Sunday, August 9, 2020

Sejarah Bersemayamnya Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Madiun


Kompleks Boschbouw: Sejarah Bersemayamnya Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Madiun

Oleh Septian Kharisma (Septian Dwita Kharisma)

Oke lur! 😁 berhubung ini kita mendekati peringatan Kemerdekaan Negara Indonesia ke 75 tahun, aku kira perlu kita membahas salah satu Element tenaga rakyat yang terdiri dari Pemuda, yang selama eksistensinya Memiliki peran dalam menuntaskan misi 'Memerdekakan Indonesia' dan 'Mempertahankan Proklamasi Indonesia', Bismillah aku berusaha menuliskan sejarah Bosbouw era Penjajahan Jepang ini untuk memberi tahu pada teman-teman bahwa ada Pasukan hebat yang pernah "bersemayan" di kompleks Bosbouw Jl. Diponegoro Kota Madiun. 

Element yang saya maksud diatas Adalah Pasukan sukarelawan Pembela Tanah Air (PETA), PETA ini adalah kelompok militer yang terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia yang di bentuk oleh Pemerintah Militer Jepang di Indonesia pada 3 oktober 1943 yang berfungsi sebagai penjaga wilayah Indonesia ketika Indonesia (dibawah Pemerintahan militer Jepang) di serang Oleh pasukan sekutu (Amerika, Australia dan Inggris). Di satu sisi PETA dibentuk untuk menanamkan jiwa patriotisme pemuda Indonesia, menanamkan cinta tanah air, rasa kebangsaan yang berlandaskan Agama dan sebagai upaya pemerintahan militer jepang untuk merangkul Ummat beragama di Indonesia (Islam salah satunya). Pembentukan PETA di atas usulan Para Ulama Indonesia diantaranya K.H. Mas Mansyur, KH. Adnan, Dr. Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Guru H. Mansur, Guru H. Cholid. K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar dan H. Mohammad Sadri. Pada bulan September 1943 Raden Gatot Mangkoepradja, menyurati Pemerintah Militer Jepang agar membentuk PETA dan dibulan oktober 1943 terbentuklah PETA.

Pembentukan organisasi militer PETA di tingkat Pusat tersebut disambut Oleh para Petinggi Di Madiun dan Rakyat Madiun, luangnya syarat masuk ke dalam PETA yaitu Tidak melihat Golongan sosial membuat diminati oleh para Pemuda Madiun ditambah lagi gaji sebagai Seorang tentara PETA cukup banyak sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Di lain itu para Pegawai seperti Guru dan Priyayi (pegawai Negeri) mendapat posisi yg cukup menjajikan Karena sebelum gabung ke PETA mereka mendapat latihan Seinindan dan Keibodan. Markas Daidan PETA Madiun menempati Markas pasukan Jepang (Dai Ni chiku Shireibu) di Madiun yang sekarang terletak di Boschbouw jalan Diponegoro Kota Madiun.

Di era Kolonial Belanda Boschbouw menjadi Sekolah OSVIA (Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren) atau sekolah Pamong praja Dan Middlebare Boschbouwschool  atau sekolah kehutanan, namun saat Jepang masuk ke Madiun pada tahun 1942 sekolah Belanda itu dialihfungsikannya sebagai Markas dan Asrama Militer Jepang (Dai Ni Chiku Shireibu) sekaligus menjadi Markas PETA. Dengan jadinya Boschbouw sebagai pusat aktivitas kemiliteran, maka di depan Boschbouw bala tentara Jepang (kemungkinan) membuat sebuah bunker untuk penjagaan (Bunker tersebut dapat kita lihat hingga sekarang). Daidan (Batalyon) adalah tingkatan organisasi Militer tertinggi Pada PETA yang dipimpin oleh Daidanco.

Daidan PETA Madiun dipegang Oleh Raden Agus Toyib seorang wedana Caruban, lalu komandan Kompi (chudanco) dijabat oleh R. Sunadi seorang Guru Olahraga dan Djokosujono, Djokosujono ini kelak berperan dalam menggerakan Massa madiun untuk melucuti senjata pasukan jepang dan terlibat Pembrontakan PKI di madiun tahun 1948. PETA Madiun, didik dengan disiplin dan keras ala Militer Jepang seperti baris berbaris, penggunaan senjata api, berlatih perang (Perang-perangan) hingga Greliya.

Namun Semenjak isu/informasi rencana Pembrontakan PETA di Blitar merebak di kalangan Anggota PETA Madiun, Kanpetai Daerah Madiun membatasi aktivitas anggota PETA di Madiun dibatasi, seperti tidak boleh keluar malam, penggunaan senjata api dibatasi, berlatih senjata dengan Senjata tiruan, pembagian amunisi juga dibatasi hingga tak Boleh bergerombol lebih dari 5 orang. Dari kebijakan Kanpetai Madiun tersebut Para Anggota PETA tidak bisa membantu PETA Blitar untuk Menggelorakan perlawanan pada Pemerintahan Pendudukan Jepang di Madiun, sebelum kejadian Pembrontakan PETA di Blitar, sebenarnya Anggota PETA Madiun sudah muak dengan tingkah laku militer jepang di Madiun karena setiap keluar masuk desa untuk latihan perang, para anggota PETA selalu mendapati Rakyat-rakyat yg menderita karena militer Jepang Mengendalikan pemerintahan secara semena mena dan ada nya Prakterk Jagun Ianfu.

Setelah Pembrontakan PETA Di blitar Berakhir, dan jepang mengetahui Kalau mereka terjepit oleh serang sekutu. Para militer Jepang menggenjot, latihan Fisik dan latihan tempur para organisasi militer bersenjata buatan Jepang diantara Heiho, keibodan, sinendan, giretsutai dan PETA. Mereka dilatih serentak serentak dari tanggal 3 - 13 mei 1945 dengan pelatihan sedemikian rupa dari mempertahankan wilayah dari serangan musuh, latihan Pertolongan pertama, intelijen, pengamanan Anak dan orang tua hingga diajari taktik 'Sumpit urang' dengan Pengepungan 3 sisi utara, timur, dan selatan.

Indonesia Mencapai Kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Madiun sendiri baru mendengar Berita Kemerdekaan Itu tanggal 18 Agustus 1945 karena alasan minimnya alat Komunikasi. Mendengar kabar Kemerdekaan itu Pasukan jepang di Asrama Boschbow sedih, ada pula yang menangis karena tak menyangka Kalau Negaranya kalah perang, lalu para perwira jepang yang mendiami boschbouw mengumpulkan anggota PETA untuk berpisah dan mereka bersalaman serta meminta Maaf pada anggota² PETA Madiun. Di masa² kemerdekaan Para Anggota PETA madiun ini memiliki pengaruh yang kuat di jajaran Militer madiun, seperti Djoksudjono yg menggerakan Rakyat untuk melucuti senjata Tentara jepang di Madiun dan menjadi Anggota KNI (Komite Nasional indonesia) daerah Madiun, Raden Sunardi Menjadi Pendiri Polisi Tentara (PT atau CPM sekarang) datasement Madiun, Norman Slamet menjabat Kepala BKR Kota Madiun dan diikuti oleh anggota PETA madiun lain yang bergabung dalam jajaran Angkatan bersenjata di Madiun.

Semoga tulisan kecil saya ini memberi manfaat  bagi Generasi Muda madiun agar selalu mencintai Kotanya dan Melestarikan Sejarah Madiun Umumnya, Kota Madiun Khususnya 

Setelah kemerdekaan kompleks ini di tempati Batalyon 508/gelatik, yang merupakan bagian dari Brigade Surachmad Kediri. Batalyon lainnya dari Brigade Surachmad yang di likuidasi tahun 70 an, adalah Batalyon Sikatan, Branjangan, Mliwis, Sriti, merak.

Sekarang Kompleks boschbouw bisa kunjungi lur... 

Liburan sambil Belajar sejarah hehehe 😄

Selamat malam Lur, selamat liburan lur 😁

Oleh Septian Kharisma (Septian Dwita Kharisma)

Ft. Septian Kharisma

#SejarahMadiun #SejarahKotaMadiun

#HistoriaVanMadioen #WisataSejarahMadiun

Refrensi Tulisan: 

1.https://jejakkolonial.blogspot.com/2019/07/osvia-madiun-menyingkap-sejarah-sekolah.html?m=1

2.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembela_Tanah_Air

3. Gunawan, Putu, Gde, I. (1981) "Madiun shu Pada Masa  pendudukan Jepang 1942-1945". Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. (Tulisan tidak diterbitkan)

4. Pemerintah Kabupaten Madiun Tingkat II Madiun (1980), "Sejarah Kabupaten Madiun".

No comments:

Post a Comment