawa : Sêbtu)

Nama-nama bulan pun juga diubah dari Kawi ke Arab.

1. Warana– Syura (logat Jawa : Sura)

2. Wadana– Shofar (logat Jawa : Sapar)

3. Wijangga– Rabi’ul Awwal/Maulid (logat Jawa : Mulud)

4. Wiyana– Rabi’ul Akhir/Ba’da Maulid (logat Jawa : Bakda Mulud)

5. Widada– Jumadil Awwal (logat Jawa : Jumadilawal)

6. Widarpa– Jumadil Akhir (logat Jawa : Jumadilakir)

7. Wilapa– Rojab (logat Jawa : Rêjêb)

8. Wahana– Arwah (logat Jawa : Ruwah)

9. Wanana– Ramadlan (logat Jawa : Ramêlan/Pasa)

10. Wurana– Syawal (logat Jawa : Sawal)

11. Wujana– Dzulqoidah (diganti Sêla)

12. Wujala– Dzulhijjah (diganti Bêsar)

Masih banyak nama-nama Kawi diganti menjadi nama Arab yang cenderung Islami, termasuk pembagian perhitungan waktu dalam Jawa semenjak jaman Buda yang dibagi menjadi 5 waktu dalam sehari semalam diganti menjadi :

1. Maheśwara diganti Ahmad (logat Jawa : Akmad)

2. Wiṣṇu diganti Jabarail

3. Brahmā diganti Ibrahim

4. Śrī diganti Yusuf(logat Jawa : Yusup)

5. Kāla diganti Izrail(logat Jawa : Ngijrail)

Pendek kata, Kangjêng Sultan Agung Prabhu Anyakrakusuma ingin menunjukkan kepada dunia Islam, khususnya kepada Kekhalifahan Turki Utsmani yang merupakan pusat Kekhalifahan Islam pada waktu itu bahwa beliau benar-benar berkomitmen menyebarkan Islam di Tanah Jawa tidak hanya setengah-setengah. Karena upayanya tersebut, beliau mendapat gelar Sultan dari penguasa Ka’bah pada 1641 Masehi. Sebelumnya beliau hanya mempergunakan gelar Kangjêng Susuhunan Prabhu Anyakrakusuma. Kalender Jawa yang disahkan oleh beliau resmi menjadi kalender Jawa-Islam alias Kalender Kêjawen. Demikian kenyataan dan faktanya.

Pada awalnya ketika disahkan, tanggal 1 Sura tahun Alip 1555, dimulai pada hari Jum’at Lêgi. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Jamngiyah (Jam’iyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Ajugi, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Jum’at Lêgi.

Pada 1 Sura tahun Alip 1675, dimulai pada hari Kêmis Kliwon. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Kamsiyah (Khamsiyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Amiswon, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Kêmis Kliwon.

Pada 1 Sura tahun Alip 1795, dimulai pada hari Rêbo Wage. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Arbangiyah (Arba’iyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Aboge, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Rêbo Wage.

Pada 1 Sura tahun Alip 1915, dimulai pada hari Sêlasa Pon. Perhitungan ini mempergunakan Kurup (Huruf) Salasiyah (Tsalatsiyyah) dan akan berlangsung selama 15 windu atau 120 tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya Asapon, maksudnya adalah tahun Alip jatuh pada hari Sêlasa Pon.

Masa kita sekarang telah mempergunakan Kurup (Huruf) Salasiyah (Tsalatsiyyah). Ini berlaku semenjak 19 Oktober 1982 Masehi. Celakanya di pedesaan Jawa masih banyak yang tidak memahami pergantian Kurup (Huruf) ini sehingga mereka tetap mempergunakan perhitungan Kurup (Huruf) Arbangiyah (Arba’iyyah) atau Aboge. Hasilnya, semenjak tahun 1915 Jawa atau 1982 Masehi, tanggal 1 Sura di pedesaan akan maju satu hari. Menjadi kewajiban kita sebagai pemerhati budaya untuk meluruskan hal ini agar tidak berlarut-larut sehingga menyebabkan adanya kesalahan fatal dalam perhitungan hari karena kalender Jawa menyangkut dengan pemilihan hari baik dan buruk.

Sesuai Kurup (Huruf) Salasiyah (Tsalatsiyyah) atau Asapon, tahun baru Sura atau tanggal 1 Sura tahun Jimakir 1954 kali ini, jatuh pada hari Kêmis Pon atau bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 2020. Yang masih mempergunakan Aboge tahun baru Sura mempergunakan hari Jumat Wage tanggal 21 Agustus 2020, dan perhitungan itu salah. Pelurusan perlu digalakkan.

Sugêng warsa enggal Kêjawen

Kêmis Pon, 1 Sura 1954 Jimakir, Wuku Warigalit, Windu Sangara.

Mugi tansah pinaringan têguh rahayu slamêt tan ana baya-bayane, luput ing sambekala. Tansah satuhu rahayu. Sarwa hayu!

Bogor, 19 Agustus 2020 sore (Sudah masuk malam Kêmis Pon)

Damar Shashangka.